Wednesday, April 1, 2015

thumbnail

Versi Teks One Punch-Man Chapter 1 - Satu Pukulan

Suasana kota di pagi yang cerah itu tampak normal seperti biasanya. Matahari menyinari gedung-gedung tinggi serta jalanan tempat mobil dan orang-orang berlalu lalang. Suasana yang begitu damai, sampai tiba-tiba...

BOOOOMBB!!!!

Ledakan yang begitu hebat terjadi. Kurang dari satu detik, puluhan gedung hancur, menjadi puing-puing yang tersebar ke segala penjuru. Gedung-gedung ambruk, jalanan rusak, ledakan itu benar-benar meluluhlantahkan seisi kota.

Kenapa ledakan itu bisa terjadi? Ternyata yang melakukannya adalah sesosok monster bertubuh kekar, gelap dan penuh urat. Dari wujudnya, kelihatannya dia bukan penduduk Bumi. Dari bawah hingga ujung kepala kulitnya halus tanpa rambut, dan ia memiliki sepasang antena di atas matanya.

Mahluk itu menatap dengan tatapan yang tajam. Setelah melakukan ledakan tadi, ternyata dia masih belum juga puas. Ia melompat, melayang di udara lalu mengeluarkan tak kuran dari empat bola peledak dan melemparkannya ke kejauhan.

Ledakan kembali terjadi, empat titik lainnya di kota itu hancur dalam sekali lemparan.

"Tanahnya berguncang, kekacauan dimana!!" lapor seorang reporter yang meliput berita tak jauh dari pusat ledakan. "Ledakan besar dimana-mana!! Seolah semua kota akan...."

BOOOMMB!!! Kssshhhh....

Televisi yang menyiarkan berit tadi tiba-tiba saja mengalami gangguan.

Setelah melihat kondisi itu, seorang anak lelaki botak yang sebelumnya hanya menyaksikan kekacauan di kotanya lewat televisi merasa kalau dia sudah tak bisa berdiam diri lagi.

"Sepertinya sudah waktunya bagiku untuk pergi." ucap anak itu, pahlawan yang akan mengeksekusi kejahatan dengan Keadilan.

Tak jauh dari pusat ledakan, di antara puing-puing bangunan dan api y terus saja berkobaran, tampak seorang anak gadis yang menangis tersedu-sedu. "Huaaa!!! Ibu!! Ayaaaah!!!!"

Malang nasibnya, tangisan itu justru didengar oleh monster mengerikan itu. Si monster pun mendekatinya, berjalan perlahan, makin mendekat, mendekat, mengulurkan tangannya.. kemudian GRAPPPP!!!!

Monster itu menggunakan tangan besarnya untuk mencengkram tubuh mungil gadis itu. Untung saja, sebelum dibuat remuk oleh cengkraman itu, terlebih dahulu seseorang datang dan menyelamatkan gadis itu.

Ya, orang itu adalah si pahlawan super, ia datang tepat waktu dan dengan cepat membawa si gadis ke tempat yang lebih aman.

"Siapa kau?" tanya si monster.

Pahlawan super tersenyum, lalu berkata dengan santainya, "Cuma orang biasa yang bertugas sebagai pahlawan biasa.."


"Jangan bercanda.." kerutan-kerutan urat makin tampak di sekujur tubuh si monster, menandakan kalau dia makin kesal dan marah. "Aku!! Di sisi lain, aku adalah mahluk yang tercipta oleh polusi yang secara terus menerus diciptakan oleh manusia penuh dosa seperti kalian!!! Aku adalah mahluk vaksin!!"

"Bumi adalah sosok ibu yang merupakan kehidupan itu sendiri, dan kau manusia penuh dosa hanyalah virus yang terus menggerogoti energi kehidupan yang ia miliki!!!"

Monster itu makin kesal, makin berteriak dan tubuhnya berubah menjadi semakin mengerikan. "Aku dilahirkan untuk melenyapkan umat manusia dan seluruh peradaban kalian!! Aku adalah reinkarnasi dari kemarahan alam!! Tapi kau!! Kau bilang dirimu pahlawan, hah!?"

"Berani-beraninya kau menentang alam hanya karena alasan seperti itu!!!"

Monster itu sampai pada puncak kemarahannya, tubuhnya membesar hingga puluhan kali ukuran aslinya. Cakar-cakar tajam muncul dari ujung jari besarnya, gigi-gigi dan sepasang taring yang lebih panjang dari pedang, "Tak ada cara lain untuk membasmi virus manusia selain melenyapkan mereka semua!!!"

BAM!!! Pahlawan super memukulnya dan dengan sekali serangan tubuh monster itu hancur. "Gaaaaaaaahhhhh!!!!!!" teriaknya sebelum akhirnya lenyap menjadi serpihan daging.

Sejenak pahlawan super itu terdiam, masih diam, lalu berteriak, "Aaaaaaaa!!!!!!!!" ia kesal, karena lagi-lagi, pertarungannya berakhir dengan sekali pukulan. Padahal dia berharap mahluk tadi bisa memberinya perlawanan yang berarti.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments