"Yoruko-san!!!" Kirito berlari menuju jendela, berteriak sambil melihat ke bawah. Namun, semuanya sudah benar-benar terlambat. Kirito lalu melihat sekeliling kota, mencari-cari darimana senjata itu ditembakan dan oleh siapa. Hingga akhirnya, Kirito melihat sesesosok pemain misterius sedang berdiri di atap sebuah gedung. Kirito memperjelas pandangannya, namun pemain berjubah itu buru-buru berlari.
"Asuna! Ku serahkan yang disini padamu!!" Kirito meloncat ke keluar dari jendela, berusaha mengejar pemain misterius itu. "Tunggu!!" Teriak Asuna, mencoba untuk mencegat namun Kirito telah terlanjur pergi.
Kirito meloncat dari satu atap ke atap lainnya, kemudian berlari secepat yang ia mampu hanya untuk mengejar pembunuh misterius itu.
Kirito semakin dekat, pembunuh misterius yang menutupi dirinya dengan jubah hitam itu hanya tinggal berada satu atap darinya. Namun tiba-tiba, pembunuh misterius itu mengeluarkan suatu kristal.
"Sial!" Kirito melemparinya dengan senjata sejenis kunai, namun sesuatu sejenis tameng melindungi oembunuh itu.
"Teleportasi?" Kirito mengetahui kemampuan dari kristal yang dibawa oleh si pembunuh, "Tapi kemana?" Hal inilah yang tak Kirito ketahui.
Lonceng kota berbunyi, dan kemudian si pembunuh mengaktifkan kristal yang dibawanya, membuatnya menghilang di tengah merahnya langit kota itu.
"Sial." Ucap Kesal Kirito yang gagal menangkap pembunuh itu, atau bahkan hanya untuk sekedar melihat identitas di balik jubah itu.
Akhirnya Kirito kembali ke ruang tempat Asuna dan Schmitt berada.
"Bodoh!" Sambut Asuna dan lalu bertanya, "Bagaimana?"
"Tidak terkejar, dia melakukan teleportasi" Ucap Kirito, "Penginapan ini seharusnya dilindungi oleh sistem, seharusnya kita aman disini, Sial!" Kirito kesal dan menghantam tembok.
"Orang berjubah itu pastilah Griselda." Ucap Schmitt, "Itu pastilah hantu dari Griselda!" Schmitt memegangi kepalanya, terlihat benar-benar ketakutan, "Dia kembali untuk membalas dendam pada kami!"
"Hah, hanya hantu yang bisa melakukan kejahatan di zona aman, hahaha." Schmitt begitu ketakutan hingga terlihat seperti orang gila, "Hahaha!!"
"Bukan hantu." Ucap Kirito, "Pasti ada penjelasan logis mengenai pembunuhan di area yang dilindungi sitem ini, pasti ada."
Setelahnya Kirito dan Asuna pergi ke luar, duduk di alun-alun kota sambil kembali membicarakan masalah ini.
"Apa orang yang berjubah itu benar-benar Griselda-san? Setelah melihat apa yang terjadi, aku sendiri mungkin juga berpikir demikian" Ucap Asuna sementara Kirito tertunduk
"Tidak, tak ada yang seperti itu disini" Ucap Kirito. "Ditambah, hantu tak perlu menggunakan kristal teleportasi. Kristal Teleportasi?" Kirito menyadari sesuatu saat mengucap kata Kristal Teleportasi.
"Ada apa?" Asuna bertanya.
"Tidak, tak ada apa-apa." Ucap Kirito.
Untuk beberapa saat, mereka saling diam. Hingga akhirnya, Asuna memberikan suatu bungkusan pada Kirito, "Ini."
"Untukku?"
"Jika bukan untukmu, untuk siapa lagi? Aku mengulurkan tanganku padamu, kan?"
"Ba0baiklah, terimakasih." Kirito menerimanya, bungkusan pink keunguan yang ternyata di dalamnya berisi makanan sejenis sandwich.
"Sebentar lagi akan kadaluarsa dan menghilang, jadi cepat makanlah" Ucap Asuna.
Kirito memakannya satu gigitan, mencoba untuk mengetahui rasanya dan kemudian berkata, "Enak sekali" Dan ia lalu kembali memakannya, "Kapan kau mendapat makanan ini?"
"Sudah ku bilang makanan itu akan kadaluarsa kan? Aku menyiapkannya untuk situasi seperti ini" Ucap Asuna.
"Jadi sampai seperti itukah persiapan dari seorang wakil pemimpin Knight of Blood.
Lalu, dimana kau membelinya?"
"Aku tak membelinya" Ucap Asuna, "Kau tak akan menemukannya dimanapun"
"Eh?" Kirito tak mengerti.
"Kau sudah tahu kan, aku ini bisa memasak"
"Ah, itu, bagaimana mengatakannya ya.
Kalau kau membawa makanan ini ke pelelangan, kau akan menjadi kaya" Ucap Kirito dan kemudian tertawa.
Deg!
Asuna menghentakan kaki, membuat Kirito kaget dan secara tak sengaja menjatuhkan makanan yang tinggal setengah itu. Bats, dan kemudian makanannya menghilang.
"..." Kirito tertunduk, meratapi nasib makanan lezat yang hilang begitu saja di depannya.
"Persediaanku sudah habis" Ucap Asuna, Kirito masih tertunduk.
"Ada apa?"
"A!!!!" Kirito menyadari sesuatu, "Benar juga, jadi seperti itu ya!" Ucapnya.
"Ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?" Asuna tak mengerti.
"Aku.
Kita tak melihat apapun" Ucap Kirito, "Kita mengira melihatnya, tapi kita tak benar-benar melihatnya"
"Eh?"
"Hampir tak mungkin bagi senjata jenis apapun untuk menembus pengamanan kejahatan di zona aman"
Sementara itu, jauh di lantai bawah, tepatnya Level 19, wilayah bernama Hill of the Cross.
Tempat itu terlihat gelap, menyeramkan, dengan pohon-pohon yang ada terlihat layu tanpa daun. Dan di tempat itu, terdapat sebuah pohon besar tanpa kayu, dimana seorang lelaki berdiri di depannya sambil berkata, "Griselda. Tak ada yang bisa menyelamatkanku, jadi aku datang untuk meminta maaf padamu" Kelihatannya tempat itu adalah makam yang dibuat untuk Griselda, dan lelaki yang memanggil namanya itu adalah Schmitt yang ingin meminta maaf.
"Maafkan aku! Maafkan aku!" Ia bersujud, "Tolong maafkan aku, Griselda! Aku. Aku tak pernah menyangka kalau jadinya akan seperti ini!"
"Benarkah?" Samar-samar terdengar suara perempuan.
"!?" Schmitt mengangkat kepala dan kaget.
"benarkah?" Suara perempuan yang samar-samar itu semakin jelas di telinga Schmitt.
Sesosok bayangan bergerak cepat dari belakang Schmitt. Namun ketika Schmitt menghadap ke belakang, ternyata itu hanyalah seekor kelinci.
"Fyuuh." Schmitt menghela nafas dan kembali menatap ke depan. Akan tetapi, pembunuh berjubah misterius telah berada di depannya.
"Aaarghhh!!!!!!" Schmitt berteriak ketakutan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya pemain berjubah itu.
"Apa yang sudah kau lakukan padaku, Scgmidt?" Pemain berjubah mengeluarkan pedang dari balik jubahnya.
"Pa-pada saat kita mengambil kesepakatan mengenai cincin itu, kristal dan memonya berada di saku kantungku!" Schmitt kembali bersujud, "Dan yang menyuruhku."
"Siapa, Schmitt?" Tiba-tiba terdengat suara laki-laki, suara Grimlock.
"Grimlock? Apa kau juga sudah mati?" Schmitt kaget, di depannya telah berdiri dua sosok pemain berjubah hitam.
"Siapa? Siapa yang memberikan perintah padamu?"
"A-aku tak mengetahuinya! Sungguh!" Schmitt menggelengkan kepala, dan kemudian menjelaskan semuanya, "Memo itu hanya memberiku perintah untuk menyusup ke ruangan Griselda, lalu mengambil benda itu, dan menyimpannya di Guild Bank"
"Lalu?"
"Itu saja!" Schmitt kembali menundukan kepala, "Sungguh aku tak pernah membunuh siapapun! Aku mohon percayalah padaku!"
"Kami telah merekam semuanya, Schmitt."
"Eh??" Schmitt kaget karena tiba-tiba suaranya berubah. Dan ternyata, pemain berjubah di depannya bukanlah Griselda dan Grimlock, melainkan Yoruko dan Kains.
Kembali ke tenpat Kirito, ia menjelaskan apa yang ia ketahui pada Asuna, membuat Asuna kaget dan kembali bertanya, "Mereka masih hidup!!?"
"Ya, mereka masih hidup" Ucap Kirito, "Yoruko-san, dan juga Kains masih hidup."
"Ta-tapi."
"Di dalam zona aman, HP pemain tak akan pernah berada di bawah keadaan normal.
Tapi, berbeda jika obyek telah kadaluarsa, seperti sandwich yang kumakan tadi. Saat itu, armor dari Kains telah tertusuk oleh tombak. Tapi, sebenarnya itu tidak mengurangi HP, hanya mengurangi daya tahan armornya."
"Lalu, apa yang terjatuh dan tercerai berai waktu itu?"
"Ya, itu hanyalah armor kosong. Dia menggunakan timing yang tepat dan berteleportasi ketika armornya hancur. Hasilnya, dia terlihat seperti telah mati, walau sebenarnya tidak"
"Jadi, Yoruko-san juga?"
"Sebenarnya dia pasti sudah membawa pisau itu saat berbicara dengan kita"
"Saat berbicara dengan kita?"
"Coba pikirkan, waktu itu dia tak pernah berdiri atau menunjukan punggungnya pada kita. Dia tetap berbicara dan memastikan berkurangnya daya tahan armornya"
Ternyata Yoruko bukan ditusuk dari belakang, melainkan ia sengaja menusuk punggungnya sendiri. Lagipula, di game ini tak ada rasa sakit.
"Lalu pada saat yang tepat, ia berakting seolah ada benda tajam menusuknya dari luar" Jelas Kirito.
"Jadi, itu artinya orang berjubah hitam itu."
"Aku berani bertaruh itu adalah Grimlock" Ucap Kirito, "Kains dan Yoruko telah menyadari mereka bisa memalsukan kematian mereka dengan metode ini. Mereka bahkan ingin memberikan ketakutan yang lebih hebat dengan menunjukan pembunuhan di zona aman"
"Dan, tujuan mereka adalah untuk mengungkap kejadian di balik kasus cincin itu?" Asuna mulai bisa mengerti, "Mereka mengatur kematian mereka sendiri dan membuat seolah-olah sebagai balas dendam hantu"
"Ya, dan mereka pasti sudah mencurigai Schmitt dari awal" Ucap Kirito.
"Oh iya, Yoruko-san masih berada di dalam friend-list mu kan?"
"Ah" Asuna lalu mengecek friendlistnya, "Dia berada di lantai 19, di sebuah bukit kecil dekat dengan kota"
"Begitu ya, untuk sekarang kita serahkan saja kasus ini pada mereka" Ucap Kirito, "Bagian kita adalah saat kasus ini telah berakhir"
"mm" Asuna mengangguk.
Kembali ke lantai 19, tempat Schmitt berada.
"Merekamnya?" Schimdt sempat kaget, namun akhirnya dia bisa bernafas lega.
"Begitu ya, kalian begitu mengkhawatirkan Griselda."
"Kau sendiri juga tidak membencinya kan?"
"Tentu saja tidak!" Ucap Schmitt. "Percayalah padaku.
Lalu, akupun secara kebetulan bisa lolos seleksi pasukan Holy Dragon Alliance, dan senjata langka yang aku miliki ku beli dengan uangku sendiri"
Batsss.
Seseorang tiba-tiba menusuk bahunya dari belakang, tidak membuat HPnya banyak berkurang melainkan hanya melumpuhkan, "Senjata pelumpuh?"
"!!?" Yoruko dan Kains juga kaget melihat hal ini, kelihatannya tak ada dalam rencana.
"One Down!!" Ucap si penusuk misterius itu. Seorang pemain berjubah hitam dengan indikator orange.
"Ja-jangan-jangan, dia!?"
"Sudah kuduga, orang ini adalah buruan yang lumayan.
Pemimpin Pertahanan dari Holy Dragon Alliance" Satu lagi pemain berjubah misterius muncul.
"Kelompok pembunuh pemain, Laughing Coffin!" Schmitt mengenal kelompok pembunuh misterius itu.
"Sekarang, bagaimana cara membuat agar ini semakin menarik?"
"Lakukan, lakukan itu, pemimpin!!" Kelompok itu terdiri dari tida pemain misterius berjubah hitam, "Di dalam game mereka memang harus bertarung untuk kematian dan kehidupan mereka!"
"Jika tak salah, terakhir kali kaulah yang telah melakukan pembunuhan kan?"
"Ah, seharusnya kau tak membocorkannya terlebih dahulu, pemimpin!"
"lalu, apa yang harus kita lakukan padanya?" Pemimpin mereka mendekati tempat rebahnya Schmitt. Dan lalu, bersiap untuk mengayunkan senjata yang ia bawa. Akan tetapi, tiba-tiba seekor kuda muncul, kuda yang ternyata mengangkut Kirito.
"Eh!?"
"Sepertinya aku datang tepat waktu" Ucap Kirito dan lalu memerintahkan kudanya untuk kembali, "Lalu apa yang akan kalian lakukan sekarang? Apa kalian ingin menghadapi tiga puluh orang dalam pasukan penyerangan?" Kirito berjalan mendekat ke mereka, lalu menarik pedangnya.
Untuk sesaat Kirito dan pemimpin mereka saling bertatap mata, namun akhirnya si pemimpin memberi aba-aba dan merekapun pergi, "Ayo pergi"
Dengan ini, Schmitt, Yoruko, dan Kains selamat.
"Fiuuh.
Kita bertemu lagi, Yoruko-san" Kirito memasukan pedangnya kembali.
"Aku ingin meminta maaf padamu saat semua ini telah berakhir" Ucap Yoruko, "Tapi ku pikir kau tak akan mempercayai apa yang aku katakan"
"Kirito, terimakasih telah menyelamatkan kami" Schmitt mulai bisa menggerakan dirinya.
"Tapi, bagaimana kau bisa tahu kalau ketiga orang itu akan menyergap kami disini?"
"Sebenarnya aku sendiri tak tahu mengenai itu" Ucap Kirito, "Aku hanya menyimpulkan kemungkinannya saja. Lalu, kains-san, Yoruko-san, dua senjata yang kalian pakai adalah buatan dari Grimlocks-san, kan?"
"Sebenarnya, dia tak ingin membuatnya." Ucap Yoruko, "Dia berkata, dia ingin membiarkan Griselda meninggal dengan damai."
"Tapi setelah kami memohon, akhirnya dia mau membuatkannya" Lanjut Kains.
"Sayang sekali, tapi dia menyetujui rencana kalian bukanlah karena Griselda-san" Ucap Kirito.
"Eh?"
"Jika kalian sampai mengalami pembunuhan di Zona aman, kalian akan banyak menarik perhatian, dan lambat laun orang pasti akan menyadarinya. Dan, aku baru menyadarinya 30 menit yang lalu"
Flasback.
Saat mengetahui trik mereka, Kirito dan Asuna kembali membicarakan masalah ini.
"Aku berhenti untuk berperan dalam rencana Yoruko-san" Ucap kirito, "Tapi, sebenarnya aku tidak keberatan."
"Begitu ya" Ucap Asuna dan lalu bertanya, "Hei, jika kau yan mengalaminya, apa yang akan kau lakukan jika mendapat item langka?"
"Bagaimana ya."
"Aku tak suka jika itu sampai terjadi, tapi tak apa karena aku pemain solo." Ucap Kirito.
"Di Guild kami, item akan menjadi milik penerimanya" Ucap Asuna.
"Mm?"
"Itulah peraturan kami.
Dalam SAO, tak masalah siapa yang akan menerima item yang dijatuhkan setelah pertarungan. Jadi, lebih baik menerapkan peraturan seperti itu daripada menyembunyikan rahasia atau kebohongan. Dan lagi, mengenai sistem pernikahan yang ada di Dunia ini, sepertinya memiliki suatu arti. Jika kau menikah, maka kau akan berbagi item penyimpananmu pada pasangan yang telah kau nikahi itu. Jadi meskipun kau menyembunyikan sesuatu darinya, setelah menikah kau tak akan bisa menyembunyikan apapun. Berbagi penyimpanan benar-benar sistem yang pragmatis, tapi di sisi lain, aku rasa itu romantis." Ucap Asuna panjang lebar.
"Hei." Kirito hendak menanyakan sesuatu.
"Ada apa?"
"Asuna, apa kau sudah pernah menikah sebelumnya?"
"!!!" Mendadak Asuna kesal dan langsung menodongkan garpu ke Kirito.
"Ti-tidak! Tidak! Aku tidak berpikir macam-macam!!" Ucap Kirito. "Ayolah, aku hanya tertarik dengan kata romantis dan plastikmu tadi"
"Aku tak pernah mengatakan itu!!" Asuna masih kesal dan menendang kaki Kirito.
"Ouchh."
"Aku tadi bilang romantis dan Pragmantis!! Pragmantis itu artinya praktek dan Realistik" Asuna ngambek.
"Realistis menikah di SAO?"
"Ya, itu sangatlah jelas dan mudah.
Membayangkan kau membagi penyimpananmu."
Saat mendengar inilah, Kirito menyadari sesuatu.
"Ada apa?"
"Berbagi penyimpanan.
Apa yang akan terjadi pada itemnya jika orang yang kau nikahi sudah mati?"
"Mm?"
"Jika saja berbagi penyimpanan item, apa yang akan terjadi jika salah seorang mati?"
"Maksudmu mengenai Griselda-san dan Grimlock-san ya? Benar juga, jika salah satu meninggal."
"Mungkinkan semua item akan berpindah ke orang satunya?"
"Hah! Itu artinya, cincin langka yang ada dalam penyimpanan Griselda-san."
"Ini bukanlah pembunuhan, tentu saja cincin itu akan berpindah ke penyimpanan Grimlock." Ucap Kirito.
"Jadi, cincinnya tidak dicuri?"
"Tidak, bukan begitu, tetap saja dicuri.
Grimlocklah yang telah mencurinya dari penyimpanannya sendiri" Ucap Kirito, membuat kaget Asuna.
"Grimlock.
Apa dia yang mengirimkan memo itu untuk membunuh Griselda?"
"Tidak, aku tak yakin dia akan mengotori tangannya dengan tindakan seperti itu" Ucap Kirito.
"Dia mungkin menyewa pemain orange untuk melakukan pembunuhan" Lanjutnya.
"Eh?"
"Ti-tidak mungkin." Yoruko benar-benar tak percaya.
"Jika memang dia pelakunya, kenapa dia memberikan pertolongan pada rencana kami?"
"kau sudah memberitahukan rencanamu pada Grimlock kan? Dia menggunakan ini untuk mengubur kasus cincin itu selamanya" jelas Kirito, "Schmitt, Yoruko-san, dan Kains-san.
Dia telah menunggu kesempatan kalian bertiga berkumpul, lalu membunuh kalian semua"
"Begitu ya, jadi itu kenapa Guild PK menunjukan diri."
"Mungkin memang merekalah yang memberi andil dalam pembunuhan Griselda"
"Tidak mungkin." Asuna benar-benar tak menyangka.
Ternyata, mereka memang sedang diawasi oleh Grimlock.
Grimlock bersembunyi di balik salah satu pohon di tempat itu, menunggu kesempatan.
Namun untungnya, Asuna yang ternyata juga datang kemari dan ditugaskan untuk mencarinya berhasil menemukan Grimlock dan membawanya ke Kirito dkk, "Aku menemukannya" Ucap Asuna.
Kirito memasang tampang waspada, "Mari kita dengar semua penjelasan dari pelakunya." Ucapnya.
"Hai, lama tak jumpa, kalian bertiga" Sapa Grimlock, yang ditodong menggunakan pedang oleh Asuna.
"Grimlock-san, kau.
Apa benar kau."
Grimlock tak menjawab.
"kenapa, Grimlock-san!!? Apa kau begitu menginginkan uang hingga mencuri cincin dan membunuh istrimu sendiri!?" Yoruko berteriak sambil menangis tak percaya.
"Huh, uang, uang katamu? Ini bukanlah masalah uang" Ucap Grimlock.
"Aku akan membunuhnya apapun yang terjadi. Dia adalah istriku di Dunia ini, dan juga istriku di Dunia nyata. Dia adalah istri idaman semua pria, dia cantik dan penurut, ami tak pernah beradu argumen. Tapi, saat terperangkap di Dunia ini, dia berubah. Tak sepertiku, dia sama sekali tidak khawatir ataupun takut dengan game kematian ini. Dia bahkan menjadi lebih hidup di dalam game ini daripada di Dunia nyata, dan aku harus menerimanya! Yuuko yang aku cintai itu telah menghilang. Lalu, saat pembunuhan bisa dilakukan di Dunia ini, aku menguncinya.
Aku ingin mengunci Yuuko yang ada dalam kenanganku selamanya. Apa salah kalau aku melakukannya!?"
"Kau membunuh istrimu sendiri hanya karena alasan seperti itu?"
"Alasan seperti itu sudah cukup.
Suatu hari kau akan mengerti, bocah detektif.
Saat kau menemukan cinta, dan saat kau merasakan kehilangannya" Ucap Grimlock.
"Tidak.
Kau salah, Grimlock-san" Ucap Asuna.
"?"
"Bukan cinta yang kau rasakan pada Griselda-san.
Itu hanyalah perasaan posesifmu!"
"!!!" Grimlock tertunduk, sadar dan tak mampu berkata apa-apa lagi, kemudian ketiga temannya mendekatinya.
"Kirito-san, bolehkah kami membawa orang ini bersama kami?"
"Aku mengerti" Ucap Kirito, dan kemudian mereka membawanya pergi.
Setelahnya, hari mulai pagi.
Matahari mulai muncul dan tempat gelap itu berubah menjadi cerah.
"Huaaah!!" Kirito meregangkan tangannya ke udara.
"Hei."
"mm?"
"Jika dipikir-pikir lagi, saat kau menikah.
Dan kau menyadari kalau yang kau nikahi belum kau kenal sebelumnya,
apakah yang akan ada di dalam pikiranmu?" Asuna bertanya.
"Eh? Ku rasa aku termasuk orang yang beruntung.
Ja... Jadi, jika kau sudah menikah, itu artinya kau juga mencintai sisi lain dari orang yang telah kau ketahui sebelumnya. Jadi, jika kau menemukan sisi lain dari pasanganmu, bukankah itu artinya kau akan mencintai pasanganmu lebih kuat lagi?" Ucap Kirito.
"Yah, terserah saja.
Yang lebih penting, sekarang aku lapar" Ucap Asuna, "Hari ini aku tak bisa makan secara teratur"
"Ba-baiklah."
"Kita telah meninggalkan garis depan selama dua hari, besok kita harus segera kembali."
"Yah, aku ingin menyelesaikan lantai itu dan mengakhirinya minggu ini juga." Ucap Kirito, kemudian Asuna berjalan pergi.
Namun, tiba-tiba Kirito menghentikannya.
"Eh? Ada apa?" Asuna menoleh ke belakang dan kemudian ia kaget dengan apa yang dilihatnya :
"Hei, Kirito-kun, mari tambahkan status pertemanan kita."
"Eh?"
"Kita belum melakukan itu kan? Jika kita dalam satu tim penyerangan, akan merepotkan jika tak bisa saling menghubungi satu sama lain kan?"
"Tapi, aku adalah pemain solo."
"Aku bukan bermaksud mengajakmu berkelompok denganku. Aku hanya ingin kau menambahkan status teman denganku."
"Ba-baiklah, meskipun aku tidak berkata kalau itu nyaman."
"Pikirkan saja sambil makan nati. Pertama-tama ayo kita kembali ke kota."
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments