Wednesday, November 28, 2018

thumbnail

Versi Teks Boruto Chapter 29 - Kage Bunshin no Jutsu

Kashin Koji akhirnya sampai di Konoha, ia mendarat tanpa ada seorang penduduk pun yang menyadarinya. Saat itu suasana kota tampak ramai, sama seperti biasanya, tapi Kanshin Koji yang seorang shinobi handal mampu menyelinap di antara gedung tanpa ada yang peduli.


Delta masih berdiri di atas ranting pohon di luar Konoha. Ia sadar kalau pernyataan Kashin Koji sebelumnya mengenai kelompok pendeteksi yang akan bisa dengan cepat mendeteksi chakra asing yang masuk ke desa bukanlah bualan belaka. Menyusup ke Konoha harusnya benar-benar merupakan sesuatu yang susah.

"Apa dia menggunakan trik tertentu untuk bisa mengelabuhi kelompok pendeteksi? Sialan si Koji itu, dia bahkan bisa lolos dari pengawasanku.."

Dan memang, Kashin Koji sengaja bergerak sendiri tanpa Delta. "Maaf Delta, tapi ini adalah misiku. Jadi aku akan melakukannya dengan caraku."

Seekor katak kecil kemudian tampak di balik jubahnya.


Di rumah Boruto, mereka bertiga sedang berkumpul. Naruto, Boruto, dan Kawaki. Kawaki memandangi vas baru yang ia beli, dan kelihatannya tidak sampai repot-repot mengelem kembali vas yang ia pecahkan. Lem pemberian Boruto masih tergeletak di atas meja.

Boruto duduk di sofa sambil bermain game, saat kemudian Naruto mengajaknya untuk melakukan latih tanding.

"Hah? Latih tanding Ninja?"


"Ya, sudah lama kan kita tak melakukanya.." ucap Naruto. "Dan hari ini kau sedang tak ada misi, kan?"

"Iya sih, tapi... Gameku lagi seru-serunya nih." ucap Boruto. "Tapiii... Yah, kalau kau memang sangat ingin melakukannya, kurasa aku bersedia menjadi lawanmu.."

Himawari yang juga ada di sana langsung berkata, "Kakak, sebenarnya kau memang ingin, kan?"

Seolah tahu kalau Boruto aslinya memang ingin menghabiskan waktu bersama ayahnya, hanya saja ia sok-sok menolak.

"Apa-apaan sih kau Hima, sudah kubilang jangan cari masalah denganku!"
"Tapi memang benar begitu kan, Kak"


Kawaki masih diam saja memandangi vas bunga.
"Kawaki, kau juga ikutlah dengan kami.." ucap Naruto.
"Mungkin dengan ini kau bisa jadi lebih mengerti tentang Karma"

Dan akhirnya mereka pergi ke sebuah tanah kosong yang dikelilingi pepohonan. Himawari dan Kawaki hanya menonton, sementara Naruto dan Boruto di tengah sedang bersiap untuk melakukan latih tanding.

"Kurasa aku tak perlu mengatakan ini, tapi Yah, aku akan segan-segan dalam menyerangmu" ucap Boruto.

"Memang itulah yang aku harapkan." ucap Naruto. "Tunjukkan padaku sudah sampai sejauh mana hasil latihanmu."


"Semangat kakak!!" teriak Himawari, sementara Kawaki hanya diam saja dan tampak tak begitu tertarik.

Boruto lalu melesat menyerang, mulai dari pukulan lalu menghindari pukulan balik Naruto. Boruto lantas memunculkan dua bayangan, "Kage Bunshin no Jutsu!!"

Kawaki akhirnya tertarik.

"Itu... Itu teknik yang selalu digunakan Hokage, kan?"
"Namanya Kage Bunshin, kakak juga bisa menggunakannya.."

"Kage Bunshin..."


Boruto dan dua bunshinnya lantas menyerang Naruto, namun tentu saja serangan demi serangan itu mampu dengan mudah ditepis oleh Naruto. Tak perlu waktu lama baginya untuk membuat dua bunshin itu lenyap.

"Katanya mau menyerang tanpa segan-segan, apa hanya segini saja kemampuanmu, Boruto?"

Kawaki yang menonton seolah kesal dan tak sabaran, "Hei Boruto!" ia berteriak, "Apa yang kau lakukan? Sudah cukup trik-triknya, langsung gunakan Karma"


"Kau sendiri yang bilang kalau kita perlu mempelajari Karma untuk mencaritahu cara untuk bisa melepaskan diri dari itu, kan? Kalau mengendalikannya saja tidak bisa, kita tak akan berkembang.."

"Memangnya aku bilang begitu?" Boruto tidak ingat.

"Kalau kau masih belum terbiasa dengannya, biar aku bantu.."

Kawaki lantas mengaktifkan Karma. Tanda di tangannya perlahan menyebar, dan secara bersamaan tanda di tangan Boruto pun mulai mengeluarkan reaksi yang sama.


Tanda Karma di telapak tangan Boruto kini telahm enyebar sampai ke sisi kanan wajahnya. Dan ia sadar bahwa Karmanya aktif bersamaan dengan aktifnya Karma Kawaki, seolah keduanya merupakan suatu kesatuan.

"Satu hal yang pasti, hal itu meningkatkan kemampuan fisikmu. Dengan kata lain, Karma membuatmu menjadi lebih kuat." ucap Kawaki. "Karena kau memilikinya, kau pasti merasakannya juga kan, Boruto?"

"Begitu ya.." Naruto mengamati Boruto.
"Memang benar, dibanding tadi sekarang aku bisa merasakan kekuatan yang lebih besar.."


"Masuk akal apa yang dikatakan Kawaki, dan mencobanya pada latihan seperti ini kurasa akan banyak membantu." ucap Naruto.

"Yah, kalau lawannya adalah Ayah, kurasa tak ada masalah" ucap Boruto. Ia bertekad untuk mengetes kemampuan itu.

Boruto, yang kini di mode Karma kembali melesat menyerang. Gerakannya lebih cepat dan kuat. Berbeda dengan tadi, di mana Naruto mampu menghindari serangan demi serangannya dengan mudah, kini Naruto menahan serangan-serangan itu, seolah ia tak cukup cepat untuk menghindar.

Boruto kemudian bersiap untuk menyerang dengan jutsu dari elemen listrik, "Raiton: Jinraisen!!"

Boruto menembakkan panah listrik. Naruto kemudian menggunakan kage bunshin untuk menahan tembakan itu. Tubuh aslinya lantas menghilang.

"Tak hanya kekuatan fisik, daya serang jutsumu juga meningkat..."

Naruto muncul di belakang Boruto.
"Di belakang!?"

Terlambat, Naruto terlanjur melesatkan tendangan ketika Boruto menyadarinya.

Boruto akhirnya terlempar.

"Meski kita tak belajar banyak soal Karma, tapi aku menyadari satu hal yang pasti." ucap Naruto. "Kau sekarang jadi makin kuat, Boruto. Kau sudah berlatih dengan bagus."

Boruto pun tersenyum.

Mereka berdua lalu berjabat tangan, bukan jabat tangan biasa melainkan menggunakan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah.


"Mereka sedang apa?" Kawaki bertanya.

"Itu namanya segel perdamaian, tradisi yang dilakukan ninja tiap selesai bertanding. Anggap saja semacam salam." jelas Himawari.

"Hmm..."

Kawaki mana tahu hal-hal semacam itu.

Di masa lalu, ia menjalani latihan tanpa ampun. Latih tanding yang ia jalani bersama Jigen, ayah angkatnya jauh lebih brutal dari latih tanding barusan. Jigen tak segan-segan menyerang Kawaki sampai babak belur.

Dan tak ada istrihat sama sekali.

"Cepat bangun lagi, kalau kau tak bisa menguasai Karma maka tak ada gunanya kau hidup.."

"Aku tak tahan lagi..."

Kawaki lama-lama kesal, kemudian berteriak, "Aku sudah muak!! Tato apa ini sebenarnya!? Hilangkan ini dariku!!"

Tapi Jigen malah tersenyum. "Lihat betapa bersemangatnya kau, Kawaki, kelihatannya hal itu bekerja padamu dengan baik. Aku senang, sekarang cepat bangun.."

Tapi Kawaki masih tetap muak dan tak mau latih tanding lagi.

"Kawaki... Kau tidak punya apa-apa." ucap Jigen.
"Keluarga, teman, kekuatan, bakat... Kau tak memiliki apa pun, kau kosong.."


"Dan lebih dari siapa pun, kaulah yang paling membenci dirimu yang kosong itu. Ada lubang di hatimu, dan tak peduli apa pun yang kau lakukan kau tak bisa menutupnya. Semuanya terjatuh ke dalam lubang itu."

"Tapi Kawaki," ucap Jigen lagi, "Justru itulah kenapa aku menaruh Karma di dirimu. Hanya itu yang bisa mengisi lubang di hatimu. Itu adalah tanda yang sangat spesial.."

"Kalau memang begitu..." ucap Kawaki, "Kenapa rasanya sakitsekali..."

Plakkk!!!! Jigen menampar kepala Kawaki dengan tongkat.

"Sudah kubilang, kan? Tanpa Karma kau bukan apa-apa. Kalau kau sudah paham, cepat berdiri, sekarang. Karena kalau aku sampai harus membunuhmu, maka mencari pengganti lagi akan merepotkan."

Begitulah, sebuah masa lalu buruk yang tak ingin Kawaki ingat-ingat lagi. Syukurnya saat ini, ia berada bersama Naruto dan tak merasakan perlakuan seperti itu lagi.


Kawaki kini berdua dengan Naruto. Kawaki bertanya-tanya, "Apa kau dan Boruto... Selalu seperti siang tadi?"

"Eh?"

"Kalian terlihat menikmati latihan kalian.." ucap Kawaki.

"Ah, ya memang begitu. Apa lain kali kau mau ikut? Sekalian belajar ninjutsu kami." ucap Naruto.

"Tidak mungkin, aku bukan Ninja. Aku tak punya sesuatu yang sering kalian sebut-sebut itu... Apa sih namanya, chakra.."

"Tidak, itu salah. Chakra dimiliki oleh setiap orang." ucap Naruto. "Itu bukan sesuatu yang dimiliki secara khusus hanya oleh ninja. Yah, walaupun memang untuk menggunakan jutsu, ninja perlu chakra sih.."

"Awalnya, sesuatu yang kami sebut chakra itu adalah sumber dari kekuatan untuk menghubungkan.." ucap Naruto.

"Kekuatan untuk menghubungkan?"

"Menghubungkan kau dan aku, atau Boruto dan Sarada, atau Himawari dan Hinata... Semuanya terhubung melalui chakra"


"Hmm, aku tak terlalu paham apa yang kau maksud." ucap Kawaki. "Tapi teknik bunshin yang kau gunakan itu, aku ingin mempelajarinya. Sepertinya itu teknik yang berguna."

"Kage Bunshin? Yah, itu memang teknik yang sangat berguna. Kau jadi bisa melakukan berbagai macam hal sekaligus."

"Bisa digunakan untuk itu, tapi bisa juga digunakan untuk memukul dirimu sendiri, misal kalau sedang kesal, kan?"


Naruto agak terhentak dengan pernyataan Kawaki. Mungkin baru kali ini ia mendengar ada orang yang ingin menggunakan Kage Bunshin untuk sesuatu semacam itu.

"Kalau aku bisa menghajar diriku sendiri, aku jadi bisa membuat diriku lega kapan pun aku mau, kan?"

Naruto masih terdiam, kemudian berkata, "Meskipun kau bisa melakukannya, hal itu tidak akan membantu. Kau tak akan merasa baikan karena itu.."

"Bagaimana kau bisa tahu? Kita tak akan tahu kalau belum mencobanya, kan.."

"Aku sudah pernah mencobanya." ucap Naruto. "Dulu dulu sekali, jadi aku pernah membuktikannya."

"Eh?"


"Kalau kau memang ingin berkelahi, carilah lawan sungguhan. Karena itu sangat bagus untuk memiliki seorang rival.."

Naruto menatap foto di sudut ruangan, foto lama Tim 7 yang masih tertempel rapi di dinding. Di sana ada rivalnya, rival abadi Naruto dari masa kecil, Uchiha Sasuke.

"Bersama teman-temanmu, kau bisa mengubah dunia."


"Mungkin kedengarannya sulit untuk dipercaya," ucap Naruto lagi, "Tapi aku juga pernah membuktikannya."

Naruto lantas tersenyum lebar. Dan memang iya, dunia damai seperti sekarang ini memang berhasil Naruto ciptakan bersama teman-temannya.

Pada akhirnya Kawaki melakukan apa yang Boruto inginkan. Ia mengambil lem perekat itu, lalu pergi ke tempat pembuangan sampah untuk mencari sisa-sisa vas bunga yang ia pecahkan.

"Kenapa aku mau-mau saja melakukan ini.." Kawaki sendiri tak percaya.

Tak jauh darinya, seekor katak mengawasi.


Dan apa yang dilihat katak itu dilihat juga oleh Kashin Koji.
"Di sana kau rupanya, Kawaki..."

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments