Thursday, November 15, 2018

thumbnail

Versi Teks Boruto Chapter 28 - Bunga

Seperti biasa Konoha terlihat ramai. Jalanannya dipenuhi toko dan orang-orang yang berlalu lalang. Di antara keramaian itu tampak Naruto, berdua bersama si anak misterius Kawaki.


Meski sudah menghabiskan beberapa waktu bersama, Kawaki masih saja terlihat gelisah. Mukanya selalu tampak kesal, tidak pernah senyum sama sekali.

"Pagi-pagi bangun langsung jalan-jalan, Hokage banyak santainya ya.." ucap Kawaki dengan nada ketus.

"Ayolah, nikmati saja gusar begitu.." ucap Naruto. Kawaki menunduk.

Di jalan, mereka berpapasan dengan Sarada, yang kebetulan sedang berbelanja di sebuah kedai makanan bergambar ikan. "Eh, Hokage Ketujuh?"


"Oh hai Sarada.." Naruto menyapa, sementara Kawaki masih saja terlihat menunduk dan ketus.

"Aku tak menyangka bisa bertemu Anda pagi-pagi begini di sini.." ucap Sarada.
"Ah, sebenarnya aku sedang menjalankan misi khusus.." ucap Naruto.

Sarada kemudian melihat ke arah Kawaki, "Kau... Anak yang waktu itu, kan?"
"Namanya Kawaki, dan seperti yang mungkin sudah kau ketahui, dia orang yang penting. Karena itulah aku mengawasinya."

"Kawaki..."

"Beli Taiyaki?" Naruto melihat barang belanjaan Sarada.
"A-Ah, Iya..."

Naruto lalu menoleh ke penjaga toko, "Pak toko, aku juga mau pesan satu pakai Tsuban."
"Siap!!"

"Kau juga, pesan sesuatu, Kawaki.. Mau makan yang rasa apa?" Naruto bertanya sementara Kawaki masih saja terlihat dengan eskpresi yang sama, menjawab dengan kesal, "Sudah makan siang? Padahal kita baru saja habis sarapan..."

"Oh ayolah, ini cuma cemilan, cemilan..."
"Cemilan, eh?"

Kawaki berkata seolah dalam hidupnya ia belum pernah nyemil sama sekali.

"Kalau mau, yang rasa custard saja.." ucap Sarada. "Menurutku itu yang paling enak."

Kawaki lalu melihat ke arah daftar menu yang terpampang di depan toko dan memilih sesuai keinginannya sendiri. "Aku mau yang rasa coklat.." ucapnya.

"Baik!" ucap pak penjaga toko.

Sarada jadi kesal sendiri, "Kalau tidak mau rasa custard ya sudah.."


Mereka pun pergi dari kedai itu dengan membawa taiyaki masing-masing. Kawaki sambil jalan memakan taiyaki rasa coklat yang dipesannya dan tampangnya agak kaget, "Apa-apaan makanan ini!? Rasanya enak sekali.."

"Eh? Jangan-jangan kau baru pertama kali makan taiyaki ya.." ucap Sarada.
"Hah? Memangnya kalau iya, kenapa?"
"Ya tidak apa-apa, aku hanya kaget saja.."

Sarada kemudian teringat sesuatu, "Oh iya, aku belum pernah makan taiyaki yang rasa coklat. Boleh aku minta sedikit?"

"Eh? Ini kan punyaku, untuk apa aku memberikannya padamu.."
"Hah ya sudah terserah saja.." ucap Sarada. Dalam hati, "Menyebalkan sekali anak ini.."

Di keramaian itu, tak hanya orang dewasa anak-anak pun berlalu-lalang. Seorang anak bermain lari-larian dan naasnya ia menabrak Kawaki. Seorang anak kecil menabrak Kawaki dari belakang.


Refleks Kawaki membalikkan badan, kemudian mengubah tangan kanannya menjadi besar dan hendak meremas kepala anak itu. Naruto menghentikannya, "Hentikan Kawaki!!"

Naruto menahan tangan kanan Kawaki.
"Anak ini tidak sengaja menyenggolmu..."


Kawaki pun menenangkan dirinya, sementara anak yang kepalanya hampir ia cengkram itu masih gemetaran, antara kaget dan ketakutan. Tak lama teman bermainnya datang. "Ma-maaf, kami kurang berhati-hati.." ucapnya.

"Aku tak peduli kalian mau bermain atau apa," ucap Kawaki, "Tapi dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang berbahaya, jadi berhati-hatilah..."

"B-Baik, kak.." ucap anak tadi, masih terlihat bingung dan ketakutan.

Sarada kemudian menghampiri dua anak itu. "Apa ada yang sakit? Maaf ya kami sudah membuat kalian takut. Sekarang kalian boleh pergi.."

Dua anak itu berjalan pergi, begitu pula dengan Kawaki dan Naruto yang melanjutkan jalan-jalan pagi mereka. Sarada sekarang ikut, dan ia membentak Kawaki gara-gara kejadian tadi, "Kau itu apa-apaan sih!? Bisa-bisanya kau berbuat seperti itu pada anak kecil!!"

"Jangan banyak omong.." ucap Kawaki. "Lagipula aku tidak serius ingin menyerang mereka, cuma mau memberi pelajaran saja kalau dunia ini berbahaya.."

"Memberi pelajaran apanya!? Mereka sampai ketakutan begitu!!" Sarada masih kesal. "Tidak bisa dipercaya, kau ini tidak pernah dididik ya.."

"Cerewet," ucap Kawaki, "Yang lebih penting kau ini siapa, hah? Kenapa tiba-tiba kau ikut dengan kami? Kau tidak punya urusan dengan kami.."

"Sudahlah Kawaki, jangan terus-terusan bersikap seolah sedang dalam pertempuran," ucap Naruto. "Bersosialisasi juga penting.."


"Ya maaf saja, aku memang tidak dididik dengan baik.." ucap Kawaki.
"Cih.." Sarada makin kesal.

Cukup lama berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah toko. "Akhirnya kita sampai, ini dia tokonya.." ucap Naruto.

Mereka bertiga sampai di depan sebuah toko bunga, Toko Bunga Yamanaka. Naruto tampaknya benar-benar serius untuk membuat Kawaki mengganti vas bunga milik Himawari yang ia pecahkan.

"Ini kan... Toko bunga Tante Ino, apa Anda ke sini untuk membeli bunga, Hokage ketujuh?"
"Yah, semacam itu lah" ucap Naruto. "Ayo masuk Kawaki..."


Mereka pun masuk, dan di dalam sudah ada Ino yang sedang merawat bunga-bunga yang dijualnya. Ino menyapa mereka, "Oh, Naruto! dan ada Sarada juga, selamat datang.."


Ino kaget toko bunganya kedatangan mereka, dan ia juga tampak kaget saat melihat Kawaki. Ino berbisik pada Naruto, "Naruto... Apa itu anaknya?"

"Ya, musuh mengincar anak itu. Aku ingin kelompok pendeteksi terus bersiaga."
"Tak akan ada kesalahan, serahkan saja padaku.." ucap Ino. "Tapi apa kau datang ke sini hanya untuk memastikan itu?"

"Ah, sebenarnya aku datang kemari untuk membeli vas bunga, apa kau menjualnya?"
"Oh, kalau vas bunga kami ada banyak, pilih saja yang mau kau beli.."

"Kau dengar itu, Kawaki? Pilihlah vas bunga yang mau dibeli.."
"Eh? Kenapa aku yang harus memilih?"

"Kita kan jauh-jauh kemari karena kau sudah memecahkan vas bunga Himawari, cepat pilih vas bunganya.."

"Cih, yasudah ini aja" Kawaki asal memilih vas yang paling dekat dengannya.
"Hei kau!!" Sarada membentak, "Aku tak tahu apa yang sudah terjadi, tapi paling tidak pikirkanlah sedikit saat memilih jangan asal-asalan begitu.."

"Kau ini siapa sih!? Bicara seolah-olah kau itu majikanku!!"
"Kawaki!!" Naruto ikut membentaknya.

"Permintaan maafnya akan jadi terasa karena kau yang memilihnya. Kalau kau benar-benar merasa bersalah, perasaanmu mungkin akan tersampaikan lewat vas itu. Itulah yang disebut dengan ketulusan.."

Sesaat Kawaki terdiam dan kemudian memandangi vas tadi, "Vas ini... Aku memang asal mengambilnya tadi. Tapi saat kuperhatikan, kurasa desainnya cukup bagus. Kelihatannya akan cocok ditaruh di ruangan itu.."

Dan akhirnya diputuskan kalau vas bunga itulah yang mereka beli. Sebagai tambahan, Ino juga memberi mereka bonus spesial yaitu bunga. Jadi mereka tidak membeli vas kosong. Namun saat Indo hendak menaruh bunga-bunga itu, bentuk batangnya yang menyerupai selang masuk ke air malah membuat Kawaki teringat akan kenangan buruk...

Kenangan-kenangan di lab saat ia menjadi bahan eksperimen. Kawaki bahkan bisa melihat sosok Jigen di genangan air..


Kawaki menjerit, syok sampai-sampai menjatuhkan vas itu dan membuatnya pecah. Kawaki seperti orang ketakutan saat membayangkan hal itu, napasnya tidak teratur.

"Kawaki!?"
"Maaf... Maafkan aku" ucap Kawaki.

Orang-orang di sekitar Kawaki tak mengerti apa yang sebenarnya baru saja terjadi. "Tidak apa-apa," ucap Ino. "Biar kucarikan yang baru, kami masih memiliki vas dengan model yang sama.."

Masalah vas mungkin sudah tidak terlalu penting lagi waktu itu. Naruto memperhatikan Kawaki dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Tanda Karma di tangan Kawaki mulai menyebar, meski tidak terlalu banyak dan dirinya pun masih cukup bisa dikendalikan.

Naruto teringat dengan kata-kata Kawaki waktu itu, "Kuharap aku mati saja seperti anak-anak yang lain. Aku terus-terusan berpikir seperti itu, selama hari-hari yang bagaikan neraka tanpa akhir itu..."

Naruto sadar kalau kenangan buruk selama ia berada di lan terus menghantui Kawaki. Naruto kemudian merangkul tubuh anak itu dan berkata, "Jangan khawatir Kawaki, semuanya akan baik-baik saja.."


Mereka pun keluar dari toko, vas bunga lengkap dengan bunganya sudah ada di tangan Naruto. "Terima kasih ya Ino, kau bahkan sampai memberi kami bonus bunga.."

"Tak apa, kapan-kapan mampir lagi ya.."

"Ayo Kawaki, kau juga harus berterima kasih.."
Kawaki pun membungkuk memberi hormat, meski tatapannya masih tampak gelisah dan kesal.

"Sampai jumpa Kawaki, anak ganteng boleh mampir ke sini kapan saja.." ucap Ino.

Mereka pun berpisah. Sarada juga pergi, "Kalau begitu sampai jumpa juga ya Hokage Ketujuh, aku juga harus pergi.."

"Oh, iya, maaf membuatmu ikut-ikutan.." ucap Naruto.
"Tidak apa-apa, aku malah senang.."

Sebelum pergi, Sarada kembali bicara pada Kawaki. "Hei Kawaki!! Aku bercita-cita ingin menjadi Hokage, sama seperti Hokage Ketujuh. Jadi kalau kau merasa ada yang mengganggu, beritahu saja, aku akan membantumu.."

Kawaki hanya melihat diam.

"Sampai jumpa!" Sarada pun pergi.

"Apa-apaan dia barusan?"
"Itu artinya sekarang kalian sudah berteman.." ucap Naruto.

"Cih, bodoh sekali.." ucap Kawaki.


Meraka pun pulang. Boruto menyambut mereka, ia sempat tak percaya kalau Kawaki benar-benar tulus untuk minta maaf tapi melihatnya sampai repot-repot membeli vas segala...

Boruto tetap belum bisa memaafkannya begitu saja. "Ini jawabanku.." Boruto memberikan sesuatu pada Kawaki. "Itu untukmu, aku yakin kau tahu cara menggunakannya, kan?"

Naruto bertanya, "Apa itu?"
"Tidak ada urusannya denganmu, Yah!!"
Boruto kemudian berlari pergi.

"Cih anak itu..." Kawaki terlihat kesal, ternyata Boruto memberinya lem. Boruto ingin Kawaki mengelem kembali vas bunga yang sudah ia pecahkan. Makin merepotkan karena pecahan vasnya sudah dibuang ke tong sampah.

"Anak itu merepotkan sekali.." ucap Kawaki.


Tak jauh dari gerbang Konoha, dua sosok mengintai dari atas pohon. Dua orang misterius, Delta dan Kashin Koji.


"Dulu, ada kelompok khusus yang ditugaskan mendeteksi chakra orang-orang yang keluar masuk desa. Kelompok itu dipimpin oleh Klan Yamanaka.." ucap Kashin Koji.

"Ya, aku tahu," ucap Delta. "Tapi itu di era Perang, apa menurutmu di saat-saat damai seperti ini mereka masih bertugas?"

"Mungkin sudah tak seketat dulu, tapi mereka masih dalam tugas." ucap Kashin Koji. "Mereka akan mengidentifikasi apakah orang yang masuk Konoha terdaftar atau tidak, jadi kalau ada orang asing yang masuk mereka akan tahu.."

"Hmm, jadi tidak akan mudah untuk menyusup ya..."

"Ya, makanya kau diam saja di sini.." Kashin Koji kemudian masuk melewati tembok Konoha.
"Eh!?" Delta kaget. "Bagaimana bisa... Koji?"

"Sudah, kau tunggu saja di situ, kalau kau ikut situasinya malah akan jadi repot.."


Kashin Koji lalu masuk ke Konoha, dengan sangat mudah tanpa terdeteksi, sementara Delta masih berdiri di dahan pohon di luar Konoha sambil bertanya-tanya, "Sial... Si Koji itu, bagaimana bisa ia masuk dengan sangat mudah!?"

Kashin Koji masuk ke Konoha, dan tentu Kawaki langsung menjadi prioritas utamanya. "Di mana kau bersembunyi, Kawaki...!!"


Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments