Sementara kazuto, ia hanya bisa meminta maaf, dan tak tahu harus berkata apa lagi. Sugu meminta waktu untuk sendiri, dan kemudian menutup pintu kamarnya.
Sugu membaringkan dirinya di kamar, mencoba untuk menahan semua perasaan itu. Sedangkan Kazuto, ia terlihat duduk menunggu di depan pintu itu. Dan, mereka berdua sama-sama memasang wajah penuh penyesalan.
"Bahkan sejak saat itu, aku tak pernah tahu bagaimana sebenarnya hubunganku dengan keluargaku." Kilasan bayangan mengenai keluarga Kazuto melintas di benaknya, "Aku bukanlah bagian dari keluarga ini. Aku sudah mengetahui hal itu sejak aku berusia sepuluh tahun. Dan akupun tak tahu siapa dia sebenarnya."
Kirito yang mulanya mengetahui Suguha sebagai adiknya, tak tahu lagi siapa gadis itu sebenarnya. "Apakah aku benar-benar mengenalnya?"
"Mungkin hubungan tak pasti inilah yang mendorongku untuk ke dunia game online. Di dunia itu, tak ada yang benar-benar tahu antara satu sama lain. Itulah dunia palsu yang ingin kutuju. Aku bahkan sudah menikmati kehidupan di dunia itu. Tapi selama dua tahu aku terjebak dalam Sword Art Online, aku mendapatkan banyak pengalaman yang berharga. Tak ada perbedaan berarti antara dunia itu dan dunia nyata. Tak ada artinya mengetahui siapa-siapa saja mereka itu. Yang bisa kulakukan hanyalah menerima dan mempercayai mereka. Tak peduli bagaimana mereka sebenarnya, itulah apa adanya mereka. Dan saat aku kembali ke dunia nyata, yang pertama kulihat adalah wajah Sugu ..."
"Itu membuatku bahagia. Aku berjanji akan mencoba untuk menghilangkan jarak antara diriku dengan Sugu beberapa tahun terakhir. Tapi apakah ..."
Kazuto berdiri, "Apakah yang bisa kulakukan untuk Sugu?" Ia kemudian membalikan badan ke arah pintu, dan dari luar sana berkata, "Sugu, aku akan menunggumu di atas Utara Aarun."
Sugu masih terdiam, berada dalam posisi menahan sedih di ranjang kamarnya itu. "Aku telah berkata kejam padamu. Kau benar-benar kuat, kakak. Tapi, aku tak bisa menjadi sekuat itu ..." Air matanya semakin menetes. Dan sama dengan Kazuto, berbagai kenangan juga terlintas di benaknya. "Saat itu, aku sendirilah yang mengatakan padamu untuk berjuang, dan tidak menyerah. Tapi, sekarang aku sendiri tak bisa menghentikan tangisanku."
Suguha mencoba untuk tegar, dan kemudian menggunakan console itu untuk masuk kembali ke dalam game.
"Tapi, apa yang harus aku katakan?" Pikirnya, dengan tampak yang masih saja layu, hanya saja kali ini sudah tanpa air mata.
"Leefa-chan!!" Seseorang berdiri di depannya. "Eeh!?" Leefa kaget, dan ternyata itu tak lain adalah Recon. "Aku sudah mencarimu kemana-mana, Leefa-chan." ucap anak itu.
"Re ... Recon!? Bukankah Salamander telah menangkapmu?"
"Oh, aku sudah meracuni mereka dan menyelamatkan diri." Jelas Recon.
"Meracuni?"
"Yah, lalu, aku kemari untuk mencarimu. Dan, eh? Dimana si Spriggan itu?"
"Itu ... Aku telah melakukan sesuatu yang buruk padanya." ucap Leefa. "Aku mengatakan sesuatu yang tak seharusnya aku katakan. Aku memang bodoh." air mata gadis itu kembali menetes, namun ia langsung mengusapnya dan tersenyum. "Maaf ya sudah berkata yang tidak-tidak."
Leefa berjalan menuruni tangga, pergi dengan wajah yang masih galau. Yah, tak peduli bagaimanapun ia mencoba untuk tersenyum, perasaannya masih hancur akibat kejadian tadi. "Aku tak akan bertemu dengannya lagi. Jadi, kita pulang saja ke Sylvein."
"Leefa-chan ..." Recon tahu kalau gadis itu sedang dalam masalah. "Leefa-chan!" Ia berlari dan kemudian memegang tangan gadis itu, "Leefa-chan, hangan bersedih lagi!!" ucapnya. "Jika kau tak tersenyum, itu bukan seperti leefa-chan lagi!! Aku ... Aku akan selalu ada di sampingmu. Baik di sini maupun di dunia nyata, aku tak akan pernah meninggalkanmu."
"Ta-tapi ..."
"Leefa-chan, aku ... Suguha-chan, aku menyukaimu!" Recon menyatakan perasaannya, dan kemudian bersiap untuk mencium gadis itu. "Hei, tu-tunggu!! Apa yang sedang kau lakukan hah!?"
Leefa malah memukul perut Recon hingga ia terjatuh ke tangga paling bawah. "Eeh?" Leefa tak sengaja, "A-apa kau baik-baik saja?"
"Ukhh, ini aneh sekali ..." Recon kembali berdiri. "Aku tak menyangka bisa mengungkapkan perasaanmu padaku di saat seperti ini"
"Apa kau ini sudah benar-benar gila? Hahaha." Leefa malah tertawa. "Kadang aku memang bisa belajar darimu." ucapnya.
Sementara itu di tempat yang telah Kazuto beritahu sebelumnya, ia dalam karakternya sebagai Kirito telah berdiri menunggu, menunggu kedatangan Leefa, Suguha. Dan ternyata, leefa benar-benar datang. Gadis itu terbang dan mendarat di tempat itu.
"Aku sudah sampai." ucap Leefaha. Dan kemudian saat Kirito hendak menyampaikan sesuatu, gadis langsung memotong perkataannya dengan mengarahkan telapak tangannya. "Kakak, mari kita berduek." Leefa menantang Kirito untuk bertarung.
"Mari kita akhiri." Leefa menarik pedangnya. Kirito yang semula sempat terdiam kemudian bersemangat. "Kali ini aku tak akan segan lagi." ucapnya, dan kemudian ikut menarik pedang yang ada di punggungnya.
Mereka berhadapan, saling memasang kuda-kuda masing-masing. Dan melihat posisi kakaknya, Leefa jadi teringat dengan pertarungannya dulu saat melawan Kazuto di dunia nyata. "Itulah kenapa aku meminta untuk segera menyelesaikan ini." ucap leefa.
"Aku datang!!!" Ia melesat dan kemudian menusuk. Untungnya Kirito berhasil menghindar, dan kemudian balas menebas. Leefa juga mampu menghindarinya, dan ia terbang. Kirito menyusul, pertarungan mereka kini berlangsung di udara.
Leefa naik ke sebuah pulau kecil melayang yang ada atas. Dan dari sana, ia bersiap untuk menebaskan pedangnya, ke arah Kirito yang ada di bawahnya. Namun sebelum tebasan itu berhasil ditebaskan, air mata Leefa kembali menetes. Ia malah melepaskan pedangnya, dan terjatuh. Kirito ikut melepaskan pedangnya, dan kemudian menangkap gadis itu.
"Kenapa?"
"Kenapa?" mereka sama-sama tak mengerti.
"Aku ingin meminta maaf padamu, Sugu ..." ucap Kirito.
"Tapi aku tak tahu harus memulai dari mana. Maka dari itu aku menanggalkan pedangku."
"Kakak melakukannya juga?"
"Maafkan aku ..." Kirito memeluk Leefa.
"Aku juga minta maaf." Leefa membalas pelukan kakaknya itu.
"Aku tidak benar-benar kembali ke dunia nyata, ini belum berakhir. Sampai dia terbangun, aku belum bisa benar-benar kembali. Oleh karena itulah ... Aku tak mengerti apa yang ada di dalam hati Sugu sekarang."
"Aku akan menunggu." Leefa tersenyum. "Aku akan menunggu sampai kakak kembali sepenuhnya ke dunia nyata. Jadi, aku akan membantumu."
Kirito membalas dengan senyuman.
Setelahnya mereka kembali ke gerbang kubah Pohon Dunia. Dan di sana, masih terlihat Recon menunggu. Dan saat mereka kembali, anak itu benar-benar tak mengerti. "A-apa yang telah terjadi?"
"Kita akan menyerbu Pohon Dunia." ucap Leefa. "Dia, kau, dan aku, jadinya tiga orang."
"Begitu ya ... Eeeehhh!!!!!?" Recon baru mencerna maksud kata-kata itu. Iya juga? Bocah kecil itu akan terlibat dalam pertarungan melawan para Guardian?
"Yui, apa kau di sini?" Kirito memanggil, kemudian peri kecil itu muncul. "Ada apa, papa?"
"Apa kau telah mempelajari sesuatu dari para guardian itu?" Kirito bertanya. Kemudian Yui menjawab, "Data individual mereka sangatlah tinggi, dan jumlahnya juga sangat banyak. Aku mengira menyelesaikan quest ini merupakan sesuatu yang mustahil."
"Jadi jika menghadapinya sendirian, bisa dibilang mereka adalah bos yang tak terkalahkan, ya?"
"Tapi, dengan skill yang dimiliki papa sekarang, mungkin masih bisa untuk papa menerobos masuk dengan menggunakan kecepatan."
"Begitu ya." Kirito mendapat harapan. "Semuanya, maaf sepertinya aku akan merepotkan kalian lagi."
"Tak tahu kenapa, aku merasa seolah sudah tak ada waktu lagi." ucap Kirito.
"Aku akan melakukan apapun semampuku, dan dia juga." ucap Leefa sambil menyenggol lengan Recon. "Eeeh? Tapi tak apa lah, aku dan Leefa-chan memang harus selalu bersama." ucap anak itu.
"Jangan berkata bodoh!" Leefa memukul kepala Recon.
"Ah, maafkan aku ..."
"Mari kita lakukan yang terbaik." Leefa mengajukan telapak tangannya ke arah Kirito. Namun dengan cepat, Recon menjabatnya. Ia tak mau didahului oleh Kirito. Namun pada akhirnya, mereka bertiga saling menyatukan tangan, dan Yui juga.
"Terimakasih, semuanya." ucap Kirito. "Aku akan menarik perhatian para guardian itu, jika kalian bisa menyembuhkanku dari bawah, kalian akan aman."
Mereka bertiga telah siap. kemudian, "Ayo kita lakukan!"
setelahnya, mereka masuk ke dalam ruangan itu. Kirito terbang menuju ke atas sana, sementara Leefa dan recon bersiap dengan sihir penyembuhan di bagian bawah. Kirito menerobos mereka, namun tetap dengan menebas guardian yang menghalangi jalannya.
"Luar biasa ..." ucap Recon.
"Tapi mereka terlalu banyak!" ucap Leefa.
Ribuan pejaga kembali bermunculan, menciptakan pertahanan yang seolah tanpa celah. Namun begitu, Kirito tetap berusaha. "Tak ada habisnya."
Guardian-guardian itu menyerang Kirito. dan dari bawah merekapun bersiap, "Recon!"
"Ya!!" Merekapun memberikan penyembuh pada Kirito.
Kirito berhasil disembuhkan. Namun karena ini, para guardian menatap ke arah mereka. "Kenapa mereka mengalihkan target pada kita!?"
"Mungkin mereka menggunakan alogaritma target yang berbeda dengan monster biasanya!" ucap Leefa. "Membagi tugas seperti ini menjadi tak ada artinya."
Leefa bergegas untuk menyusul Kirito. Namun, Recon mencegat dengan memegang tangannya. "Recon!?"
"Leefa-chan, aku benar-benar tak mengerti tentang semua ini. Tapi, ini sangat penting, bukan?"
"Benar, ini bukanlah hanya sekedar game lagi."
"Kalau begitu, aku juga akan membantumu!!" Recon melesat dan ikut membantu menyerang menggunakan serangan sihir. Dan hebat juga, ia mampu menghabisi beberapa dari mereka.
"Bodoh!!" ucap Leefa, sambil tetap memerhatikan keperluan penyembuhan Kirito.
"Cepat, menjauhlah dari sana!!!" Teriaknya. Namun, Recon terus berusaha untuk membantu. Dan, ia merapal suatu mantra sekarang ...
"Itu ... Itu adalah sihir terlarang ..." ucap Leefa.
Recon merapal suatu mantra peledak, ia meledakan dirinya sendiri hingga membuat banyak guardian hancur. Dan dengan ini, jalan untuk Kirito semakin terbuka. "Sihir penghancur diri ... Sihir seperti itu akan mendapatkan Death-penalty." ucap Leefa. "kau benar-benar bodoh!!"
Recon mengorbankan dirinya demi mereka.
Kirito tak menyianyiakan kesempatan itu. Ia langsung melesat menuju celah yang berhasil diciptakan tadi. Namun dengan cepat, para guardian kembali berkumpul dan menutupnya. Dan lagi, mereka menembakan pedang-pedang besar mereka ke arah Kirito, menusuknya dan terus menusuk.
Leefa tak kuasa menyaksikan kakaknya disiksa seperti itu.
"Tidak ... Tidak ... Ini percuma saja ..." Leefa terus mencoba untuk menyembuhkan Kirito. Tapi kali ini saat ia dalam proses menyembuhkan, beberapa penjaga turun dan menjadikannya sebagai target.
"Oarghhhhh!!!!!!!!!!!" Tanpa diduga-duga, pasukan bantuan menerobos.
"Pasukan penyerang Sylph!?"
"Kenapa!?"
Selain pasukan peri hijau, tampak juga ksatria-ksatria penunggang naga. "Pasukan naga Cait Sith!?"
"Maaf kami terlambat." Dua pemimpin race itu akhirnya datang juga.
"Perlu sedikit waktu untuk menyiapkan semua ini."
"Sakuya ... Alicia!?"
"Pasukan naga, persiapan serangan semburan api!!" Alicia memberi perintah.
"Pasukan Sylph, bersiap untuk penyerangan ekstra!!" Begitupun dengan Sakuya.
"Pasukan naga, tembak!!!" Perintah diserukan, dan naga-naga itupun menembak. Dan dengan ini, banyak guardian berhasil dihancurkan. "Fenrir Storm, tembak!!"
Pasukan Syplh menembakkan laser dari ujung pedang mereka. "Terimakasih, terimakasih kalian berdua." ucap Leefa.
"Tak perlu berterimakasih, kami berhutang banyak pada Spriggan itu." ucap Sakuya.
"Dan kami berhasil mempersiapkan pasukan juga berkat uang yang telah ia berikan." ucap Alicia.
"Seluruh pasukan ..." Sakuya kembali bersiap untuk memberi perintah, "Serang!!!!"
Pertarungan berlangsung. Namun begitu, guardian tetaplah bukan penjaga yang bisa dikalahkan begitu saja. Jumlah mereka begitu banyak. "Jangan takut!!" ucap Sakuya, "Terus maju!!!"
Beberapa penjaga memindahkan target ke Sakuya. Mereka bersiap untuk menyerang wanita itu, namun Sakuya juga bukan sekedar pemimpin yang tak bisa apa-apa. Ia juga membawa pedang. Akan tetapi, sebelum ia menunjukan kemampuannya, terlebih dahulu Leefa datang dan menebas penjaga-penjaga itu, melindungi Sakuya.
Sama seperti para pasukan, Leefa tak mau hanya berdiam diri saja, ia ikut maju ke garis depan dan bertarung. "Sugu!?" Kirito sempat kaget, namun kemudian mereka saling bertarung bersama. "Tolong jaga di belakangmu!"
Mereka saling memunggungi masing-masing.
Dan setelahnya, pertarungan terus berlanjut. "Ikuti mereka berdua!!!!" para pasukan membukakan jalan untuk Kirito dan Leefa. Para penjaga kembali menutupi celah itu, dan kemudian Leefa melempar pedangnya ke Kirito, "Kakak!!"
Pedang itu diterimanya, dan dengan ini Kirito telah membawa dua pedang. Lalu dengan energi kekuatan dua pedang yang disatukan itu, Kirito menembus dan menerobos para penjaga.
"Majulah ... Majulah kakak, maju!!!!!!"
"Hiyaaaahhh!!!!" Kirito terus menerobos, begitu kuat dengan gaya dorong yang benar-benar mengagumkan. Hingga akhirnya ia bisa menerobos mereka, dan menancapkan pedangnya di atap tempat itu. Setelah Kirito berhasil lewat, para pasukan bersiap untuk mundur.
"Seluruh pasukan, kita mundur!" Perintah Sakuya. Dan kemudian, merekapun mundur.
"Terbanglah ke tempat yang kau tuju ...
Tetaplah terbang di langit ... Menuju pusat dari dunia ini." Leefa terus berharap agar kakaknya bisa sampai pada tujuan.
Kirito telah sampai di langit-langit. Dan tiba-tiba, gravitasi berbalik. Ia jadi bisa berdiri di langit-langit itu.
Namun, tak tampak ada jalan. "Sial, apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Kirito mencoba untuk membuka celah di lantai itu dengan pedangnya, namun tetap tidak bisa. "Yui ..." Iapun bertanya. Kemudian peri kecil itu menjelaskan, "Papa, pintu ini tidak dikunci oleh quest flag. Pintu ini terkunci oleh sistem administrator."
"Apa maksudmu?"
"Itu artinya, mustahil bagi pemain untuk membuka pintu ini." ucap Yui. Kirito kaget. Sementara mereka bingung, para penjaga masih bisa menyerang kapan saja.
"Tidak, tunggu ..." Kirito teringat sesuatu. Ya, kartu yang waktu itu dijatuhkan oleh Asuna. Kiritopun mencari kartu itu di sakunya. Namun sialnya, kartu itu tertinggal di penginapan.
Becanda ding, fufufu.
"Yui, gunakan ini!" Kirito menyerahkan kartu itu ke Yui.
Yuipun menempelkan kedua telapak tangannya pada kartu itu, dan mulai masuk ke dalam sistem. "Menerjemahkan kode!"
Dari itu, gadis kecil itu kemudian menempelkan kedua telapak tanganya pada lantai di bawah. Dan kemudian, terbukalah pintu menuju tujuan ...
"Kita akan berteleportasi! Papa, berikan tanganmu!" Mereka berdua saling berpegangan tangan, dan kemudian teleportasipun terjadi. Tubuh mereka memancarkan cahaya dan kemudian menghilang.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments