Congratulations. Tulisan besar berbunyi seperti itu muncul di hadapan mereka semua, pertanda kalau lantai itu telah benar-benar berhasil diselesaikan.
Para pemain duduk-duduk, rebahan di lantai, beristirahat setelah tadi bersusah payah melawan monster tengkorak kelabang raksasa itu. Semuanya terlihat kelelahan, termasuk Kirito dan Asuna.
"Berapa orang yang telah mati?"
Kirito mengecek informasi mengenai itu di menunya.
"Empat belas orang"
"!!!" Para pemain kaget. "Ini bohong kan ..." Ucap Agil tak percaya.
"Padahal masih ada 25 lantai lagi"
"Apa kita benar-benar akan bisa mencapai lantai teratas?"
Berbeda dengan para pemain yang duduk atau rebahan, kelelahan, ketua masih tetap berdiri. Hal ini membuat Kirito terpikir akan sesuatu, bayangan saat dulu ia hampir bisa mengalahkannya. Dan kemudian, tiba-tiba Kirito bangun, entah untuk apa.
"Kirito-kun?" Bahkan Asuna tak tahu untuk apa.
Kirito bangun secara perlahan dan tiba-tiba ...
Whussss!!! ia melesat. Dan yang lebih mengejutkan, ia melesat dengan tujuan untuk menusuk Heathcliff.
Hal-hal menjadi semakin mengejutkan. Karena saat Kirito menusuknya, suatu penghalang menghalangi tebasan Kirito. Dan disana muncul tulisan : "Immortal Object"
Ya, artinya adalah objek abadi.
"Kirito-kun! Apa yang kau lakukan!?" Asuna kaget dan mendekat. Sampai akhirnya saat melihat tulisan itu, ia diam dan semakin kaget.
"Objek abadi?"
"Apa-apaan ini sebenarnya, komandan?" Asuna benar-benar tak mengerti. dan tampaknya bukan hanya mereka berdua saja, para pemain lainnya juga melihat tulisan itu dan mereka kaget.
"Apapaun itu, kelihatannya sistem tak akan membiarkan HP orang ini turun sampai ke zoba kuning" Ucap Kirito, ia mulai mengerti sesuatu. "Sejak pertama kali aku datang ke Dunia ini, ada satu hal yang mengganggu pikiranku, darimanakah pengarang game ini melihat saat memainkan game kematian ini? Tapi ternyata, aku melupakan suatu logika yang sangat sederhana, yang bahkan anak kecilpun akan mengetahuinya. Pasti akan membosankan jika hanya melihat orang lain memainkan sebuah game RPG, benar bukan, Kayaba Akihiko?"
Begitu. Ternyata Heathcliff tak lain adalah pencipta Sword Art Online itu sendiri, Kayaba Akihiko.
"!!!!?" Para pemain lain di ruang itu semakin kaget saat mendengar penjelasan Kirito ini.
"Darimana kau tahu kalau aku dilindungi oleh sistem?" Heathcliff balik bertanya.
"Aku sudah merasakan keanehan ini sejak pertama kali duel melawanmu waktu itu. Saat serangan terakhirku itu, aku rasa kau terlalu cepat" Ucap Kirito.
"Sudah ku duga, tapi itu adalah suatu kesalahan yang sangat disayangkan" Ucap Heathcliff.
"Saat itu, sebenarnya pergerakanmu lebih cepat dariku. Sampai-sampai aku harus menggunakan sistem over-assist mode untuk menghindarinya"
"!!!?" Para pemain semakin kaget.
"Memang benar, aku adalah Kayaba Akihiko" Heathcliff atau yang aslinya bernama Kayaba itu akhirnya mengaku. "Dan jika boleh dijelaskan, aku adalah bos terakhir yang harus kalian hadapi di lantai teratas nanti"
"!!!!?" Para pemain semakin kaget dan kaget saja mendengarnya.
"Benar-benar cerita yang bagus" Ucap Kirito. "Seorang pemain terkuat akan mengkhianati kami dan menjadi bos lantai tertatas?"
"Memang cerita yang bagus, bukan?" Ucap Kayaba.
"Aku selalu mengira kalau kaulah yang akan menjadi lawanku di babak terakhir. Kemampuan dua pedang diberikan pada pemain yang memiliki reaksi yang cepat, yang nantinya akan menjadi seorang pahlawan untuk melawan bos lantai akhir. Tapi ternyata, kemampuanmu itu melebihi perkiraanku. Yah, tapi tak apa, sesuatu yang tidak terduga memang menjadi kelebihan tersendiri bagi MMORPG"
Sementara Kayaba berbicara, salah seorang pemain, anggota Knight of Blood kesal, "Kesetiaan kami ... Harapan kami ..." Setelahnya ia langsung meloncat dan bersiap untuk menebasnya, "Beraninya kau menodainya!!!"
Tak perlu bersusah-susah bagi Kayaba untuk menghindarinya. Ia tinggal menekan suatu kombinasi pada menunya dan tiba-tiba pemain tadi terjatuh.
Bahkan tak hanya jatuh, pemain tadi juga lumpuh.
"Pelumpuh?" Kirito bertanya-tanya.
Dan setelahnya, tak hanya pemain itu, Kayaba jga menggunakan cara yang sama untuk melumpuhkan para pemain lainnya kecuali Kirito. Hanya Kirito yang dibiarkan dalam keadaan normal, bahkan Asuna juga telah ia buat lumpuh, "Kirito-kun ..."
"Apa, apa yang akan kau lakukan? Membunuh kami dan menutupi semua ini?" Kirito bertanya.
"Tentu saja tidak" Ucap Kayaba. "Aku tak akan melakukan sesuatu yang tidak fair seperti itu"
"Memang sudah ku duga, seharusnya aku menunggumu di lantai tertasa, di Benteng Merah Delima. Aku telah mengembangkan kelompok Knight of Blood dengan baik, dan beberapa pemain garis depan. Jadi, akan sangat memalukan jika aku melakukan hal itu. Dan aku yakin. Dengan kekuatanmu itu, kau bisa mencapai tempatku di atas sana. Tapi, sebelum itu ..."
Kayaba bersiap untuk melakukan sesuatu. Bukan ingin menyerang atau apa, melainkan, "Kirito-kun, aku harus memberimu hadiah karena kau berhasil mengungkap identitasku"
"Aku akan memberimu kesempatan" Ucap Kayaba.
"Kesempatan?"
"kesempatan untuk melawanku satu lawan satu di tempat ini. Dan, aku akan menonaktifkan status Immortal Objek yang aku miliki. Kalahkan aku, dan kau akan menyelesaikan game ini, dan semua pemain akan bisa logout dari game ini. Bagaimana?"
"!?" Kirito kaget. Karena bagaimanapun, ini terlalu cepat.
"Jangan lakukan, Kirito-kun" Saran Asuna.
"Untuk sekarang, kita harus mundur terlebih dahulu" Asuna tak mau Kirito bertarung sekarang. Akan tetapi, setelah teringat dengan semuanya, ingatan tentang orang-orang yang mati karena game ini, Kirito berkata, "Jangan bercanda" Dan akhirnya dia setuju. Kirito seolah tak mau game ini terus berlama-lama, ia ingin segera mengakhirinya agar tak tercipta lebih banyak korban lagi.
"Mari kita selesaikan ini"
"Kirito-kun!"
"Maaf" Ucap Kirito ke Asuna, "Aku tak bisa lari di saat seperti ini"
"Tapi, kamu tak akan mati di tempat ini, kan?"
"Tidak, aku akan membawa kemenangan. Aku akan menang dan menyelesaikan game ini"
"Aku mengerti. Aku percaya padamu, Kirito-kun"
Kirito melepas Asuna dan lalu mengambil kedua pedanya. Melangkah, dan bersiap untuk menghadapi Heathcliff, Kayaba.
"Hentikan, Kirito!!" Rekan-rekan Kirito lainnya juga ingin Kirito berhenti. Namun begitu, pemuda dengan dua pedang itu tetap melangkah.
"Agil, terimakasih karena telah mendukung para pemain pedang sampai sejauh ini" Ucap Kirito. "Aku tahu kalau kau telah menghabiskan hampir semua uangmu untuk membantu pemain di lantai tengah sampai atas"
Sebelum mulai bertarung, Kirito mengucapkan salam-salam dulu pada teman-temannya.
"Klein,aku benar-benar minta maaf karena telah meninggalkanmu saat itu"
"He, hentikan Kirito!!" Klein menangis, "Jangan meminta maaf padaku! Beraninya kau meminta maaf padaku sekarang! Aku tak akan memaafkanmu!! Aku tak akan memaafkanmu sampai kau mentraktirku makan di Dunia nyata nanti!!"
"Baiklah, sampai bertemu di Dunia nyata" Ucap Kirito. Selanjutnya, Asuna ...
Kirito tak berkata banyak, hanya melihatnya sebentar dan kembali menatap Kayaba. Dan, "Maaf, tapi aku memiliki satu permintaan"
"Apa itu?"
"Aku tak berencana untuk kalah. Tapi jika aku mati disini, aku ingin kau memastikan kalau Asuna tak membunuh dirinya sendiri"
"Ng? Baiklah" Ucap Kayaba.
"Kirito-kun, jangan!" Teriak Asuna.
"Jangan lakukan itu!!"
Namun bagaimanapun, duel tetap akan segera dimulai.
"Ini bukanlah duel biasa" Pikir Kirito. "Kami akan bertarung sampai ada yang mati. Benar sekali, aku akan membunuh orang itu!"
Kirito melesat maju, dengan kedua pedangnya itu.
Namun tentu saja, tak semudah itu mengalahkan Kayaba. Dengan senjatanya, ia menahan dan membalas serangan Kirito. Pertarungan sengit terjadi, tebasan demi tebasan terus saja mereka berdua lancarkan dan terima.
"Dialah yang mendesain teknik dua pedang milikku ini, dia telah mengetahui semua serangan yang telah diprogram sebelumnya oleh sistem. Jadi, aku harus mengalahkannya dengan kemampuanku sendiri, tanpa menggunakan kemampuan pedang di game ini!!"
Mereka terus bertarung, saling tebas dan tahan.
"Lebih cepat, aku harus lebih cepat lagi!!" Seranga Kirito menghujam Kayaba. Namun begitu, Kayaba tetap mampu menahan semuanya. Benar-benar kuat.
Batsss!!!
Bahkan akhirnya, malah serangan Kayaba yang berhasil menggores sedikit pipi Kirito.
"Hyaaaaaaah!!!!" Kirito tak menyerah begitu saja hanya karena luka kecil itu, dan ia kembali menyerang bahkan semakin kuat dan cepat. Sementara Kayaba, kali ini ia terus menahannya dengan prisai yang ia bawa.
"Maafkan aku, Asuna ...
Setidaknya kau masih bisa bertarung, Hiyaaaaah!!!!" Kirito terus memaksa menyerang, menyerang prisai yang benar-benar kuat itu. Hingga pada akhirnya, malah pedang hijau Kirito yang patah.
"Selamat tinggal, Kirito-kun" Kayaba mengumpulkan kekuatannya di pedang yang ia bawa. Memanfaatkan Kirito yang telah kehilangan satu pedangnya, dan bersiap untuk menebasnya. Namun secara mengejutkan, Asuna mampu bergerak dan melesat ke depan Kirito, menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng yang menghalau tebasan itu.
"!!!!?"
HP Asuna turun hingga mencapai nol.
"!!!"
Untuk terakhir kalinya, Asuna melihat ke arah Kirito sambil tersenyum. Tubuhnya telah memancarkan cahaya, seolah akan segera menghilang.
"I-Ini bohong kan, Asuna ...
Ini ..."
"Maafkan aku" Asuna meneteskan air mata, namun ia tetap berusaha untuk tersenyum.
"Selamat tinggal" Ucap Asuna untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar menghlang, lenyap sebagai serpihan cahaya hijau.
Kirito benar-benar terpukul, entah apa perasaan yang ada di hatinya. Benar-benar tak bisa digambarkan.
"Mengejutkan sekali" Ucap Kayaba.
"Seharusnya, membebaskan diri dari program pelumpuh sistem adalah hal yang mustahil. Aku tak menyangka kalau hal seperti itu bisa terjadi"
Kirito terdiam. Entah apa yang ia rasakan, Kirito tak berkata apa-apa, dan lalu mengambil pedang peninggalan Asuna. Kirito menggunakannya sebagai penggantinya yang patah. Kemudian, kembali mencoba untuk menyerang.
Namun dibanding menebas, kali ini serangan Kirito lebih seperti asal bergerak, serangannya begitu lambat bahkan mungkin lebih cocok dibilang sebagai sentuhan. Kirito benar-benar tak memiliki semangat untuk bertarung.
Tang!
Kayaba menebas pedang hitam yang ada di tanga kanan Kirito hingga terpental.
Dan kemudian, Jlebbb ...
Kayaba menusuk tubuh Kirito, tubuh yang seolah sudah tak memiliki semangat hidup itu.
Kirito menutup matanya, sementara HPnya terus berkurang akibat tusukan di perut itu.
"Ini sudah cukup ..." Ucap Kirito di detik-detik sebelum kematiannya.
Semakin sedikit dan sedikit, melewati batas merah dan mungkin telah mencapai titik satu.
Tapi kemudian, Kirito teringat kata-kata Asuna sebelum ia menghilang : "Aku percaya padamu, Kirito-kun"
Kirito ingin bangkit kembali. Namun bagaimana, HPnya kini telah benar-benar mencapai titik nol. Dan di depannya, telah tertulis pemberitahuan kalau, "You are Dead"
Kirito tak mampu berbuat apa-apa lagi. Kirito mati dan sama dengan Asuna, serta pemain-pemain lainnya, tubuhnya lenyap sebagai serpihan cahaya.
Semuanya telah berakhir.
Tamat.
BUkan-bukan begitu.
Tubuh Kirito lenyap sebagai serpihan cahaya, menghilang.
Namun kemudian, entah bagaimana, tiba-tiba suatu cahaya berkumpul dan kembali membentuk tubuh Kirito. Ya, Kirito kembali.
"Masih belum ..." Ucapnya.
"Masih belum"
Bagaikan hantu, tubuh transparan itu balas menusuk perut Kayaba. Kayaba malah tersenyum.
HP Kayaba turun hingga mencapai titik nol.
"Dengan ini, sudah berakhir, bukan?"
Setelah itu, barulah mereka berdua benar-benar lenyap. Hilang, tubuh kayaba dan jiwa Kirito benar-benar telah menjadi cahaya, cahaya yang terbang menelusuri pelosok negeri Aincrad.
Pukul 14:55 Tanggal 7 November
Game Terselesaikan
Game Telah Terselesaikan
Serpihan cahaya itu terus terbang, menelusuri langit Aincrad.
Dari tempat yang gelap, Kirito sadar dan membuka mata. Lalu saat ia melihat, ia tengah berada di tengah kuningnya langit itu.
"Tempat ini?" Kirito benar-benar tak mengerti, dan lalu membuka menunya. Tapi tiba-tiba, dirinya dikagetkan oleh sesosok suara yang memanggi entah dari mana, suara yang begitu familiar, "Kirito-kun ..."
Tak salah lagi, itu suara Asuna.
Kirito membalikan badannya dan ternyata, Asuna telah berada di sana, berdiri menunggunya.
"Maaf, aku juga mati" Ucap Kirito.
"Bodoh" Asuna meneteskan air mata, berlari dan lalu memeluk Kirito.
"Dimana kita sekarang?" Kirito bertanya. Kemudian, Asuna menunjuk ke bawah.
Di kejauhan, jauh di bawah, terlihat dunia Aincrad secara perlahan mulai runtuh. Dunia yang selama ini mereka tempat, rumah yang mereka tinggali, semuanya roboh ...
"Pemandangan yang hebat, bukan?" Ucap seseorang yang berdiri beberapa meter di sebelah mereka. Seorang lelaki yang ternyata tak lain adalah Kayaba Akihiko.
"Kayaba Akihiko ..."
"Kini kerangka utama dalam Sword Art Online yang berada di lantai level lima di ruangan kendali telah menghapus semua data game, penghapusan data di penyimpanan" Ucap Kayaba. "Dalam waktu sekitar sepuluh menit, semua yang ada di Dunia ini akan musnah"
"Bagaimana dengan para pemain yang ada di bawah sana?" Asuna bertanya.
"Kalian tak perlu khawatir. Beberapa waktu yang lalu, 6147 pemain yang tersisa telah di logout"
"Lalu, bagaimana dengan pemain yang telah mati?" Kirito bertanya, "Bagaimana dengan 4000 pemain yang telah mati?"
"Pikirannya tak akan bisa kembali. Di dunia manapun, saat kau mati, kau akan menghilang"
"Kenapa ...
Kenapa kau melakukan ini?"
"Kenapa ya? Aku sudah lupa alasan akan pertanyaan itu ...
Kenapa ya ..."
"Saat aku mulai mengembangkan sistem lingkungan full dive ...
Tidak, bahkan sebelum itu, impianku tak lain adalah, membangun sebuah benteng yang bisa melampaui batas logika yang ada di Dunia nyata kita. Dan sekarang, aku telah melihat ada seseorang yang bisa melampaui Dunia yang ku ciptakan itu"
"Mungkin sudah sangat lama bagiku memimpikan dunia fantasi yang memiliki sebuah benteng baja yang mengapung di langit. Aku ingin meninggalkan daratan, dan terbang ke benteng itu. Waktu terus berjalan dan itu hanya menjadi impian saja. Kau tahu, Kirito-kun ... Entah dimana itu berada, aku masih percaya akan keberadaan dunia seperti itu"
"Ya, aku juga berharap begitu" Kirito mengakuinya, Asuna juga.
"Aku hampir lupa mengucapkan ini. Ku ucapkan selamat atas kemenangan kalian dalam game ini, Kirito-kun, Asuna-kun. Baiklah, sekarang aku harus pergi"
Kayaba Akihiko menghilang, meninggalkan Kirito dan Asuna berdua disana.
"Ini bukan akhir" Ucap Asuna.
"Kita memang akan menghilang. Tapi, menghilang bersama untuk selamanya. Oh, sebelum itu, katakan padaku siapa namamu, nama asli dari Kirito-kun"
"Eh?" Kirito baru ingat. Selama ini, Asuna hanya mengetahui nama avatar gamenya, yaitu Kirito. Lalu sekarang, Kiritopun memberitahunya ...
"Kirigaya" Ucap Kirito, "Kirigaya Kazuto. Dan aku rasa, umurku 16 tahun bulan lalu"
"Kirigaya Kazuto-kun ...
Jadi benar kau lebih muda dariku ya. Namaku adalah Yuuki Asuna, umurku 17 tahun" Wajah Asuna sedikit memerah.
"Yuuki Asuna ...
Yuuki Asuna" Kirito menangis, "Maaf! Maafkan aku. Padahal aku telah berjanji untuk mengembalikanmu ke Dunia nyata. Tapi aku, aku ..."
"Tak apa, tak apa ...
Aku bahagia bisa bertemu dengan Kazuto-kun, dan hidup bersamamu, itu adalah hal yang paling membuatku bahagia selama aku hidup, terimakasih, aku mencintaimu"
Mereka lenyap, menghilang.
"Aku mencintai ...
Aku mencintaimu"
Kirito membuka mata. Ternyata bukan lenyap, Kirito tersadar di Dunia nyata. Kirito terbangun di sebuah Rumah Sakit, dan ia masih ingat akan kenangannya, Asuna.
Kirito bangun dari tempat tidurnya, ia berjalan menuju sambil menyebut-nyebut nama Asuna.
"Asuna ...
Asuna"
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments