Hari itu di sebuah hutan, seorang ketua guild memarahi anggotanya, seorang pemain tipe penjinak binatang yang memiliki partner naga bernama Pina, binatang peliharaan yang memiliki kemampuan penyembuhan.
Ketua yang juga merupakan seorang perempuan itu marah-marah karena anggotanya itu menggunakan kristal penyembuh, padahal naga peliharannya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan...
"Apa-apaan kau hah? Kau kan bisa menggunakan kadalmu itu untuk menyembuhkanmu, kan?
Jangan membuang-buang kristal penyembuh!!"
"Kau sendiri bagaimana!?" bentak balik anggota tadi. "Kau tak pernah bertarung di barisan depan, hanya bisa memerintah, untuk apa kau membutuhkan kristal penyembuh!?"
"Tentu saja aku butuh.." perempuan yang satu ini benar-benar menjengkelkan.
"Jangan samakan aku dengan bocah sepertimu, Silica-chan... Para lelaki selalu ingin melihatku sembuh."
"Sudahlah, kalian berdua..." anggota lain mencoba untuk menghentikan perdebatan ini.
Namun Silica, gadis manis yang memiliki partner naga itu langsung membuat keputusan,
"Aku mengerti! Aku tak butuh item itu!! Dan aku juga tak akan berkelompok denganmu lagi! Masih ada banyak kelompok yang menginginkanku bergabung dengan mereka!!"
Silica ngambek dan keluar dari kelompok. "Tu-tunggu, Silica-chan!!" anggota lain mencoba untuk menghentikannya. Akan tetapi, tekad gadis itu sudah benar-benar bulat untuk pergi.
Malam yang gelap, di sebuah hutan yang terlihat mengerikan, Silica hanya bersama dengan partner naganya, terengah-engah, bertarung menghadapi monster-monster kera raksasa yang menakutkan.
Kondisi Silica benar-benar kritis, monster-monster itu terlalu kuat untuknya. Terlebih, HP Silica hanya tinggal sepertiganya. Silica tak mampu melawan, hanya bisa menghindar sementara partner naganya menggunakan kemampuan penyembuhan untuknya. Akan tetapi, penyembuhan yang dilakukan oleh si naga tidak terlalu bermanfaat banyak, HP Silica hanya bertambah hingga menjadi sekitar setengah dari total keseluruhan.
Silica ingin menambah HPnya hingga penuh menggunakan kristal penyembuh. Namun ketika ia mengecek kantungnya, Silica baru sadar kalau seluruh kristal penyembuhnya sudah habis, "Gawat, aku sudah tak memiliki kristal penyembuh lagi!"
Blagggg!!!
Lengahnya Silica membuat si monster dengan mudah menyerangnya. Dengan satu pukulan, Silica terlempar menghantam pohon, mengakibatkan HPnya berkurang drastis hingga berwarna merah. Dan yang lebih parah lagi, pedang Silica terlempar, menjadikan gadis penjinak binatang itu benar-benar berada di dalam keadaan tanpa pertahanan.
Silica tak mampu berbuat apa-apa lagi, sementara monster-monster kera itu terus bergerak, bersiap untuk menyerang dengan senjata yang mereka bawa. Untung saja, dengan cepat Pina terbang menuju Silica, melindungi majikannya itu dengan tubuhnya sendiri.
Silica selamat, akan tetapi tidak dengan naga birunya itu...
"Pina!!! Pina!!!" Silica menghampiri si naga, hendak menolong namun tak ada yang bisa ia perbuat. HP Pina terlanjur habis dan kemudian menghilang, menyebar sebagai cahaya seperti layaknya ketika pemain Sword Art Online meninggal.
"Pina!!! Pina!!!" Silica tak kuasa menahan rasa sedihnya, naga yang merupakan partnernya itu telah mati dan hanya menyisakan sebatang bulu.
"Oarghhh!!!!" keadaan semakin parah mengingat para monster kera raksasa masih ada, dan mereka masih terus mengincar Silica.
Silica menengok ke belakang, dan sesaat sebelum monster-monster itu menyerang, tiba-tiba mereka menghilang, hancur menyebar sebagai cahaya.
Silica tak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. Apakah gadis kecil itu memiliki kekuatan spesial? Tidak, bukan seperti itu. Monster-monster itu hancur karena seseorang menebasnya dari belakang, seorang pemuda yang tidak sengaja lewat dan datang membantunya, Kirito.
"Pi-pina..." Silica menggengam erat bulu peninggalan naganya itu, "Jangan tinggalkan aku sendirian, Pina!!" Silica menangis, penuh air mata.
"Bulu itu..."
"Ini adalah bulu Pina.." ucap Silica.
"Dia adalah partnerku..."
"Jadi kau adalah Beast Tamer? Maafkan aku..." Kirito menyesal, "Aku tak bisa menyelamatkan temanmu.." ucapnya.
"Tidak..." Silica menggelengkan kepala, "Akulah yang bodoh... Aku adalah orang bodoh yang berpikir bisa bertahan di hutan ini sendirian... Terimakasih sudah menyelamatkanku" ucapnya.
"Apakah bulu itu memiliki nama item?" Kirito bertanya.
"Eh?" kemudian Silica mengeceknya. Dan ternyata, bulu itu bukan sekedar bulu biasa, melainkan sebuah item yang merupakan perlambang dari jantung Pina.
"Hiks..." Silica kembali menangis.
"Kau tidak perlu menangis... Jika masih memiliki jantung Pina, maka kau bisa menghidupkannya kembali." jelas Kirito.
"Benarkah?"
Kirito mengangguk, "Di Wilayah Selatan Lantai 47, di sana terdapat sebuah tempat bernama Bukit Kenangan... Aku dengar, di sana terdapat bunga mekar yang bisa menghidupkan kembali binatang peliharaan."
Silica mendapat harapan baru, dan bisa kembali tersenyum.
Namun tiba-tiba, raut wajahnya berubah, "Lantai 47..." ia baru sadar kalau ia masih berada di lantai 35. Sangat jauh dari lantai di mana harapan itu berada.
"Yah, jika kau memberiku GP (Gold Poin), aku akan membantumu, tapi... Kau juga harus ikut karena jika pemilik binatangnya tak ada di sana, bunganya tak akan mekar.." ucap Kirito.
"Bisa mendapat informasi ini saja aku sudah sangat berterima kasih... Jika aku berusaha keras untuk menaikan levelku, maka suatu hari nanti..."
"Batas waktu binatang peliharaan bisa dihidupkan kembali hanyalah tiga hari setelah kematiannya."
Harapan Silica semakin menipis, "Ini semua salahku... Maafkan aku, Pina..."
"Tak perlu khawatir, kau pasti bisa melakukannya." ucap Kirito.
"Eh?"
"Aku akan memberimu perlengkapan yang seharusnya bernilai lima atau enam level. Dan jika aku ikut bersamamu, kita pasti berhasil." Kirito membuka menu, mencari-cari beberapa equip, kemudian mengirimkannya ke Silica.
"Kenapa kau melakukan semua ini untukku?"
"Umm.." sejenak Kirito terdiam, kemudian berkata, "Aku akan memberitahu alasannya, tapi kau tak boleh mentertawaiku."
"Aku janji tak akan tertawa." ucap Silica.
"Baiklah, sebenarnya..." Kirito menutup wajahnya, "Itu karena kau mirip dengan adikku di Dunia nyata.."
"Heh? Haha.." Silica tertawa.
Kirito memalingkan wajah...
"Eh, maafkan aku!" ucap Silica smbil mengusap air matanya.
"Umm, mungkin aku tak akan bisa membayarnya dalam waktu singkat, tapi..."
"Tidak, tak perlu dipikirkan.." ucap Kirito, "Alasanku berada di sini bukan sepenuhnya untuk mencari uang."
"Ah, mm, namaku Silica.."
"Aku Kirito... Mungkin kita baru bertemu sebentar, tapi, senang bertemu denganmu.."
Mereka berjabat tangan, salam tanda perkenalan.
Lantai 35 : Mische
Keluar dari hutan, Kirito dan Silica kembali ke kota.
"Oh, Silica-chan ada di sana ya!" seseorang menyapa Silica.
"Lama sekali kau perginya, kami mengkhawatirkanmu." dua orang lelaki menyapa Silica, dua lelaki yang sebelumnya terlihat di episode pertama.
"Mari kita membentuk Party lagi!" ajak mereka.
"Kita bisa pergi ke tempat yang kau inginkan!"
"Aku sangat berterima kasih untuk itu, tapi... Aku sudah berkelompok dengannya." Silica menggandeng tangan Kirito.
"Hmm!?" dua lelaki tadi cemburu, menatap iri ke arah Kirito.
"Maaf ya.." Silica menggandeng tangan Kirito dan pergi.
"Maaf ya, sudah berkata seperti tadi.." bisik Silica ke Kirito, yang sebenarnya belum secara resmi berkelompok dengannya.
"Mereka berdua penggemarmu ya? Kau orang terkenal ya.."
"Tidak.." sahut Silica, "Mereka hanya menjadikanku sebagai jimat saja... Tapi setelah aku bisa menjaga diriku sendiri, mereka mulai memanggilku Silica sang Penakluk Naga.."
Silica malah teringat akan kenangannya bersama dengan Pina...
"Jangan khawatir, kita pasti bisa tepat waktu." Kirito membuatnya tentang.
"Ya!" Silica mengusap air matanya.
"Oh iya, Kirito-san tinggal dimana?"
"Sebenarnya aku tinggal di Lantai 50, tapi... Itu terlalu jauh, sementara kita tinggal di lantai ini saja.."
"Benarkah?" Silica terlihat senang, pemuda penolongnya itu masih akan tinggal di lantai ini bersamanya. "Kue keju di sini enak lho!" Ia lalu mengajak Kirito menuju sebuah rumah makan.
"Oh, Silica ya?" lagi-lagi seseorang menyapa Silica. Dan kali ini, ternyata mantan ketuanya...
"Ternyata kau bisa keluar dari hutan ya..." ucap perempuan berambut merah itu dengan nada meremehkan, "Syukurlah kalau begitu..."
"Apa ada yang salah dengannya?" Kirito berbisik ke Silica, karena Silica memasang tampang cemberut saat mereka menemuinya, "Tidak, bukan apa-apa.."
"Wah-wah, ngomong-ngomong, dimana kadalmu itu?? Jangan-jangan..."
"Pina sudah mati... Tapi, aku pasti akan menghidupkannya kembali!!" ucap Silica.
"Eeh? Kau bermaksud untuk pergi ke Bukit Kenangan ya? Sebaiknya menyerah saja, dengan levelmu yang sekarang, apa mungkin kau bisa melakukannya?"
"Tentu saja dia bisa.." Kirito menjawab, "Itu tidaklah sulit."
"Huh, kau korban lain darinya, ya? Kelihatannya kau tidak terlalu kuat.."
"Ayo pergi.." Kirito menghiraukannya dan lalu mengajak Silica segera pergi.
"Kenapa dia selalu saja seperti itu?" Silica dan Kirito telah sampai di rumah makan yang dimaksud...
"Apakah Sword Art Online merupakan MMO pertama yang kau mainkan?" Kirito bertanya. Dan sebagai catatan, MMO adalah singkatan dari Massively Multiplayer Online, game online seperti Sword Art Online ini.
"Ya.." Jawab Silica. kemudian, Kirito memberi penjelasan...
"Dalam setiap game online, kepribadian banyak orang cenderung berubah. Beberapa orang senang bermain sebagai tokoh jahat. Indikator pemain yang kita miliki berwarna hijau kan?"
Di atas kepala setiap pemain, terdapat suatu panah indikator berwarna hijau.
"Tapi, jika melakukan suatu kejahatan, maka warna indikator itu akan berubah menjadi merah.." jelas Kirito.
Praktis juga. Dengan ini, pemain bisa mengetahui dengan mudah jahat atau tidaknya orang itu. Jika masih hijau, berarti belum pernah berbuat kejahatan. Namun jika sudah berubah warna, berarti dia pernah melakukan kejahatan terhadap pemain lainnya.
"Kejahatan yang mereka perbuat, yaitu membunuh pemain lainnya. Dan yang melakukan kejahatan seperti itu, dikenal sebagai pemain merah."
"Jadi yang seperti itu adalah pembunuh!?"
"Beberapa pemain lebih senang berperan sebagai orang jahat... tapi, Sword Art Online berbeda. Ini tak bisa lagi disebut sebagai permainan."
Kalau dalam permainan lainnya, pembunuhan antar pemain mungkin tidak terlalu berakibat fatal. Namun di sini, membunuh berarti membunuh diri mereka di dunia nyata.
"Kirito-san..."
"Maaf..."
"Kirito-san adalah orang yang baik!!" Silica berteriak, "kau telah menyelamatkanku!!" Ia lalu bangun dari tempat duduknya dan memegang tangan Kirito.
"..." Sejenak Kirito terdiam, kaget, namun akhirnya dia tersenyum...
"Sepertinya kau telah mengembalikan semangatku... Terima Kasih, Silica.."
Kata-kata Kirito membuat wajah Silica memerah.
"Aahh!!!! Oh tidak, kue kejunya lama sekali ya!!!" Silica salah tingkah.
"Permisi!! Makanan pembuka kami belum diantar juga ya!!?"
Setelahnya, mereka berdua pergi ke penginapan. Tentu saja, kirito dan Silica tak menginap di kamar yang sama, Kirito di kamarnya sendiri begitu pula dengan Silica.
Di kamarnya, Silica berbaring melepas lelah di ranjang, dengan hanya menggunakan pakaian dalam.
Silica belum tidur, dirinya masih sadar, "kalau aku bilang kalau sebenarnya aku masih ingin berbicara dengannya lagi, apakah dia akan mentertawakanku?"
Tok Tok...
Seseorang mengetuk pintu, "Silica, apa kau sudah tidur?" ternyata Itu suara Kirito.
"Ki-Kirito-san!?"
"Aku lupa mengatakan tentang apa yang aku ketahui di Lantai 47, apa aku katakan besok saja?"
"Tidak apa!" buru-buru, Silica bangun dari tempat tidurnya dan kemudian berjalan menuju pintu, bersiap untuk membukanya hingga akhirnya ia teringat akan sesuatu : Silica hanya memakai pakaian dalam.
Yah, Silica membatalkan niatnya, dan baru membukakan pintu setelah memakai pakaian. Lalu setelah Silica memakai pakian lengkap, Kirito masuk dan bersiap untuk menjelaskan apa yang ia ketahui...
"Hampir saja..." Silica masih saja kepikiran dengan hal tadi, wajahnya memerah.
"Ada apa, Silica?"
"Ah! Tidak! Bukan apa-apa! Kirito-san, item apa yang kau bawa itu??"
Kirito menaruh sebuah item di atas meja.
"Benda ini bernama Mirage Sphere.." Kirito menekan tombol di atasnya. Kemudian, benda itu memanjang, bercahaya, dan kemudian membentuk suatu hologram lingkaran yang berisi peta wilayah Lantai 47 :
"Indahnya..." ucap Silica.
"Di sini adalah Kota di Lantai 47.." Kirito menunjuk, "Dan disinilah lokasi Bukit Kenangan itu... Jadi, dengan mengikuti rute ini..." Kirito menjelaskan, namun tiba-tiba kata-katanya terhenti,
"Kirito-san?"
"Sttt.." Kirito memberi tanda agar Silica diam, kemudian...
"Siapa di sana!!?" dengan cepat Kirito membuka pintu.
"Ada apa, kirito-san?" Silica ikut keluar.
"Mereka mendengarkan pembicaraan kita.." jelas Kirito.
"Tapi aku tak mendengar suara apapun, bagaimana bisa kau mengetahuinya?"
"Kemampuan pendengaranku sudah berada di level tinggi, dan hanya sedikit orang yang mengasah kemampuan itu."
Mereka kembali masuk.
"Tapi, kenapa sampai ada orang yang ingin mendengar pembicaraan kita?"
24 Februari 2024, Lantai 47 : Floria
Keesokan harinya, Kirito dan Silica sampai di lantai 47, dan mereka telah berada di wilayah taman bunga bernama Floria.
Silica terkagum melihat pemandangan tempat itu, menakjubkan, taman yang penuh dengan bunga-bunga indah.
"Seperti mimpi saja.." ucap Silica.
"Lantai ini dikenal sebagai lantai Taman Bunga... Seluruh tempat di Lantai ini dipenuhi oleh bunga." Jelas Kirito. kemudian tanpa aba-aba, Silica berlari menuju bunga-bunga itu, menatapnya dengan tatapan yang masih terkagum. Silica melihat sekitar, memang benar, dipenuhi oleh bunga.
"Tempat ini..." Silica menyadari hal lain dari tempat ini selain dipenuhi oleh bunga. yaitu, dipenuhi juga oleh pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, atau istilahnya : Pacaran.
Wajah Silica langsung memerah.
"Silica?"
"I-Iya!! Maaf membuatmu menunggu!!"
"Ada apa?"
"Ah, tidak, tak ada apa-apa.."
"Kalau begitu, ayo pergi!"
"Baik.."
Mereka pun memulai perjalanan menuju bukit di mana bunga yang bisa menghidupkan kembali hewan peliharaan berada.
"Ini.."
Sebelumnya, Kirito menyerahkan suatu kristal berwarna biru pada Silica. "Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, segeralah keluar dari sini, gunakan kristal ini untuk melompat ke Kota manapun."
"Tapi..."
"Berjanjilah padaku."
"Aku mengerti." Silica menerima kristal itu.
"Baiklah, ayo pergi!" perjalanan dilanjutkan, "Jalan ini akan membawa kita menuju bukit kenangan.."
Jauh di ujung jalan, Bukit Kenangan telah terlihat.
"Umm, Kirito-san..." Silica hendak menanyakan sesuatu, namun tiba-tiba, "Kyaaa!!!" Monster bunga melilit kaki Silica dan kemudian menariknya ke atas. Buru-buru, Silica menutupi celana dalamnya.
"Aaarkhhh!!!!!" Monster bunga itu membuka mulutnya lebar-lebar, bersiap untuk menelan tubuh Silica.
"Kyaaaa!!!!" Silica meronta-ronta.
"Tenanglah, Silica! Dia itu sangat lemah!!"
"Kirito-san! Selamatkan aku!!" Silica tetap tak bisa tenang dan terus meronta.
"Jangan melihat saja, selamatkan aku!! Akh! Sudah cukup!!!" Silica memberanikan diri dan menebas tangan yang melilit kakinya, kemudian menusuk bagian kepala si monster bunga, Batss!!
Sukses, Silica mengalahkannya.
"Umm.." Silica menoleh ke Kirito, "Apa kau melihatnya?"
"Aku tak melihatnya."
Dalam perjalanan, mereka terus bertemu dengan monster-monster yang mengerikan. Namun, mereka selalu saja bisa menghadapinya, hingga level Silica meningkat menjadi 45.
"Kirito-san, bolehkah aku bertanya mengenai adikmu itu?"
"Kenapa tiba-tiba kau menanyakan itu?"
"Kau bilang aku mirip adikmu, kan... Umm, aku tahu tak sopan menanyakan menanyai dunia nyata, tapi..."
"Aku hanya menganggapnya sebagai adik. Tapi sebenarnya, dia itu adik sepupuku." jelas Kirito.
"Kami tumbuh bersama, jadi aku yakin dia tidak menyadarinya. Seperti itulah, aku menjauhkan diriku dengannya."
"Kakek kami adalah orang yang benar-benar disiplin. Ketika berumur 8 tahun, dia menyekolahkan kami di Dojo Kendo. Tapi, aku hanya bertahan selama dua tahun, kakekku selalu mengalahkanku.."
"Sayang sekali ya..."
"lalu, adikku berkata kalau dia akan berusaha untuk kami berdua, dan berhenti memberi beban untukku. Dia berusaha keras setelah itu, hingga berhasil memasuki tingkat Nasional."
"Wah, hebat sekali.." ucap Silica.
"Tapi, aku selalu mempunyai firasat buruk tentang itu. Aku merasa mungkin saja dia memiliki hal lain yang lebih ia sukai, dan menahan keinginannya itu demi aku. Jadi, aku menolongmu karena aku merasa memiliki hutang budi pada adikku sendiri, maafkan aku."
"Kurasa adikmu tak membencimu." ucap Silica, "Kau tak akan bisa berjuang keras untuk sesuatu yang tidak kau sukai, aku yakin dia pasti sangat menyukai kendo."
Kirito tersenyum, "Kau selalu saja bisa meyakinkanku, mungkin kau benar, aku harap begitu."
"Yosh!!! Aku juga akan berusaha!" Silica melanjutkan perjalanan..
Tiba-tiba, sesosok monster muncul dari tanah yang dipijaknya, "Kyaa!!" Kirita kembali menjerit.
Lalu dengan sekali tebasan, Kirito menghancurkan monster itu.
"Ukhh, sakit" Silica terjatuh ke tanah.
Tak terasa perjalanan telah berakhir. Dan akhirnya, merekapun sampai di tempat yang dimaksud.
"Apa benar bunganya ada disini?"
"Ya, seingatku di sana." kirito menunjuk suatu lokasi dan segera mendekat kesana.
"Ambilah.." ucap Kirito, dan kemudian Silica memetik bunganya, bunga yang kemudian diketahui adalah item bernama Bunga Pneuma.
"Kita bisa menghidupkan Pina kembali kan?"
"Tentu saja.."
"Syukurlah.."
"Tapi di sini terdapat monster-monster yang kuat, kita hidupkan lagi saja Pina saat sudah berada di Kota." saran Kirito, "Aku yakin, dia juga pasti akan berkata demikian."
"Baik.." ucap Silica dan kemudian mereka pun kembali.
Di Jalan, Kirito menghentikan langkah, kemudian meminta Silica untuk berhenti, "Kirito-san?" Silica tak tahu kenapa. kemudian, Kirito berkata, "Siapapun yang ada di balik pohon, Keluarlah.."
Ternyata di balik pohon, seseorang sedang mengamati mereka, seseorang yang tak lain adalah Rosalia.
"Rosalia-san!?"
"kau mampu melihat kemampuan sembunyiku, kemampuan deteksimu pasti sudah level tinggi, Tuan Pendekar pedang.." ucap Rosalia ke Kirito. "Dan sepertinya, kau telah berhasil mendapat bunga Pneuma itu, selamat ya, tapi... Sekarang cepat serahkan bunga itu padaku."
"A-apa yang kau katakan!!?"
"Itu tak akan terjadi, Rosalia-san." ucap Kirito.
"Tidak, lebih tepatnya, pemimpin dari Orange Guild, Titan's hand.." Kirito mengenalnya.
Ternyata, Rosalia adalah seorang pemimpin guild orange, guild penjahat.
"Tapi, indikator Rosalia-san berwarna hijau kan?" Selica tak mengerti.
"Dia menggunakan tipuan sederhana." jelas Kirito, "Warna indikatornya hijau karena tugasnya yang mendekati target dan menggiring mereka menuju tempat di mana pemain merah telah menunggu. Orang yang mendengarkan pembicaraan kami malam itu adalah anak buahmu, kan?"
"Jadi, alasan kenapa kau mengajakku berkelompokmu..."
"Benar sekali.." ucap Rosalia, "Aku menaksir kekuatan, menunggu buruan untuk mendapatkan uangnya. Kau adalah mangsaku yang paling berhati-hati, sayang sekali kau pergi, dan kau berkata akan mencari sebuah item langka... Namun, kau malah memutuskan untuk pergi dengannya, Apa kau bodoh?"
"Atau dia sebenarnya benar-benar telah menggodamu?"
"Tidak, tak ada yang benar." ucap Kirito, "Sebenarnya aku juga sedang mencarimu, Rosalia..."
"Bicara apa kau ini?" Rosalia tak mengerti.
"Sepuluh hari yang lalu, kau menyerang sebuah Guild bernama Silver Flags... Semua dari mereka keculai pemimpinnya telah terbunuh..."
"Ooh, maksudmu kelompok yang tidak punya uang itu?"
"Pemimpin mereka pergi menggunakan Warp Point, untuk pergi menuju baris depan dari pagi sampai malam, memohon pada orang lain untuk membalaskan dendam pada pembunuh itu..."
"Tapi dia sama sekali tak ingin membunuhmu. Dia hanya ingin ada seseorang yang memenjarakanmu, apa sekarang kau mengerti bagaimana perasaannya?"
"Aku sama sekali tak mengerti." ucap Rosalia, "Orang bodoh macam apa yang memikirkan hal seperti itu? Tak ada hukum resmi yang menyatakan bahwa membunuh di game ini akan dianggap kriminal di dunia nyata, dan yang lebih penting, sebaiknya kau pikirkan keselamatanmu sendiri!"
Ternyata Rosalia tak sendiri, melainkan mengajak beberapa anak buah yang juga bersembunyi di balik pohon. Mereka semua telah bersiap dengan senjata, pemain-pemain dengan indikator orange, yang telah siap untuk menyerang Kirito.
"Kirito-san, mereka terlalu banyak.." Silica khawatir.
"Tenanglah..." ucap Kirito, "Sampai aku mengatakan kata lari padamu, tetaplah bersiaga dengan kristal yang aku berikan itu."
"Baik, ta-tapi... Kirito-san!!"
"Kirito-san?" orang-orang tadi kaget saat mendengar nama Kirito, mereka baru sadar...
"Jubah hitam itu, jangan-jangan... pendekar satu pedang, tanpa perisai... Pendekar Pedang Kegelapan." nyali para pemain tadi mulai ciut.
"Rosalia-san, dia adalah seorang beater yang selalu maju ke garis depan... levelnya jauh di atas kita!!"
"Di atas?" Silica tak menyangka.
"Seseorang yang berada di atas tak mungkin berada di tempat seperti ini!!" ucap Rosalia.
"Ayo cepat rampas semua miliknya!!!"
"Matilah kau!!!" Akhirnya para pemain memberanikan diri, menyerang Kirito dengan senjata-senjata yang mereka bawa.
Mereka menebas, mencabik-cabik tubuh Kirito dengan pedang yang mereka bawa. Akan tetapi anehnya, Kirito tetap tenang.
"Aku harus menyelamatkan Kirito-san..." Silica khawatir, namun ketika ia melihat ke arah HP Kirito, terlihat hal yang lebih aneh lagi, HP Kirito belum berkurang sama sekali. Dan meskipun berkurang, HPnya langsung bertambah ke jumlah penuh.
"Apa yang terjadi?" Silica tak mengerti.
"Hah, hah..." Para pemain kewalahan menghadapi kirito yang bahkan belum berbuat apa-apa, hanya berdiri diam.
"Apa yang kalian lakukan? Cepat bunuh dia!!!" Perintah Rosalia lagi.
"400 Damage dalam waktu 10 detik... Apa hanya itu yang bisa kalian tunjukan padaku? Kalau begitu, percuma saja..." ucap Kirito.
"Levelku adalah 78, dengan HP 14500...
Kemampuan penyembuhanku adalah regenerasi otomatis 600 poin setiap 10 detik...
Jadi, kalian tak mungkin bisa mengalahkanku." ucap Kirito.
"Omong kosong macam apa itu?"
"Itu benar." ucap Kirito, "Level yang tinggi akan membuatmu tak terkalahkan. MMO memang menggunakan sistem Level yang tak adil seperti itu..." ucap Kirito.
"Klienku menghabiskan kekayaannya untuk membeli Warp Crystal ini. Aku akan memenjarakan kalian, kalian akan masuk ke dalam penjara."
"Aku berwarna hijau! Jika kau menyakitiku, maka kau akan berwarna orange!!" Ancam Rosalia. Namun tampaknya, ia salah paham, Kirito tak peduli dengan hal semacam itu dan langsung menodongkan pedang ke leher Rosalia.
"Masalah itu akan teratasi karena aku pemain solo... dua atau tiga hari bermain orange tak masalah bagiku."
Rosalia menjatuhkan senjatanya, menyerah...
Hari-hari yang melelahkan telah berlalu. Kini, Kirito dan Silica kembali ke penginapan...
"Maafkan aku, Silica" ucap Kirito, "Pada akhirnya, aku hanya menggunakanmu sebagai umpan...
Kukira kau akan takut jika aku mengatakan siapa diriku yang sebenarnya."
Silica menggelengkan kepala, "Kirito-san adalah orang yang baik, jadi aku tak akan takut."
Kirito tersenyum.
"Lalu, kau akan pergi sekarang?" kesedihan terlihat di raut wajah Silica.
"Ya.." Jawab Kirito.
"Aku sudah meninggalkan barisan depanku selama lima hari, aku harus segera kembali."
"Kelompok di atas pasti hebat sekali ya.." Silica mencoba untuk tersenyum.
"Aku tak akan bisa seperti itu walaupun berlatih selama bertahun-tahun." ucapnya.
"Aku..."
"Level hanyalah sebuah angka..." ucap Kirito.
"Di Dunia ini, kekuatan hanyalah ilusi. Ada hal yang lebih penting dari itu... yah, berikutnya, kita akan bertemu di dunia nyata. Dan saat itu, kita akan menjadi teman seperti sekarang."
"Pasti, suatu hari nanti." Silica menjawab dengan senyuman.
"Oh iya sekarang, mari kita hidupkan kembali Pina."
"Baik!" Silica mengambil item bungan dan jantung Pinda dari daftar menunya.
"Pina, akan kuceritakan semua yang aku alami padamu. Mengenai petualangan hebatku hari ini.." Silica mentesi bulu Pina dengan air dari bunga Pneuma.
"Dan, tentang seseorang yang suatu hari nanti di dunia nyata akan menjadi kakakku.."
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments