Kirito duduk lemas di pinggir danau, menunggu kail pancingnya dengan tatapan yang sayu. lama menunggu, umpannya tak kunjung juga dimakan oleh seekor ikanpun. Sampai akhirnya, Kirito mengangkat kailnya, dan sadar kalau umpannya sudah hilang.
Kirito masih melihat dengan tatapan sayu tadi, tatapan yang benar-benar tak bergairah. Sampai kemudian, suatu suara tiba-tiba terdengar di telinga kirinya, "Sudah dapat?"
"Aaa!!" Kirito kaget, karena tiba-tiba saja seorang lelaki tua telah berada di sebelahnya.
"Hahaha" Lelaki tua yang juga membawa pancingan itu tertawa, "Maaf sudah membuatmu kaget" Ucapnya. Kemudian, kakek tua itu ikut duduk dan lalu melempar kailnya ke tengah Danau.
"Namaku Nishida" Sambil memancing, kakek yang akhirnya diketahui bernama Nishida itu memperkenalkan diri, "Aku adalah seorang pemancing yang tinggal disini"
"Sewaktu masih di Jepang, aku adalah Pimpinan Keamanan Jaringan di Perusahaan Internet Super Cepat Toto"
"Aku Kirito" Kirito balik memperkenalkan diri.
"Bukankah Perusahaan Internet Super Cepat Toto itu ..."
"Ya, dan aku bertugas untuk mengamankan jaringan yang ada pada game ini"
Drttt ...
pancingan kakek Nishida mulai bergetar, pertanda seekor ikan telah memakannya.
"Ini hal mudah bagiku" Nishida menarik pancingnya dan lalu seekor ikan ungu besarpun berhasil didapat.
"Tangkapan yang bagus" Ucap kagum Kirito.
"Terimakasih"
Ikan yang tadi didapatpun langsung menghilang menuju penyimpanan di menu sang kakek, praktis seperti biasa. "Aku memang cukup ahli dalam memancing. Tapi, aku tak bisa memasaknya. Aku ingin sekali memakan Ikan Goreng atau Sashimi, tapi keduanya butuh kecap. Atau dengan kecap itu, bisa juga dibakar supaya hasilnya semakin mantap. Ng, atau bisa juga dengan irisan lobak dan bumbu kecap ..."
"Ng, anu, aku tahu dimana bapak bisa mendapatkan bumbunya" Potong Kirito.
Sejenak mereka terdiam, kemudian ...
"Apa!!!!?????" Keinginan kakek itu untuk bisa makan enak tampaknya akan segera terwujud.
Sore harinya di rumah kediaman Kirito ...
"Wah, enak sekali!" Ucap senang kakek Nishida.
Singkat cerita, ikan yang tadi didapat telah dibawa ke rumah Kirito agar dimasak oleh Asuna. Dan sekarang, masakan sudah disajikan dan bahkan kakek Nishida telah selesai menyantapnya.
"Aku benar-benar tak menyangka kalau di dunia ini ada kecap"
"Hehe, itu karena aku sendiri yang membuatnya" Ucap Asuna. "Kalau mau, nanti akan aku berikan resepnya"
"Benarkah? Terimakasih banyak!" Ucap kakek Nishida, yang selanjutnya diikuti dengan tawa senang.
"Ngomong-ngomong, level memancing bapak sudah sangat tinggi ya ...
Kirito tak pernah mendapat apapun tiap kali ia memancing"
"Maish terlalu sulit bagiku memancing di Danau sekitar sini tau"
"Tidak, sebenarnya bukan begitu" Ucap Nishida. "Satu-satunya danau yang sulit adalah tempat kau memancing tadi"
"Eeeh!? Kenapa dibuat khusus seperti itu!?" Kirito kaget, sementara Asuna malah tertawa.
"Ya, ada alasannya!!" Ucap kakek Nishida, "Danau itu adalah ... Tempat bersemayamnya monster"
"Tempat semayam monster?"
Asuna memasang tampang penasaran, sementara Kirito memasang tampang tak begitu.
"Benar, aku sendiri sudah melihat kemunculannya beberapa kali. Tetapi, ia terlalu kuat, sampai-sampai pancingku terlepas dari tanganku karena kekuatannya"
Asuna semakin penasaran, sementara Kirito semakin memasang wajah tak begitu.
"Dan karena itu pula, aku ingin meminta bantuan pada kalian"
Itu saja, scene tadi berakhir sampai sana dan singkat cerita malam hari sudah tiba. Di kamar ...
"Tak masalah bagiku jika harus memancing monster, tapi apa aku bisa melakukan switch dengan alat pancing?" Kirito rebahan di tempat tidur, sementara sang istri duduk manis di sebelahnya.
"Tenang saja, Kirito-kun pasti bisa" Ucap Asuna.
"Lalu setelah menangkapnya, mau kamu apakan? Diperlihara?"
"Memangnya bisa ya?"
Lampu dimatikan, dan Asuna mulai ikut merebahkan diri di ranjang ...
"Bapak itu orang yang menyenangkan ya" Ucap Kirito.
"Aku sempat kaget karena tiba-tba kau mengajak beliau kemari ...
Ada banyak sekali mereka yang menjalani hidup normal di dunia ini. Sebagai pasukan pengambil alih, kita punya beban besar dan tanggung jawab kepada mereka, iya kan?"
"Aku ... Aku ingin menjadi kuat karena prioritas utamaku adalah untuk bertahan hidup" Ucap Kirito.
"Menurutku, ada banyak sekali dari mereka yang menggantungkan harapannya padamu" Asuna membalikan badan, menindih dan menatap wajah Kirito, "Termasuk aku" Ucapnya.
"Ya, dan aku juga sudah berjanji akan menyelamatkan mereka semua" Kirito mengelus kalung yang merupakan peninggalan hati Yui.
"Tapi, biarkan aku memelukmu lebih lama lagi" Pinta Asuna.
"Ya ..."
Keesokan harinya, pagi, danau telah diramaikan oleh orang-orang yang tampaknya hendak mendukung kakek Nishida. Mereka telah memasang spanduk-spanduk yang merupakan tanda penyemangat bagi Nishdia, yang tak lama lagi akan berjuang menangkap monster danau.
"Yang benar saja ..." Kirito tak menyangka jadinya akan seheboh ini.
"Ternyata mereka semua sudah tahu tentang monster itu" Ucap Asuna, yang memakai pakaian serba tertutup. Sepertinya, ia mau menutupi identitasnya.
"Baiklah, sekarang saatnya untuk memulai acara utama hari ini" Ucap kakek Nishida, telah siap dengan pancingannya.
"Akhirnya ..." Ucap orang-orang, "Berjuanglah!!"
"Kirito, mohon bantuannya ya"
"Ya"
Kakek Nishida mengeluarkan suatu kadal sebagai umpan, kadal berukuran cukup besar dan tampaknya ketakutan.
"Memangnya seberapa besar monster itu?" Kirito tak terlalu, tapi Asuna melihat dengan tatapan yang benar-benar takut dan kasihan terhadap kadal yang akan dijadikan umpan monster itu.
"Baik, ayo kita mulai!!!" Kakek Nishida mengumpulkan tenaga, menjadikan untuk sesaat pancing yang digenggamnya bersinar dan lalu iapun melempar kailnya.
"Ooo!!!!"
Dt ...
Dttt ...
Pancing Nishida mulai bergetar, namun kakek itu tetap fokus dan diam.
"Anu, bukankah umpannya sudah digigit?" Kirito tak mengerti dan lalu bertanya.
"Masih belum" Jawab singkat kakek Nishida.
"Pa-pak Nishida ..."
"Tidak, masih belum"
Pak Nishida terus fokus menunggu saat yang tepat, sampai kemudian ...
"Sekarang!!!"
Nishida mengumpulkan kekuatan dan berusaha menariknya.
"Dia mulai menggigit umpannya!"
"Langsung!!"
"S-Switch ..." Kirito mengambil alih pancingan kakek Nishida dan ...
"Aaaaa!!!!" Ternyata tarikannya jauh lebih kuat dari Kirito kira, hingga membuat tubuhnya terseret sampai hampir terjatuh di Danau. Untungnya, Kirito kuat dan langsung balik menarik sekuat tenaga. "Si-Sial!!!!" Kirito berlari sekuat tenaga menjauhi Danau, menarik ikan itu sampai kemudian bayangannya mulai terlihat.
"Sudah kelihatan!!" Asuna menunjuk Danau, membuat orang-orang berkumpul mendekat.
"Baik, aku bisa!" Kirito terus berusaha. Namun tiba-tiba, kumpulan orang-orang tadi berlari kabur.
"Eh?" Kirito kaget, "Kenapa? Woi!!!" Ia benar-benar tak mengerti dan terus menarik. Hingga kemudian, benangnya putus. "Aaah!!!" Kirito tak mau usahanya tadi sia-sia, kemudian iapun berlari menuju Danau.
"Kirito-kun!!! Itu terlalu berbahaya!!!" Teriak Asuna.
"Ada apa?" Kirito tak tahu. Tapi kemudian ...
Byuuurr!!!!!
Sesosok kadal raksasa berukuran benar-benar besar keluar dari danau.
"Aaaarggghhh!!!!" Monster yang besar, mengerikan.
Secepat kilat, Kirito berlari kabur ke tempat orang-orang tadi termasuk Asuna.
"kau curang, jangan tinggalkan aku seenaknya!!!" Kirito kesal.
"Kirito-san!!"
Monster tadi ternyata tak hanya diam, melainkan berlari ke arah mereka berkumpul.
"Eh!? Dia bisa berjalan di darat!?? Apa dia bernafas dengan paru-paru?"
"Kirito-san! Sekarang bukan waktunya untuk meneliti kemampuannya!!" Pak Nishida panik, "Kita harus segera kabur!!!" Teriaknya.
"Ah, iya benar juga"
"Ya ampun, apa boleh buat" Asuna melepas jubahnya dan lalu menarik pedang.
"Nona, cepat lari!" Pak Nishida khawatir terhadap Asuna.
"Tenang saja" Ucap Kirito.
"Kirito, istrimu!!" Pak Nishida panik, namun Kirito tetap tenang.
"Oaarghhh!!!!!!!" Monster tadi bersiap untuk memangsa Asuna.
"Nona!!!"
Batssssss!!!!!
Pada akhirnya, malah tebasan pedang hijau Asuna yang berhasil memangsanya.
"!!!" Orang-orang kaget melihat kehebatan Asuna, mereka benar-benar tak menyangka.
"Lu ... Luar biasa!!!" Orang-orang tadi lalu berkumpul mengerumuni Asuna.
"Kau nona Asuna, iya kan!??"
"Kenapa kau bisa ada disini???"
"Aku penggemarmu!!"
"Izinkan aku berjabat tangan denganmu!!"
"Kerja bagus" Ucap Kirito, dan hendak menghampiri Asuna. Namun tiba-tiba, suatu logo pesan terlihat di layar menunya. Dan ternyata, pesan itu dari Heathcliff.
"Heathcliff?"
Setelahnya, mereka kembali ke rumah, dan bergegas memakai pakaian tempur mereka lagi. Karena tampaknya, pesan itu adalah panggilan misi.
"Hei, mau sampai kapan kamu tidur-tiduran begitu?"
"Habisnya, baru dua minggu kita menjalani kehidupan ini ..." Kirito seolah belum puas dengan liburan mereka.
"Pasti ada kasus besar karena ia sampai harus memanggil kita secara mendadak di tengah-tengah cuti begini"
"Sepertinya memang begitu, tapi tetap saja ..."
"Setidaknya dengar dulu alasannya memanggil kita. Ayo, kita harus segera pergi kesana" Ucap Asuna.
"Fyuuuh ..." Kirito mengambil beberapa kali nafas panjang dan langsung membangunkan dirinya.
"Kita harus segera menyelesaikan ini supaya bisa cepat kembali kesini" Ucap Asuna.
"Ya, kau benar" Ucap Kirito.
7 November 2024, Lantai 22 : Gerbang Teleportasi Coral
"Terimakasih sudah mau mengantar kami sampai disini. Walaupun terkesan singkat, tapi kami senang bisa kenal dengan anda" Ucap Kirito ke pak Nishida.
"Tidak-tidak, aku juga banyak mendapat pengalaman baru"
"Sebenarnya, jauh sebelum aku bertemu dengan kalian ...
Para pemain yang mencoba menyelesaikan permainan terkesan seperti berasal dari Dunia lain bagiku" Ucap pak Nishida. "Aku sudah terperangkap di Dunia ini selama dua tahun, aku bahkan tak tahu sekembalinya nanti apa masih ada pekerjaan untukku disana. Jadi di lubuk hatiku, mungkin aku sudah tak punya lagi harapan untuk keluar dari sini. Jadi, ku putuskan saja untuk tetap melanjutkan hidup dengan memancing. Yah, aku memang orang yang payah"
"Tidak. Menurutku, anda tidaklah payah" Ucap Kirito.
"Aku juga" Ucap Asuna.
"?"
"Awalnya, aku selalu memikirkan hal yang sama ketika menangisi kehidupanku disini setiap malam. Dan saat hari mulai berganti, ku rasakan hidupku di Dunia nyata telah hancur berantakan secara perlahan. Setelah ku usap air mataku, akupun mulai berjuang dan bertarung semampuku. Yang ada di pikiranku, hanyalah untuk selalu menang, bertambah kuat, dan terus melangkah maju. Lalu pada suatu hari, aku bertemu dengan seseorang yang sedang tidur siang di taman alun-alun. Aku langsung memarahinya dan menyuruhnya agar jangan membuang-buang waktu"
"Lalu ia menjawab, hari ini cuaca Aincard sangatlah cerah, musimpun begitu indah, sayang kalau hanya dihabiskan untuk berburu. Dan saat kucoba untuk merebahkan diri, aku malah langsung tertidur. Aku terbangun di saat senja, dan ia malah menunjukan ekspresi heran di wajahnya. Lalu, saat berada dalam kelompok yang sama dengannya, aku mulai menyadari sesuatu. Walau terperangkap di dunia ini, ia tetap menjalani hidupnya semaksimal mungkin. Waktumu di dunia nyata tidaklah terbuang dengan percuma, karena setiap detiknya sudah dilewati di dunia ini. Dan, orang yang menyadarkanku akan hal itu adalah ..." Asuna menggandeng tangan Kirito dan lalu melanjutkan kata-katanya ...
"Orang itu tak lain adalah Kirito-kun, suamiku"
"Di saat aku tidur, aku mulai memikirkan tentangnya, dan aku tak lagi bermimpi buruk. Lalu, itu membuatku ingin bertemu langsung dengannya di dunia nyata. Itulah pertama kalinya aku dapat mensyukuri keberadaanku di dunia ini. Kirito memberiku semua yang berharga selama dua tahun yang kuhabiskan di sini. Dialah bukti keberadaanku di sini, juga alasanku mengenakan Nerve Gear di hari itu"
"Aku pun yakin, pasti Pak Nishida akan menemukan sesuatu yang berharga bagi Anda"
"Kau benar" Ucap Nishida, "Pasti memang seperti itulah jalannya. Hidup ini tak boleh disia-siakan, dan harus kita jalani semaksimal mungkin"
"Aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantu kalian. Tapi, berjuanglah sampai akhir!"
"Ya, dan mari kita memancing bersama lagi lain kali nanti" Ucap Kirito.
"Kami pergi" Merekapun berpisah sampai sini.
"Transfer, Grandum!"
Cahaya teleport membawa mereka dengan cepat berpindah ke lantai tujuan.
7 November 2024, Lantai 55 : Grandum
"Tim penjelajah dibantai habis!?" Ucap kaget Kirito saat mendengar berita dari Heathcliff.
"Dalam persiapan guna mengadakan perburuan bos selanjutnya, kelompok beranggotakan dua puluh orang dari lima serikat dikirimkan untuk melakukan penyelidikan. Akan tetapi saat sepuluh anggota tim pertama masuk ke dalamnya, bos ruangan pun muncul, dam kemudian pintu tertutup secara otomatis"
"Area anti-kristal?"
"Lalu setelah lima menit berselang, dan pintu ruangan tersebut kembali terbuka ...
Tak tampak apa-apa, ruangan itu kosong" Jelas Heathcliff, "Baik bos ruangan maupun kesepuluh anggota pertama, lenyap bagaikan ditelan Bumi"
"Mu-mustahil!!"
"Maka dari itu, kita tak boleh menyerah begitu saja untuk menyelesaikannya. Kita harus segera menyerang dengan mengerahkan kelompok beranggotakan sebanyak mungkin"
"Aku tidak keberatan untuk ikut bergabung" Ucap Kirito. "Tapi, keselamatan Asuna adalah prioritas utamaku. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, aku hanya akan melindunginya tanpa memedulikan yang lainnya"
"Manusia akan lebih kuat bila mereka berjuang untuk melindungi sesuatu. Aku tetap mengandalkanmu di barisan depan" Heathcliff percaya akan kemampuan Kirito.
Pembicaraan selesai, Heathcliff dan bawahannyapun pergi meninggalkan ruangan itu, yang mana hanya Kirito dan Asuna yang masih ada disana, diam menunggu.
"Tinggal tiga jam lagi, ya? Lalu, bagaimana?" Asuna bertanya, namun daritadi Kirito hanya diam saja. "Ada apa sih?" Ia kembali bertanya. Lalu kemudian Kirito berkata ...
"Dengar dan jangan marah ya. Hmm, bisakah di perburuan bos kali ini, kau tidak ikut serta tapi cukup menunggu saja di sini?"
"Kenapa kamu bilang begitu?"
"Karena kita takkan tahu apa yang terjadi di area anti-kristal" Kelihatannya Kirito masih trauma.
"Aku takut jika sesuatu terjadi pada..."
"Jadi kamu menyuruhku untuk diam di sini, di tempat yang aman sementara kamu membiarkan dirimu dalam bahaya?" Asuna memotong perkataan Kirito. "Jika kamu pergi dan tidak pernah kembali lagi, maka aku ... Akan bunuh diri" Ucap Asuna.
"!!!"
"Karena, sudah tak ada lagi alasanku untuk hidup. Aku juga ta. Akan bisa memaafkan diriku yang hanya diam saja dan tidak membantumu"
"Maaf, sebenarnya rasa takut ini sudah sangat menguasaiku" Ucap Kirito dengan wajah berkeringat, "Sebenarnya aku ingin agar kita berdua melarikan diri, tak peduli bila kita tidak dapat keluar dari dunia ini, aku hanya ingin terus hidup bersamamu di hutan itu!"
"Ya, begitu pun denganku. Bersama setiap hari, selamanya. Tapi, pernahkah kamu berpikir apa yang terjadi dengan tubuh kita di dunia nyata selama ini?"
"?"
"Ingatkah kamu kalau ada banyak pemain yang tiba-tiba terputus jaringannya selama berjam-jam setelah beberapa minggu permainan ini dimulai? Mungkin saat itu, para pemain tersebut dipindahkan ke rumah sakit terdekat. Jika tubuh kita dapat bertahan karena berbagai peralatan kesehatan yang disediakan oleh rumah sakit, maka sampai berapa lama semua itu akan bertahan?"
"Apa kau mau bilang kalau kita punya batasan waktu untuk menyelesaikan permainan ini?"
"Aku ... Aku ingin tetap bersamamu sampai akhir hayatku!" Asuna memeluk Kirito, lalu menangis, melampiaskan segala unek-unek yang ada di hatinya.
"Aku ingin berpacaran denganmu, menikahimu, dan tumbuh dewasa bersamamu secara nyata! Itulah kenapa ... Itulah kenapa ..."
"Yang harus kita lakukan sekarang adalah mengikuti perburuan ini, begitu kan?"
Lantai 75 : Gerbang Teleportasi
Kirito melewati gerbang teleportasi dan sampai di lantai itu. Di sana, terlihat kelompok lain juga telah menunggu untuk memulai penyerangan, termasuk ...
"Woi!" Seorang lelaki berjubah merah dan silver menghampiri mereka.
"Jadi, kalian juga ikut ya?" Tanya Kirito ke mereka berdua, Klein dan Agil.
"Kenapa kau terkejut begitu? Aku sengaja menutup toko agar bisa membantu kalian. Kau memang tak pernah bisa mengerti betapa besarnya tingkat kedermawananku ini"
"Baiklah kalau kau memang sedermawan itu, kau tidak termasuk ke dalam anggota yang mendapatkan barang hasil buruan nanti"
"E-Eh, kalau yang itu sih...
Jsshhhhhh ...
Gerbang teleportasi kembali terbuka. Dan kali ini, yang muncul adalah hxf dan antek-anteknya.
"Corridor, open" Heathcliff mengarahkan kristal ke arah suatu gerbang. Dan disana, muncullah suatu lorong teleport.
"Baiklah, kita langsung menuju ke sana" Ucap Heathcliff ke seluruh pasukan di belakangnya. Dan lalu, merekapun masuk.
"Rasanya aku punya firasat buruk" Ucap Asuna yang telah berada di dalam.
"Ya, aku juga" Sahut Kirito.
Tempat itu cukup gelap, dan semuanya telah berkumpul disana.
"Baik, apa kalian semua sudah siap?" Heathcliff mengatur strategi sebelum masuk ke ruangan Boss lantai.
"Pada dasarnya, Kesatria Jirah hanya bertugas untuk menahan serangan bos. Di saat itu, gunakan kemampuan serangan terbaik kalian dan lancarkan serangan balik. Pertarungan kali ini sangatlah sulit, tapi aku yakin kita semua mampu melewatinya, demi hari kebebasan kita semua!"
"Uoooo!!!" Pasukan bersemangat. Sementara itu, Kirito masih tampak terdiam khawatir.
"Tenang saja" Asuna mendekat dan lalu membisikan seuatu pada Kirito, "Aku akan melindungimu. Jadi, kamu pun akan melindungiku, kan?"
"Ya, pasti!" Ucap Kirito.
Sementara itu, Heathcliff telah membuka gerbangnya. Dan, para pasukan telah bersiao dengan senjata-senjata mereka, termasuk Kirito dengan kedua pedangnya.
"Jangan mati ya" Ucap Kirito ke Klein.
"Hah, kau juga ya!"
"Aku takkan kembali sebelum mendapatkan banyak keuntungan dari perburuan hari ini" Ucap Agil. Dan akhirnya ...
"Pasukan, serang!"
Mereka semua segera berlari, masuk ke dalam ruangan Boss lantai itu.
Selanjutnya gerbang ruangan itu tertutup dan ...
"Tidak terjadi apa-apa?"
"Di atas!"
tampak sesosok monster tengkorak raksasa merayap bagai kelabang di atas atap ruangan gelap itu. Dan dari bar di atas kepalanya, dapat diketahui kalau namanya adalah ...
"Skull..."
"Reaper!?"
"Menyebar! Jaga jarak kalian!" Perintah Heathcliff, sementara monster yang kita anggap saja sebagai tengkorak kelabang raksasa itu meluncur ke bawah.
"!!!" beberapa ketakutan, dan saking ketakutannya sampai tak bisa bergerak.
"Hei, kalian! Cepat lari!" Teriak Kirito. Namun kemudian sesaat sebelum mereka bisa jauh berlari ...
Batsss!!! Monster itu menebasnya, dan membuat mereka hancur hanya dalam sekali serangan.
"Se-Sekali serang? Ini di luar perkiraan"
Thinkkkksss!!!!
Monster itu kembali menebas namun Heathcliff berhasil menahannya dengan prisai yang ia banggakan.
Namun begitu, kaki-kaki belakangnya yang lincah terus menyerang hingga menewaskan prajurit lainnya.
"Kita bahkan tak bisa mendekatinya!"
"Menyingkirlah!" Teriak Kirito ke salah seorang yang hendak ditebas oleh monster itu dan lalu Kirito menahan serangannya dengan kedua pedang yang ia bawa.
"Terlalu kuat!" Kirito tak mampu menahannya berlama. Untung saja, Heathcliff dan Asuna ikut membantunya, membuat monster itu terpental beberapa meter ke belakang.
"Kita dapat menahan serangannya bersama! Kita pasti bisa melakukannya!" Ucap Asuna.
"Baiklah..."
"Kami akan menghadang serangan sabitnya! Kalian serang dari bagian sisinya!"
"Ayo maju!"
"Baiklah!
"Jangan banyak tingkah, sialan!"
Pasukan menyerang sisi sang monster. Akan tetapi, ekor si monster menyerang mereka, menebas hingga menewaskan dua lagi pasukan. Untung saja, bagian dari Agil yang terkena serangan hanyalah tanganya. "Sial!"
"Kirito!"
"Baiklah!"
Mereka kembali menyerang, dari berbagai sisi. Heathcliff bertempur secara gagah berani di hadapan sang monster, menghadang sabit dan sekaligus menyerangnya sementara Klein menusuk dari bagian bawah. Agil meloncat dan menebas dari atas. Sementara Kirito dan Asuna, kombinasi tiga pedang mereka menerobos dan menyerang sang Boss Lantai.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments