Saturday, February 8, 2020

thumbnail

Dampak Aksi Minoru Terhadap Perkembangan dan Kesehatan Ekonomi Jepang, USA dan Global

Minoru Tanaka, anak jenius pemilik Death Note di special one-shot 2020 sukses membuat heboh dunia dengan melelang buku pencabut nyawa itu. Buku Death Note akhirnya laku seharga USD 10,000,000,000,000 (10 triliun USD) oleh Negara Amerika Serikat.

Untuk menghindari identitasnya ketahuan, uang yang jumlahnya sangat banyak itu dibayarkan dengan cara dibagikan secara merata pada sejuta orang Jepang. Satu juta orang Jepang itu terdiri dari seluruh pemilik rekening Bank Yotsuba yang menjadi warga tetap Tokyo dan berusia 60 tahun ke bawah sebelum 24 Mei 2019.


Sejuta orang bagai kejatuhan durian runtuh karena 10 triliun dibagi satu juta jumlahnya tetap banyak. Masing-masing memperoleh 10 juta USD, atau setara Rp. 100 Milyar.

Meski sekilas terdengar sangat menggiurkan, namun bagaimana dampak hal ini terhadap ekonomi negara tersebut?

Sebelum lebih jauh, ada satu konsep yang keliru di cerita sehingga membuat hal ini tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Masing-masing orang terpilih memperoleh 1 milyar JPY, dan memang benar kalau 10 Juta USD = 1 Milyar JPY. Akan tetapi... konversi langsung sebanyak itu tidak mungkin dilakukan.

Ketika ada uang USD dalam jumlah besar keluar, nilainya relatif terhadap mata uang lain akan jauh menurun. Bank tidak hanya akan kesulitan untuk mengkonversi USD ke JPY di nilai sekarang, bank bahkan tidak akan bisa untuk melakukannya sama sekali. Jumlahnya terlalu besar.

10 triliun USD = 1000 triliun JPY

Angka yang terlalu besar, mengingat jumlah asset bank terbesar di Jepang saat ini pun jumlah tidak sampai sepertiga angka itu, yaitu hanya 298 triliun JPY.

Kalaupun hal ini pada akhirnya bisa dilakukan, akan perlu suatu pengelolaan yang super hebat untuk bisa mengurusi uang mendadak sebanyak itu. Mengingat jumlahnya bahkan jauh melebihi PDB tahunan Jepang yang hanya sekitar 4,8 triliun USD.


Bank tidak mendiamkan uang dari nasabah begitu saja, mereka harus memutarnya kembali ke berbagai bisnis untuk memperoleh keuntungan. Paling tidak untuk bisa membayar bunga. Tanpa pengelolaan yang bagus, bisa-bisa bank malah kolaps dan gagal membayar nasabahnya. Hal ini justru malah dapat menimbulkan krisis ekonomi.

Sebaliknya dengan pengelolaan yang bagus, ekonomi Jepang bisa meningkat pesat. Dana sebanyak itu akan membuat investasi di berbagai lini Jepang meningkat. Dengan asumsi nilai tukar dolar menurun sampai 10-50%, angka itu tetap sangat tinggi.

Membatasi nasabah di mana mereka hanya boleh menarik uang maksimal 100,000 JPY per hari juga merupakan langkah yang tepat. Dengan begini uang yang tertahan di bank akan bisa digunakan untuk investasi dan menurunkan resiko gagal bayar. Tapi bukan hanya membatasi selama satu atau dua bulan, tapi sampai ekonomi menjadi stabil. Rata-rata limit harian tarik tunai bank-bank besar di Indonesia juga hanya sepuluh juta rupiah.


Berbelanja secara online tidak akan membuat uang bank berkurang, karena proses transaksi online intinya hanya memindahkan saldo dari rekening A ke rekening B. Uangnya tetap ada di bank.

Di oneshot diceritakan kalau kejadian itu membuat perekonomian Jepang meningkat, terutama di ibukota. Hal itu menandakan kalau pengelolaannya dilakukan dengan baik. Kejadian ini lalu dikenal sebagai Reiwa Bubble atau Kira Bubble.

Bubble adalah suatu istilah untuk menggambarkan kondisi pelonjakan harga secara drastis, super inflasi yang melebihi nilainya, hal ini biasanya terjadi karena jumlah uang yang banyak.

Bayangkan saja jika sebelumnya satu rumah seharga 50 juta, tapi karena ada jutaan orang yang punya tabungan senilai 1 milyar, developer jadi beramai-ramai menaikan harga rumahnya. Meski nilai aslinya (biaya bahan, kontraktor, dll) tetap sama.

Pebisnis-pebisnis besar akan memanfaatkan hal ini untuk meningkatkan kekayaan mereka.

Bubble biasanya punya efek jangka panjang yang buruk. Berbagai krisis besar di masa lalu diawali oleh Bubble. Namun melihat dari alasan kejadian Bubble di oneshot Death Note, hal ini sepertinya akan bisa dihindari. Dan sesuai dengan cerita, apa yang Minoru lakukan menjadi sesuatu yang membahagiakan banyak orang, meski ia sendiri harus berakhir tragis.

Hal buruk lebih mungkin terjadi dari sisi sosial, terutama bagi orang-orang yang tidak kebagian rejeki dadakan itu. Syukurnya Jepang memiliki penduduk yang sangat banyak. 1 juta manusia secara persentase jumlahnya tidak sampai 1% penduduk Jepang.

Namun kurang tepat sebenarnya kalau memakai penduduk Jepang sebagai patokan, karena uang dari Minoru ini hanya ia bagikan pada penduduk Tokyo saja. Jadi kita fokus saja beranda-andai mengenai kecemburuan sosial yang terjadi di wilayah Tokyo.

Penduduk pusat Tokyo berjumlah sekitar 14jt orang, dengan kata lain yang mendapat uang ini jumlahnya sekitar 1 banding 14. Meski begitu, tidak lantas 13 sisanya tidak mendapat apa-apa. Besar kemungkinan dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak, yang dapat adalah ayah. Dengan kata lain, istri dan kedua anaknya tentu akan ia bagi juga. Lansia tidak ikut kebagian karena aturan batas usia yang Minoru tentukan, dan anak-anak tentunya tidak dapat karena belum mempunyai rekening bank. Mereka-mereka yang tidak dapat secara langsung ini besar kemungkinan ikut kebagian dari keluarganya yang dapat.

Kita anggap saja yang paling tidak kebagian (entah itu langsung maupun dari keluarga) berbanding yang tidak dapat sama sekali adalah 1 banding 5. Dari angka ini, kecemburuan sosial sangat mungkin terjadi. Tapi daripada harus kesal secara terus-menerus... Hal ini tetap bisa menjadi rejeki bagi yang tidak dapat, terutama kalangan wiraswasta.

Dengan banyaknya orang kaya, dagangan mereka akan laku lebih cepat, meski dengan harga yang naik sekalipun. Inflasi yang terjadi sepertinya akan lebih berdampak positif dibanding negatif, dan dilihat dari sumber penyebabnya yang tiba-tiba, kestabilan harusnya kembali terjadi dalam waktu dekat.

Jika kalian memperoleh uang 1 milyar, lalu harga mendadak naik dua kali lipat, kalian tentu tetap akan merasa senang.

Lapangan pekerjaan akan dibuka secara besar-besaran bagi penduduk di luar Tokyo, mengingat kayanya orang-orang kemungkinan besar akan membuat ratusan ribu penduduk Tokyo yang menjadi kaya berhenti kerja karena uang mereka sudah lebih dari cukup untuk biaya hidup sampai tua nanti.

Untungnya, Jepang memiliki jumlah penduduk yang banyak. 1 juta orang yang mendapat tabungan bahkan tidak sampai 1% total penduduk Jepang. Mereka bisa merekrut pekerja-pekerja dari luar Tokyo atau bahkan mencari tenaga kerja asing.

Dampak ekonomi akan terasa jauh lebih buruk di pihak pembeli, Amerika Serikat.

Tapi kembali lagi, skenario ini agaknya mustahil terjadi di dunia nyata... Karena meskipun Amerika Serikat adalah negara besar, mengeluarkan 10 triliun USD tetaplah sesuatu yang sulit. Amerika Serikat mungkin akan menambah utangnya ke Jepang hingga menjadi sepuluh kali lipat.

(Saat ini Jepang adalah negara pemegang USD tertinggi dengan nilai 1,1308 triliun USD)

Konversi besar-besaran USD ke JPY akan membuat nilai mata uang JPY meningkat sementara USD turun drastis. Menambah 10 triliun akan menaikan sekitar 50% total utang Amerika Serikat (dari 22,7 triliun menjadi 32,7 triliun). Merosotnya nilai tukar USD akan menciptakan inflasi besar-besaran yang tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi. Tergantung seberapa besar penurunan nilai tukarnya, krisis besar sangat mungkin terjadi.

Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki asset dalam bentuk USD juga akan ikut mengalami dampak buruk finansial secara besar-besaran. Perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Google, Microsoft, Amazon, dll secara nilai akan mengalami penurunan signifikan.

Perusahaan akan menurunkan angka import mereka seiring dengan melemahnya nilai USD, sebaliknya perusahaan akan menaikkan harga barang-barang ekspor untuk bisa menutupi kerugian. Namun hal itulah yang nantinya akan membuat kemampuan konsumsi warga negaranya menjadi turun.

Alokasi dana Amerika Serikat terhadap berbagai sektor tentunya akan dipangkas, terutama dana militer. Amerika Serikat adalah negara dengan budget militer tertinggi di dunia yaitu sekitar 700 Milyar USD. Jika benar Death Note sampai ke tangan mereka, angka ini tentu akan terpangkas jauh karena musuh tak akan ada yang berani melawan Amerika. Bisa jadi hanya perlu 20-30 tahun sampai uangnya balik modal. Sayang sekali, Death Note tidak benar-benar mereka dapatkan.

Bagi negara-negara dengan utang luar negeri dalam bentuk USD, ini mungkin akan menjadi berita bagus. Utang luar negeri Indonesia yang ada dalam bentuk USD secara nilai akan ikut mengalami penurunan. Namun hal itu harus dibayang-bayangi dengan tidak stabilnya ekonomi Global.

Kabar baiknya, semua negara di dunia pasti tidak akan tinggal diam saat ketidakstabilan ekonomi ini terjadi. Pemerintah Amerika tentu akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan tertentu untuk membuat perekonomian kembali stabil.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

1 Comments

avatar

nice review min.. walo kaga trlalu paham.

Reply Delete