Lantai 11 : Taft
"Kita adalah The Moonlit Black Cats! Bersulang!"
"Bersulang!"
Sebuah kelompok yang beranggotakan lima pemain sedang bersulang, merayakan keberhasilan mereka.
"Dan untuk pahlawan yang sudah menyelamatkan kita, bersulang!"
Mereka berlima melirik ke arah seseorang, seorang pemuda yang bukan anggota namun juga duduk di sana, Kirito.
"Be-bersulang" Kirito salah tingkah.
"Terimakasih banyak, Kirito"
"kau sudah menyelamatkan kami" ucap orang-orang kelompok itu.
"Terimakasih" Tak henti-hentinya mereka mengucapkan terimakasih.
"Aku benar-benar berterimakasih padamu"
"Ah, tidak perlu berterima kasih" Kirito merendah.
"Tapi, tadi aku benar-benar takut...
Lalu kau datang menyelamatkan kami, aku senang sekali" ucap salah seorang anggota perempuan guild bernama Black Cats itu.
"Anu, Kirito-san..." Anggota lain dari kelompok itu bertanya bisik-bisik pada Kirito, "Aku tahu kurang sopan menanyakan hal seperti ini, tapi, level berapakah dirimu?"
Sejenak Kirito terdiam, kemudian menjawab dengan tatapan mata sayu, "Sekitar dua puluhan" Padahal aslinya, Kirito berada di level 40.
"Wah, berarti tak beda jauh dengan kami ya" ucap orang tadi, percaya begitu saja dengan kebohongan yang Kirito ucapkan. "Tapi, kau hebat sekali" Lanjutnya.
"Keita, kau tak perlu bersikap terlalu kaku padaku" ucap Kirito.
"Single Player hanya menargetkan musuh yag terisolasi, dan itu sama sekali tak efisien"
"Ah, jadi begitu ya...
Baiklah Kirito, bagaimana kalau...
Bergabung dengan guild kami?" keita mengajak Kirito bergabung.
"Eh?"
"Kami hanya memiliki seorang penyerang di dalam tim yaitu Tetsuo, pengguna senjata gada. Dan, dia ini namanya Sachi" keita memperkenalkan gadis tadi, "Aku ingin dia berlatih menggunakan pedang dan prisai, jadi dia juga bisa bertarung di garis depan...
Tapi, dia bilang dia tak yakin untuk melakukannya...
Mungkin kita bisa mengajarinya teknik tali-menali"
"Umm, kenapa kau berbicara seolah aku tak bisa apa-apa?" Protes Sachi, gadis manis berambut biru itu, "Aku hanya tak bisa pergi sendiri dan bertarung di barisan depan, itu menakutkan"
"Kalau begitu terus saja bersembunyi di balik prisaimu, haha" ucap Anggota lainnya.
"Hah, kau ini selalu jadi kucing penakut ya" Mereka tertawa.
"Semua anggota di Guild kami adalah anggota PR di sekolah kami, jadi kami semua sudah akrab" ucap Keito. "Tapi, kau tak perlu khawatir...
Aku yakin Kirito pasti cepat beradaptasi" Lanjutnya.
"Iya kan?"
"Ya!"
"Baiklah" Akhirnya Kirito setuju,
"Aku akan jadi teman setim kalian, mohon bantuannya"
Dengan ini, Kirito resmi menjadi bagian dari guild Black Cats.
"Ayo lakukan yang terbaik!"
Rusa Berhidung Merah
9 Mei 2023
Lantai 20 : Hutan Sunlit
Satu bulan telah berlalu semenjak Kirito bergabung dengan Black Cats. Dan kini, mereka telah sampai di lantai 20, tepatnya di hutan Sunlit, bertarung bersama melawan seekor belalang raksasa.
Belalang itu hendak menyerang, namun Sachi diam saja, ketakutan di balik prisainya. Untung saja, teman-teman Sachi cukup kuat untuk tetap melindunginya, terutama Kirito...
"Sachi!! Mundurlah!" Kirito maju menebas tangan pisau si belalang ketika ia hendak menusuk tubuh Sachi.
Dengan pedangnya, Kirito menebas serangan si belalang. kemudian ketika ada kesempatan, Kirito bertukar dengan Tetsuo, "Tetsuo, switch!!"
"Baik!!" Dengan gadanya, Tetsuo menghantam hancur si belalang.
Dengan ini, Tetsuo mendapat EXP dan naik level. Dari yang mulanya 22, menjadi 23.
"Yosh!!" ucap senang Tetsuo, yang kemudian disambut oleh tawa teman-teman satu timnya.
Suatu padang rumput, hijau dan indah, Kirito dan keita sedang istirahat berdua. Kirito duduk sambil makan sementara Keita berbaring sambil membaca koran yang memuat headline dunia Sword Art Online. Dan berita yang ia baca adalah, tentang adanya guild lain yang telah mampu mencapai lantai 28...
"Hei Kirito, menurutmu apa bedanya guild yang telah sampai di atas itu dengan kita?"
"Mm, aku rasa mereka memiliki informasi bagaimana cara menambah EXP dengan cepat, dan mereka tak mau membagi informasi itu" Jawab Kirito.
"Haah, mungkin memang seperti itu..." Keita menaruh korannya, lalu meregangkan tangan di atas rumput hijau itu, "Tapi, aku rasa itu juga karena kekuatan tekad mereka yang tinggi" ucap Keita.
"Kekuatan tekad?" Kirito tak mengerti, kemudian keita bangun, duduk menjelaskan sambil melihat ke arah langit, "Melindungi teman, tidak...
Mungkin bisa dibilang kekuatan untuk melindungi semuanya...
Ku rasa itulah yang melindungi kami selama ini...
Tapi, kadang aku juga berpikir kekuatan itu belum cukup kuat"
"Tentu saja, prioritas kami adalah keselamatan teman kami...
Tapi suatu hari nanti, kami ingin mewujudkannya dengan naik bersama-sama"
Ternyata tak hanya berdua, keempat anggota lainnya juga ada disana.
"Begitu ya, kau benar..." ucap Kirito.
"Heh, mungkin sih" keita mengeluas-elus kepala.
"Hei pemimpin, kau keren juga ya!!" Anggota berambut kuning mencengkram leher keito.
"hei hei..."
"Lalu, baagaimana? Jadi naik ke tempat Holy Dragon Alliance dan Knight of the Blood Oath?" Tetsuo bertanya.
"Apa kau bilang? kita belum cukup kuat untuk mengambil target sebesar itu" ucap Keita, pimpinan dari Black Cats, "Setidaknya kita harus sudah berada di level 30"
"Ah, itu mustahil..."
Kirito terdiam, melihat dengan senyum kecil ke arah rekan-rekannya yang tampak berbahagia itu, "Jika kelompok Black Cats ini bisa tumbuh dan terus maju ke garis depan, tujuan kita akan bisa merubah atmosfer permainan di atas sana" Pikir Kirito.
"..." Tatapan kirito berubah sayu saat melihat bar levelnya. Tampaknya Kirito masih menyembunyikan ini dari mereka, kenyataan kalau sebenarnya ia telah berada di level 48.
Sore hari, di sebuah penginapan, kelompok Black Cats berkumpul...
Kelihatannya Keito punya sebuah kabar gembira untuk mereka semua,
"Di tambah hasil buruan terakhir kita, kita telah memiliki uang sebesar dua puluh ribu Cor!"
Para anggota tentu senang saat mendengar berita ini.
"Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa membeli rumah kita sendiri" ucap Tetsuo.
"Hei-hei, bagaimana kalau kita tambah persenjataan Sachi?" Saran anggota lainnya.
"Benar juga ya..." Tambah yang lain, sementara Sachi malah menolak, "Tak perlu, ini saja sudah cukup" Sifat penakut Sachi masih ada meski mereka telah sampai di lantai dua puluhan.
"Bagaimanapun, kita tak perlu terus-terusan bergantung pada Kirito..."
"Umm, maafkan aku" ucap Sachi ke Kirito.
"Bukan masalah bagiku" ucap Kirito.
"Maaf ya sudah membuatmu repot, Kirito"
"Sachi, aku tahu melakukan pekerjaan switch itu memang sangat sulit...
Tapi, sedikit lagi aku yakin kau pasti bisa, mari lakukan yang terbaik" ucap Keita.
"Um" Sahut Sachi seadanya.
16 Mei 2023
Lantai 28 : Dataran Srigala
Sama seperti namanya, salah satu wilayah di lantai 28 ini dipenuhi oleh srigala. Kirito dkk yang sudah sampai berpencar mencari-cari buruan untuk menambah EXP mereka.
Kirito berjalan sendiri, menelusuri hijaunya dataran itu hingga kemudian bertemu dengan sekelompok pemain yang juga berburu disana.
Dan yang membuat Kirito kaget, salah satu pemain itu adalah orang yang dikenal olehnya, "Klein?"
Memang benar, orang itu adalah Klein. teman pertamanya di game ini setelah beta Test.
Berbeda dengan yang dulu, Klein sekarang tampak lebih bisa diandalkan. Jika dulu, melawan monster babi level rendah saja bisa membuat HPnya berkurang, kali ini Klein mampu menebas mati seekor srigala di lantai 28.
"Eh?" Klein kaget saat melihat Kirito.
"Kau, Kirito kan?"
"Oi, sisanya aku serahkan pada kalian..." Pinta Klein ke rekan-rekannya, sementara ia berlari menghampiri Kirito.
"Baik" Sahut teman-temannya.
"Hah, aku pikir aku tak akan bisa bertemu denganmu lagi, kirito..." Klein tersenyum.
"Kau baru sampai di level ini? Hmm??" Ia semakin kaget saat melihat sebuah tanda di atas kepala Kirito, "Tanda itu kan..."
"Kau bergabung dengan guild ya?"
"Umm, ya, begitulah" Kirito memalingkan wajah.
"Hei, ayo Kirito" teman-teman Kirito memanggilnya.
"Sampai jumpa" Kirito pergi begitu saja.
"Umm, ya" Sahut Klein, padahal mereka baru saja bertemu setelah sekian lama berpisah.
"Ya ampun, apa masalah waktu itu masih menganggunya?" Pikir Klein.
Kirito muncul dari sebuah gerbang teleportasi. kemudian tiba-tiba, sebuah pesan masuk ke dalam menunya.
Kemudian, Kirito pun membukanya...
"Ini Keita" ucap pesan itu.
"Sachi pergi tanpa sepengetahuan kami...
Kami sekarang sedang menuju ke lorong selanjutnya...
Jika kau mengetahui sesuatu, tolong katakan pada kami"
"Sachi..." Kirito membuka menu dan lalu menggunakan mode pencari jejak.
Dengan ini, Kirito mampu melihat jejak kaki yang ditinggalkan oleh orang yang ingin dicarinya. Kirito mengikuti jejak itu dan akhirnya benar-benar bertemu dengan Sachi.
Sachi termenung di bawah jembatan, sendiri tanpa ada siapapun selain dirinya...
"Sachi!" sapa Kirito dari kejauhan.
"Kirito?"
"Semuanya mengkhawatirkanmu" ucap Kirito dan kemudian mendekat menuju Sachi, ikut duduk beberapa meter di sebelahnya.
"Hei, Kirito.." Sachi hendak menyampaikan sesuatu, "Ayo kita lari bersama.." ucapnya.
"Lari dari apa?" Kirito tak mengerti.
"Dari kota ini...
Dari monster...
Dari kelompok Black Cats ini...
Dari Sword Art Online"
"Lari dari apa?" Kirito tak mengerti.
"Dari kota ini...
Dari monster...
Dari kelompok Black Cats ini...
Dari Sword Art Online"
"Eh!? Ka-kau berencana untuk bunuh diri!?" tentu saja Kirito kaget dan berpikir kalau Sachi ingin bunuh diri.
"Mungkin hanya itu pilihannya.." ucap Sachi.
"Eh!??"
"Tidak, maaf, itu hanya bohong" ucap sachi.
"Kalau memang aku memiliki keberanian untuk mati,
aku tak akan bersembunyi di tempat teraman di kota ini, kan?"
"Hah" Kirito sedikit lega.
"Hei, kenapa kita tak bisa meninggalkan tempat ini?
Kenapa kita harus mati meski hanya bermain di game ini?
Untuk apa semua ini?"
"Aku juga tak tahu alasannya" ucap Kirito.
"Aku...
Takut mati" ucap Sachi.
"Ka-kau takut mati?"
"Aku takut sekali...
Aku tak pernah bisa tidur dengan tenang"
"Kau...
Tak akan mati" ucap Kirito.
"Benarkah?
Kenapa kau seyakin itu?"
"Guild Black Cats adalah kelompok yang kuat...
Tingkat keamanan kita berada di atas rata-rata...
Dan lagi, Tetsuo dan aku ada di tim ini, jadi...
Kau tak perlu memaksakan dirimu,
untuk berada di garis depan"
"Jadi aku benar-benar tidak akan mati?
Dan suatu hari nanti bisa kembali ke Dunia nyata?"
"Ya" Kirito berjanji, "kau tak akan mati...
Aku yakin mereka semua akan menyelesaikan game ini..."
Kembali ke penginapan, malam itu di kamarnya, Kirito sedang mengutak ati menunya...
Hingga kemudian, seseorang tiba-tiba saja mengetuk pintu.
"Masuk..." Sahut Kirito, dan ternyata yang datang adalah Sachi.
"Maaf, aku tak bisa tidur" ucap polos gadis lugu itu. Dan akhirnya, merekapun tidur bersama.
"Jika kau tetap berada di guild ini, kau akan aman...
Dan suatu hari nanti, kau akan bisa keluar dari Dunia ilusi ini...
Di luar sana, masih banyak pemain yang juga memiliki ketakutan sepertimu...
Tapi, mereka semua masih bisa tertawa, menangis, dan tetap hidup serta berjuang di dunia ini.."
"Aku bahkan tak pernah berpikir sampai sana.." ucap Kirito dalam hati.
"Kirito?" ternyata Sachi masih terjaga dari tidurnya.
"mm? Tenanglah.." ucap Kirito, "Kau pasti akan bisa bertahan"
Kirito menghadap ke Sachi. Sachi tersenyum dan kemudian benar-benar tertidur.
"Tenanglah, aku akan melindungi kalian semua.."
Pagi harinya, Keita pergi untuk membeli rumah ke kota awal mula...
"Baiklah, sampai jumpa...
Teleportasi menuju kota awal mula.."
Keita pun benar-benar menghilang.
"Tak pernah terpikirkan olehku bisa membeli rumah sendiri semenyenangkan ini..."
"Hah, bicaramu seperti orang tua saja.."
"Hahaha.."
"Yups, ayo kita belanja sambil menunggu Keita membeli rumah.." saran Tatsuo.
"Apa kita akan membeli perabotnya?" Sachi juga sudah tak sabar.
"Apa kalian tidak ingin naik dan masuk ke penjara bawah tanah saja?"
"Bukankah berburu seperti biasanya akan jadi lebih baik?" Saran Kirito.
"Dengan level kita saat ini..."
"KIta pasti bisa melakukannya dengan cepat"
Dan akhirnya, merekapun memilih untuk pergi ke lantai 27, wilayah penjara bawah tanah...
12 Juni 2023, Kirito dkk sampai di tempat itu...
"Apa ku bilang, kita bisa melewatnya dengan mudah"
"Mungkin kita hampir mencapai tahap selanjutnya..."
"Tentu saja"
Mereka lalu membuka salah satu pintu rahasia di tempat itu.
"Pintu rahasia? Di tempat seperti ini?" Kirito curiga.
"Uwo!! Peti Harta Karun!!" Anggota Black Cats senang ketika melihat sebuah peti terpajang manis di dalam ruangan. Dan tanpa curiga sedikitpun, mereka semua masuk, dan bahkan langsung membukanya.
"Tu-tunggu!!!" Kirito mencoba untuk mencegat. Namun semuanya sudah terlanjur. Mereka membuka peti itu dan secara tiba-tiba, ruangannya berubah menjadi merah.
Keadaan semakin buruk setelah secara otomatis, pintu masuk tadi tertutup. Kemudian celah-celah dinding terbuka, dan monster-monster dalam jumlah yang banyak mengepung mereka.
"Sial, ini jebakan...
Semuanya, ayo keluar dari tempat ini!!" Perintah Kirito.
"Teleportasi menuju Taft!!" Anggota Black Cats mencoba berteleportasi menggunakan kristal khusus. Namun, tak terjadi apa-apa, mereka tak bisa berteleportasi.
"Teleportasi menuju Taft!!" Mereka mencobanya lagi namun hasilnya tetap sia-sia.
"Kita tak bisa menggunakan kristal disini..."
"Apa area ini anti kristal?"
"Uaghh!!!!" Monster-monster itu mulai menyerang. Kirito mampu bertahan, namun tidak teman-temannya. Anggota berambut kuning yang pertama kali masuk kemari dihajar habis-habisan oleh monster dan akhirnya menghilang, mati.
Tak hanya orang itu, dua lainnya juga sukses terbunuh. Kini, hanya tinggal Kirito dan Sachi yang tersisa.
"Ukhh" Sachi menahan serangan salah satu monster dengan tongkatnya.
"Sachi!!" Kirito hendak menolong. Namun, ia juga disibukan oleh monster-monster yang jumlahnya banyak itu.
"Kirito!!"
"Sachi!!!"
Terlambat. Salah seorang monster menyrang gadis itu dari belakang.
Sama seperti yang lainnya. Tubuh Sachi juga menghilang. lenyap, berhamburan menjadi berkas cahaya, mati.
Pada akhirnya, hanya Kirito yang mampu keluar secara hidup-hidup dari sana.
24 Desember 2013
Lantai 49 : Myugen
Suasana kota di malam natal itu begitu ramai. Orang-orang tampak ceria, berbelanja, bersama dengan teman-temannya, melihat pohon natal, sementara Kirito termenung di kursi umum...
"Akhir-akhir ini, kau mengambil resiko yang tinggi untuk meningkatkan levelmu" Seorang informan misterius berdiri di belakang Kirito.
"Apa kau sudah mendapat informasi terbaru?" Kirito bertanya.
"Tak ada informasi tanpa uang" ucap Informan itu.
"Huh, semua infroman memang tak ada bedanya"
"Bagaimanapun event itu baru pertama kali diadakan dan bahkan tak ada dalam beta test...
Jadi, tak ada informasi yang aku dapatkan, kecuali...
Di Christmas Eve...
Dengan kata lain, malam ini...
Akan ada event dimana Nicholas The Renegade menampakan diri...
Di bawah salah satu pohon cemara...
Tapi, guild besarpun mendapat kesulitan dalam mencarinya..."
"..." Kirito bangun dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi menuju suatu tempat.
"Kau telah mengetahui tempatnya ya?"
"Mungkin" Kiritopun bergegas.
"Hei, apa kau mau pergi kesana sendirian?"
Kirito benar-benar akan pergi sendirian.
Namun sebelum itu, ia kembali ke penginapannya.
melihat-lihat informasi yang ada di berita...
"Di Dunia ini, kematian tak bisa dibangkitkan lagi...
Tapi, menurut rumor...
Nicholas memiliki item yang bisa membangkitkan orang mati...
Jika aku bertarung dengannya sendirian...
Mungkin aku akan mati" Kirito mengganti pedang.
"Kalaupun aku mati, aku akan mati di tempat dimana tak ada yang melihatku...
Dan tidak meninggalkan jejak apapun.."
Kirito teringat akan hari setelah rekan-rekan Black Catsnya mati...
Hari di mana Keita kembali dari pergi membeli rumah,
Hari di mana ia bersiap untuk memperlihatkan kunci rumah baru pada mereka...
Namun yang Keita dapat adalah kenyataan kalau teman-temannya telah mati...
Kenyataan kalau sebenarnya selama ini Kirito membohonginya...
"kau adalah Beater!!
Seharusnya kau tak berada bersama kami!!" Hujat keita.
Kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, keita naik ke pagar pembatas jembatan...
"!!!" Kirito menyadari kalau keita berniat untuk bunuh diri.
Namun sebelum sempat dirinya mencegat, Keita sudah terjun duluan.
"Benar sekali...
Aku... Keegoisanku..." Kirito menyesali semua yang sudah terjadi.
"Telah membunuh semuanya...
Jika saja aku tak menyembunyikan levelku..."
Kirito bangun. dan akhirnya bergerak menuju tempat dimana ia pikir Nicolas yang dimaksud berada. Lantai 35, wilayah hutan labirin...
"Kalau aku bisa mengalahkan Nicholas...
Jiwa Sachi mungkin saja bisa aku kembalikan...
dan aku bisa mendengar kata-kata terakhirnya"
Sebelum mati, Sachi memang sempat membisikan kalimat yang terdengar samar-samar di telinga Kirito.
"Tak peduli apapun kutukan yang dia katakan padaku, aku harus menerimanya" Kirito berlari. Ingin cepat mengalahkan Nicholas dan menyelesaikan ini semua.
Namun tiba-tiba, langkah Kirito terhenti saat melihat Klein dan kelompoknya muncul di sebelah dirinya.
"Yo" Sapa Klein.
"Kau mengikutiku?"
"Begitulah" ucap Klein.
"Kau mengincar item pembangkit kan?"
"Ya"
"jangan membahayakan dirimu dengan rumor bodoh seperti itu" ucap Klein.
"JIka mati disini, kau yang di Dunia nyata juga akan mati...
Ketika HP kita turun menjadi nol, otak kita di DUnia nyata..."
"Diamlah!" potong Kirito.
Sejenak Klein terdiam. Kemudian, ia kembali mengingatkan, "Bertarung sendirian tak ada gunanya!!! Hentikan!! Bergabunglah bersama kami...
Siapapun boleh mendapat item pembangkit itu tanpa harus bertarung sendirian...
BUkankah itu adli?"
"Kalau begitu sama saja...
Aku tetap akan melakukannya sendirian" Kirito menarik pedang.
"!!!" Teman-teman juga bersiap siaga, menarik senjata mereka. Namun, Klein memberi aba-aba agar mereka tidak menyerang. Klein masih ingin merubah pikiran Kirito. Ia masih berharap bisa menghentikan niat temannya itu, "Aku tak akan membiarkanmu mati di tempat seperti ini, Kirito!"
"!!!" Keadaan semakin gawat. TIba-tiba kelompok lain berdatangan...
"Sepertinya kau juga sedang diikuti, Klein"
"Jadi seperti ini ya...
Pasukan Holy Dragon Alliance?" Klein mengenal nama kelompok orang-orang berjubah yang mengepung mereka.
"Mereka juga akan melakukan apapun demi mendapat item langka tersebut,
apa yang harus kita lakukan?"
"Aku..."
"Sial!" Klein tak punya pilihan lain, "Pergilah, Kirito!!" Ia dan teman-temannya akan mencegat pasukan Holy Dragon serta membiarkan Kirito pergi.
"Klein..."
"Pergilah!! Biar kami yang mengurus mereka!!" ucap Klein. Dan kemudian, Kiritopun benar-benar pergi sendiri.
Kirito berlari, menyerahkan semuanya pada Klein dan teman-temannya sementara ia bergerak menuju pohon cemara tempat dimana Nicholas akan muncul. Dan akhirnya, Kiritopun sampai di tempat yang dimaksud...
Cahaya aneh melintas di langit...
dan dari cahaya itu, turunlah sosok raksasa yang tak lain adalah Nicholas...
Boss khusus yang dipercaya memiliki item pembangkit yang langka.
"Diamlah!!!" Kirito sama sekali tak gentar melihat besar dan mengerikannya monster itu. Dengan pedang di tangan, ia maju, berlari dan membasi semuanya.
Kembali ke tempat Klein dan yang lain, tampaknya mereka telah berhasil mengalahkan Holy Dragon Alliance. Sudah tak tampak lagi satupun dari mereka di tempat itu, hanya Klein dan teman-temannya yang tersisa.
Saat itulah, tiba-tba suatu portal terbuka dan Kirito kembali dari sana,
sambil menggenggam sebuah item khusus. Kelihatannya, Kirito sudah berhasil mengalahkan monster itu.
"Ah!" Klein memasang wajah senang.
"Kirito!" Sapanya. Namun berbeda dengannya, Kirito malah memasang tampang layu, kecewa, dan lalu melempar item yang didapatnya ke tangan Klein, "Seperti itulah itemnya"
"Hei Hei..." Klein membaca penjelasan yang ada pada item itu.
"Target pemain...
Selama sepuluh deik!?"
"Gunakan pada orang yang mati di depanmu..." Pinta Kirito dan pergi lagi.
Namun kali ini, Klein mencegatnya. Ia mencengkram baju Kirito, sambil berkata,
"Kirito... Kirito... kau harus tetap hidup!! Tetaplah hidup sampai ini berakhir..." Klein mengatakan kalimat itu sambil meneteskan air mata. Dan kemudian secara perlahan, melepas cengkramannya, membiarkan Kirito pergi.
"Sampai jumpa..."
Flashback
Masih di malam yang sama, Kirito telah berada di kamarnya...
Duduk termenung, kembali menyesali semuanya...
Hidup dengan rasa bersalah yang kuat...
"!!" Sebuah pesan tiba-tiba masuk kepadanya. Namun, bukan pesannya yang membuat Kirito kaget, melainkan tulisan yang menyatakan kalau pengirim pesan itu adalah Sachi...
"Sachi!?" Kirito membukanya dan ternyata, isinya sebuah kotak rekaman.
"Selamat hari natal Kirito" Terdengar suara Sach dari kotak rekaman yang bercahaya itu.
"Saat kau mendengar ini,
Aku rasa aku pasti sudah mati.
Bagaimana mengatakannya ya...
Mengatakan yang sebenarnya,
Aku tak pernah ingin meninggalkan kota Awal mula...
Tapi jika aku terus seperti itu,
Tetap saja aku akan mati suatu hari nanti...
Dan itu bukanlah salah siapapun...
Itu adalah masalahku sendiri..."
"Sejak malam itu, kau terus mengatakannya padaku...
Tiap malam, kau selalu meyakinkan kalau aku tak akan mati...
Jadi jika aku mati, mungkin kau akan menyalahkan dirimu sendiri...
Makanya, kurasa aku harus merekam ini semua...
Dan aku tahu seberapa kuat Kirito itu...
Secara tak sengaja, aku melihatnya..."
"Mungkin memang sulit bagi Kirito untuk menyembunyikan level dan bergabung dengan kami, tapi aku tak pernah berpikir buruk tentangmu... Setelah tahu bagaimana kuatnya dirimu, aku malah menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Jadi, jika memang aku harus mati, Kirito, tetaplah kau hidup..."
"Teruslah hidup dan lihat akhir dari Dunia ini. Lalu melihat kenapa Dunia ini ada... Alasan kenapa gadis lemah sepertiku berakhir di sini, alasan kenapa kau dan aku dipertemukan... Itulah yang aku ingin kau tahu.."
"Masih banyak waktu rekaman yang tersisa...
Karena ini hari Natal, biarkan aku menyanyi untukmu..."
Setelahnya, terdengar rekaman suara Sachi brenyanyi...
Kirito yang sendari tadi terus mendengarkan rekaman itu...
Meneteskan air mata.
"Sampai jumpa, Kirito... Aku benar-benar senang. Terima kasih untuk semuanya, selamat tinggal.."
Kata-kata terakhir Sachi sebelum ia mati ternyata bukan kutukan, melainkan ucapan terima kasih.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments