Saturday, February 8, 2020

thumbnail

Wawancara dengan Editor Shonen Jump - Shu Murakoshi

Baru-baru ini, MangaPlus menerbitkan sebuah hasil wawancara dengan Shu Murakoshi, seorang editor Shonen Jump yang telah menangani beberapa seri terkenal mulai dari Assasionation Classroom sampai Bleach. Saat ini, ia menangani ACT-AGE.


ACT-AGE adalah manga karya duo mangaka Matsuki Tatsuya (story) dan Shiro Usazaki (art), sebuah manga dengan genre satu-satunya di Jump yaitu dunia seni peran.

ACT-AGE bercerita tentang kehidupan industri hiburan secara detail dan realistis, yang membuat pembaca bisa melihat lebih jauh ke emosi para aktor, negosiasi di belakang layar, bahkan pengenalan terhadap tokoh-tokoh di belakang panggung.

Berikut adalah isi dari wawancara tersebut.

1. Pertemuan dengan Matsuki-sensei dan Usazaki-sensei

Bagaimana awalnya sampai serial ini dibuat?
Matsuki-sensei adalah semifinalist Jump's Divisional Manga Award untuk kategori cerita. Waktu itu aku terlibat dengan para finalist, jadi aku bertemu dengan Matsuki-sensei dan kami mulai menempatkan judul bersama.

Bagaimana Anda bertemu dengan Usazaki-sensei?
Waktu itu, aku sedang terlibat dengan seri Summon the Summoner (Summon). Aku sedang mencari-cari fanart Summon yang bagus di sosial media, lalu aku menemukan sebuah fanart bagus karya seorang seniman dan tertarik untuk bisa bekerja sama suatu hari nanti.

Saat berdiskusi dengan Matsuki-sensei mengenai penerbitan seri baru di Jump, aku berkata padanya, "Kita perlu mencari illustrator kalau mau menerbitkan seri. Apa kau tahu seseorang yang kira-kira cocok?" dan Mitsuki-sensei menjawab, "Aku tahu seorang illustrator yang karyanya aku suka."

Dan secara kebetulan, illustrator yang direkomendasikan oleh Matsuki-sensei adalah illustrator pembuat fanart Summon yang kuceritakan tadi, Usazaki-sensei. Tidak lama kami pun menghubunginya (tertawa).

Apakah dihubungi oleh departemen editorial adalah suatu kesempatan yang langka?
Tidak, tidak juga. Belakangan ini, kami sering mencari-cari mangaka potensial di Twitter. Supaya terlihat lebih meyakinkan, aku menghubunginya lewat DM menggunakan akun official Summon, walaupun proyek ini tidak ada hubungannya dengan Summon (tertawa). Ia membalas kalau ia tertarik. Ternyata Usazaki-sensei tinggal di area Kansai dan masih sangat muda, jadi aku memutuskan untuk bertemu dengannya tatap muka untuk memastikan kalau semuanya akan baik-baik saja.

Anda pergi jauh-jauh ke Kansai hanya untuk bertemu Usazaki-sensei?
Setelah berhasil menghubungi seseorang, departement editorial di sini akan pergi ke seluruh penjuru negeri, menemui calon mangaka sebagai bagian dari event Jump Scout Caravan. Kami saling kontak tepat sebelum event di Osaka, jadi bisa sekalian. Saat kami akhirnya bertemu, Usazaki-sensei berkata padaku kalau ia hanya pernah menggambar illustrasi, bukan manga. Tapi ia punya niat untuk mencoba. Ia juga mengutarakan kesukaannya terhadap Jump dan sangat berharap untuk bisa menjadi seorang mangaka. Beberapa bulan kemudian, Usazaki-sensei menggambar cerita pemenang award milik Matsuki-sensei yautu Welcome to Asagaya Art Academy's Film program (Asagaya)


Ada jeda waktu yang cukup panjang antara one-shot Asagaya, yang terbit pada 2017, dan serialisasi ACT-AGE
Setelah terbit di Jump, Asagaya menjadi sangat populer. Kupikir pasti ada banyak orang yang berharap supaya serialisasinya segera dibuat, tapi menurutku, sebuah hal yang penting untuk membiarkan Usazaki-sensei menggambar beberapa one-shot lagi untuk membangun pengalaman dan pemahaman mengenai proses kolaboratif dalam membuat manga. Kalau serialisasi langsung dilakukan, Usazaki-sensei akan merasa kelelahan secara fisik dan mental. Ia baru pertama kali pindah ke Tokyo dan hidup mandiri.

Pertama-tama yang terpenting adalah berlatih. Menggambar beberapa onse-shot, mengunjungi studio para mangaka seri untuk mengetahui kehidupan mangaka itu seperti apa, dan di waktu yang bersamaan harus membiasakan diri hidup sendiri. Ditambah kami juga perlu waktu yang lama untuk menyiapak storyboards Matsuki-sensei (tertawa).

2. Lahirnya Serialisasi ACT-AGE

Apakah ada kesulitan-kesulitan saat membangun draft yang bagus?
Mereka ingin membuat serialisasi di Jump, jadi pertama-tama mereka harus bisa menulis cerita yang sesuai dengan selera majalah ini. Pada akhirnya, Matsuki-sensei tidak mampu memberikan yang terbaik. Karena itu, kami kembali mendiskusikannya sampai akhirnya merombak total ceritanya jadi tentang aktor. Hasil dari rombakan itu adalah cerita one-shot berjudul ACT-AGE, yang mana sangat bagus. Aku tak mau melepaskan kesempatan ini dan langsung ingin menjadikannya sebagai serial.

Dari perspektif Usazaki-sensei, kami harusnya menunggu sedikit lebih lama lagi untuk bisa membangun keakraban dengan manga melalui beberapa one-shot lagi, tapi aku langsung menyuruh mereka untuk melakukan serialisasi saja tanpa memberi mereka waktu untuk berlatih lagi. Jadi debut mereka sebenarnya masih termasuk buru-buru (tertawa gugup).

Kenapa tokoh utamanya jadi berbeda dengan yang di Asagaya?
Di Asagaya, sutradara Sumiji Kuroyama adalah tokoh utamanya. Tapi untuk serial Jump, menjadikan sutradara sebagai tokoh utama itu sulit. Ambil contoh Nodame Cantabile, yang mana bertemakan seputar pertunjukan musik, dan Blue Giant yang bertemakan pekerja jazz. Keduanya sama-sama memiliki energi yang tinggi, titik klimaks, tapi aku merasa kalau hal itu akan sangat sulit untuk diraih jika tokoh utamanya adalah sutradara. Sebaliknya jika menjadikan aktor sebagai tokoh utama, kami bisa meng-highlight aksi dan emosi mereka saat menjalankan peran, dengan perkembangan di panggung itu sebagai klimaksnya. Kami akhirnya mengambil keputusan itu.

Selain itu bagi pembaca muda, sosok seorang sutradara sepertinya masih terlalu abstrak. Susah untuk bisa memahami dan berempati terhadap tokoh tersebut. Sementara aktor, kita semua sering melihat mereka di film maupun program-program televisi. Mereka terasa lebih dekat dengan kehidupan kita. Terakhir, ada sebuah manga yaitu Glass Mask yang mana sangat hits. Tentu, ada perbedaan antara manga shonen dan shojo, tapi dengan keberhasilan Glass Mask pada perempuan-perempuan muda di seluruh penjuru negeri, kupikir kami juga bisa melakukannya di Jump (tertawa).

Bukankah Jump itu identik dengan tokoh utama laki-laki?
Sebelumnya aku pernah meminta Matsuki-sensei untuk menulis tokoh utama laki-laki, tapi aku merasa kalau ceitanya mengalir lebih bagus saat yang jadi tokoh utamanya adalah perempuan. Daripada memusingkan karakter utama harus laki-laki karena ini majalah Jump, aku memilih untuk lebih berfokus pada tokoh perempuan yang mana lebih mampu mengeluarkan kemampuan dan kekuatan Matsuki-sensei sebagai seorang penulis. Selama pembaca disuguhkan dengan karakter yang memiliki personality serta pengembangan plot yang baik, mereka pasti tak akan mempermasalahkan jenis kelamin.

Apakah ada titik sulit atau menantang?
ACT-AGE bukanlah manga aksi penuh pertarungan di mana seseorang melempar pukulan atau jurus-jurus khusus yang membuat pembaca mampu dengan cepat mengetahui karakter mana yang lebih kuat. ACT-AGE memiliki gaya pertarungannya sendiri, dan bersamaan dengan itu harus ada logika, narasi, serta ide yang harus membuat pembaca jadi percaya. Ada banyak kerja keras yang harus dilakukan.

Adalah hal yang penting untuk bisa membuat pembaca merasakan pengalaman yang sama, seperti berpikir, "saat ini, emosi tokoh ini sedang terbawa oleh kejadian itu, jadi ceritanya bergerak ke sini"

Karena itu, kami sering membuat recap di awal tiap chapter, supaya pembaca tidak perlu mengingat-ngingat kembali apa yang sebelumnya terjadi. Tapi masalahnya, jika kami terlalu sering melakukannya, jadinya malah menghambar pergerakan cerita dan menjadi kontra-produktif. Kami berusaha untuk membuatnya seimbang.

Kami juga sadar akan pentingnya dialog. Jika terlalu abstrak, maka pembaca di luar sana tidak akan menangkap apa yang ingin kami sampaikan. Kami menentukan kalimat dalam dialog secara berhati-hati supaya pembaca bisa dengan solid mengerti apa yang sedang terjadi dan mengidentifikasinya dengan emosi yang mirip dengan yang mereka alami di kehidupan mereka.

3. Pembuatan Cerita

Ceritakan pada kami mengenai suasanya diskusi kalian
Selama mengadakan diskusi dengan Matsuki-sensei, referensi-referensi Bleach sering muncul. Misalnya,

"Ini adalah scene saat kami membuat Yonagi mengeluarkan bankai-nya"
"Oke, ada apa di bankai-nya?" atau "Apa yang membuatnya mengeluarkan bankai-nya?"

Seperti itu. Sebelumnya aku bekerja untuk Tite Kubo-sensei, dan kami berdua (aku dan Matsuki-sensei) sama-sama menyukai Bleach. Kami bahkan punya bahasa-bahasa dari Bleach yang mudah kami mengerti (tertawa).

Apakah Anda secara aktif membaca genre lain supaya mendapat ide?
Tidak terlalu, tapi jika tidak memiliki pengalaman nyara mengenai topik yang diangkat, maka tidak ada banyak hal yang bisa kusampaikan saat melakukan diskusi. Untuk itu, aku mulai mengunjungi pertunjukan musikal dan theater di berbagai tempat. Saat memulai Princess Iron Fan arc, aku bertanya-tanya bagaimana sebuah aksi berlangsung di panggung, jadi aku pergi melihat penampilan oleh kelompok theater dan aktris terkenal. Aku masih sangat awam di dunia theater, tapi keberadaan dan apa yang dilakukan aktor di atas panggung benar-benar terasa menusukku. Aku jadi tertarik (tertawa).

4. Tentang para Mangaka

Apa untung rugi bekerja sama dengan mangaka yang terbagi antara penulis cerita dan illustrator?
Keuntungan adalah kami jadi bisa membagi waktu. Matsuki-sensei bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk merencanakan cerita, dan Usazaki-sensei bisa punya lebih banyak waktu untuk menggambar halaman-halaman berwarna. Usazaki-sensei juga sangat hebat dalam menggambar ekspresi wajah dan mampu membuat illustrasi yang melebihi apa yang Matsuki-sensei tulis dalam storyboard. Meski petunjuk yang diberikan terkadang minim, Usazaki-sensei mampu menciptakan sesuatu yang melebihi imajinasi kami. Kami jadi mengandalkan Usazaki-sensei untuk ini, tapi Matsuki-sensei dan aku selalu setuju bahwa kami tidak seharusnya hanya mengandalkan kemampuan menggambar Usazaki-sensei. Kami juga harus bekerja keras dalam menuangkan ide-ide bagus ke storyboard.

Penulis dan illustrator mengerjakan pekerjaan mereka adalah contoh yang bagus kalau hasil dari kerja sama lebih tinggi dibanding hasil gabungan dari dua pekerjaan.

Apakah kemampuan menggambar Usazaki-sensei mengalami banyak perubahan?
Perkembangan kemampuan menggambar Usazaki-sensei bisa dilihat dengan membandingkan chapter-chapter awal manganya dengan chapter terbaru, yang mana sudah meningkat sangat pesat. Perubahan sangat jelas terlihat, dan mengejutkan rasanya jika melihat kembali ke chapter-chapter terdahulu. Aku sangat ingin orang-orang membaca semuanya, bahkan walaupun hanya untuk melihat perkembangan gambarnya (tertawa). Perkembangan yang sangat jelas bisa ditemui pada scene di mana Yonagi dan Chiyoko berlari bersama-sama di "Scene 20. Karen dan Keiko" pada klimaks Death Island. Di sana kalian bisa melihat perkembangan dengan level yang tinggi. Di waktu yang sama, kemampuan mewarnainya juga semakin meningkat. Aku bisa melihat secara langsung betapa cepatnya anak-anak muda kreatif berkembang.

5. Peran Editor

Bagi para mangaka, editor itu apa?
Pertama-tama, editor itu harus menjadi cerminan dari pembaca. Jika materinya bagus, tentu kau berkata kalau itu bagus, tapi jika ada hal yang menurut mangaka sangat bagus tapi kau merasa kalau itu tak akan diterima baik oleh pembaca... maka sayang sekali, kau harus mengungkapkannya juga.

Ketika niat mereka tidak tersampaikan dengan baik ke halaman, aku langsung memberi tahu mereka. Kami lalu akan mencari solusi bersama-sama, membuat ulang sampai hal itu tercapai. Bisa dibilang, editor bertugas untuk menyampaikan perasaan yang ingin disampaikan oleh mangaka pada para pembaca. Editor juga menjadi sarana bagi mangaka untuk mencari ide. Aku selalu menyampaikan ide-ide yang kumiliki. Bagiku jika aku memberikan 100 ide dan pada akhirnya hanya ada satu ide yang digunakan, bagiku aku sudah melakukan pekerjaan yang bagus (tertawa).

Bagi Anda, ACT-AGE itu apa?
Aku selalu suka dengan seni kreatif, jadi ini adalah judul yang aku tangani dengan senang hati. Di samping itu, aku berkesempatan untuk membuat koneksi antara dunia fiksi ACT-AGE dan dunia nyata, mengerjakan berbagai hal yang membuat tokoh-tokoh fiksi ini seperti ada di dunia nyata. Misalnya aku harus menaruh poster Yonagi di majalah, mengatur sebuah homepage untuk Studio Daikokuten (https://www.shonenjump.com/studio_daikokuten/) dan sebagainya. ACT-AGE juga merupakah sebuah judul yang mana aliran emosi serta logika sangat diperlukan, jadi aku merasa kalau serial ini membuatku bertumbuh sebagai seorang editor.


6. Ketertarikan Saat ini

Selain menonton drama Jepang dan anime, belakangan ini aku juga sedang menonton serial-serial populer luar negeri seperti Game of Thrones, Stranger Things, dan film-film Marvel. Aku juga menonton Terrace House. Selain itu aku juga sedang sering melompat-lompat di mobil band (tertawa).

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments