Kirito sedang bertarung di dalam lantai berbukit gelap, dengan hiasan pohon-pohon berwarna putih. Sebuah pertarungan pedang satu lawan satu antara Kirito dan ksatria kadal berwarna biru muda. Sulit, pertarungan kali ini berjalan tak semudah biasanya. Monster itu cukup kuat dan lincah, serta mahir memainkan pedangnya hingga sempat membuat Kirito terdesak. Akan tetapi, pada akhirnya Kirito berhasil memanfaatkan serangan balik dan sukses menghancurkan monster itu.
"Hampir dua tahun telah berlalu semenjak game kematian ini dimulai,
Aku masih sendirian berada di garis depan" Kirito menghela nafas, dan lalu memasukan kembali pedangnya. "Di luar sana, Kayaba Akihiko memantau dunia ini, apa yang sekarang ia pikirkan? Fiuh ..." Lagi-lagi Kirito menghela napas, "Aku akan pulang ..."
17 Oktober 2024, Lantai 74 : Dungeon
Kirito telah berada di suatu hutan. Terus melangkah menelusuri hijaunya pohon-pohon di tempat itu. Hingga kemudian, Kirito merasakan sesuatu dan lalu berhenti, melihat ke arah sekitar dan. "Itu kan ..." Kirito melihat sesosok mahluk bersembunyi di balik kayu.
kemudian, Kirito mengambil dua senjata mirip kunai dari belakang bajunya. Tembakan pertama sengaja dibuat meleset hingga membuat itu panik. Dan saat si mahluk yang ternyata adalah kelinci abu bermata merah itu meloncat, barulah Kirito menghabisinya dengan serangan kedua.
"I-item langka kelas S!?" Tangan Agil bergetar saat Kirito menunjukan suatu item, daging dari kelinci bermata merah tadi, "A-aku belum pernah melihat item ini sebelumnya" Ucapnya dan lalu bertanya, "Hei Kirito, uang yang kau miliki masih cukup untuk menghidupimu kan? Kenapa kau tak mencoba memakannya saja daripada menjualnya?"
"Sebenarnya aku juga ingin memakannya" Ucap Kirito, "Dan mungkin hanya sekali dalam seumur hidup aku bisa mendapatkannya"
"Tapi, siapa yang memiliki skill cukup untuk bisa mengolah makanan dari item itu?" Item mentah tak akan bisa dimakan kecuali telah diolah terlebih dahulu. Dan untuk item langka sekelas apa yang Kirito bawa, tentunya butuh skill memasak yang tidaklah sembarangan.
"Kalau aku yang memasaknya, pasti akan gosong, hmm ..." Agil dan Kirito tak punya akal sama sekali. Sampai kemudian, seseorang tiba-tiba saja menepuk pundak dan menyapa Kirito. Dan saat Kirito menolehkan badannya ke belakang, ternyata itu Asuna, yang datang dengan mengajak seorang lelaki tua.
Untuk sesaat, Kirito sempat terdiam. Dan lalu secepat kilat ia menggenggam tangan Asuna, "Aku berhasil menemukannya, juru masak yang cocok" Ucap Kirito.
"A-apa maksudmu?" Wajah Asuna sedikit memerah.
"Ehem" Babak-bapak di belakang Asuna menatap mereka.
"Ah, jarang sekali ya, Asuna" uru-buru Kirito melepas genggaman tangannya, "Jarang sekali melihatmu berada d tempat penuh sampah seperti ini"
"Oi" Agil tersinggung.
"Sebentar lagi kita akan menghadapi bos lantai, aku datang kemari untuk memastikan kalau kau masih hidup" Ucap Asuna.
"Aku sudah berada di dalam friend-list mu kan? Jadi harusnya kau tahu keadaanku bukan?"
"Yah, masih hidup saja sudah cukup" Ucap Asuna dan lalu bertanya, "Apa yang kau maksud dengan juru masak tadi itu?"
"Oh itu, hmm, berapa level skill memasakmu sekarang?" Kirito balik bertanya.
"Hmm? Aku telah menyelesaikan semua levelnya minggu lalu" Ucap Asuna dengan senyuman yang penuh rasa bangga.
"Eeh!!?" Agil dan Kirito kompak kaget.
"Hebat kan?"
"Jika kau bisa sehebat itu, aku ingin meminta bantuanmu" Kirito menunjukan item tadi.
"Eeh!!!?" Sekarang giliran Asuna yang kaget.
"I-Ini ... Ragout Rabbit!!?"
"Bagaimana kalau kita barter? Jika kau mau memasakkannya untukku, aku akan memberimu satu gigitan" Tawar Kirito.
Grab, Asuna langsung mencengkram leher baju Kirito, "Se-te-ngah-nya!"
Kirito tak bisa menolak, dan akhirnya mau tak mau iapun setuju.
"Berhasil!" Ucap senang Asuna, sementara Kirito hanya bisa tersenyum kecil menanggapi hal ini.
"Maaf ya, kalau begini aku tak jadi menjualnya" Ucap Kirito ke Agil.
"Ki-kita adalah teman baik, bukan? Biarkan aku merasakannya sedikit juga ..."
"Aku akan menuliskan review 800 kata tentang rasanya padamu" Ucap Kirito.
"Sedikit saja kok ..."
Kirito tak peduli, makanan itu cuma untuknya dan Asuna.
Karena sudah tak punya urusan lagi, mereka tigapun keluar dari toko Agil.
"Lalu, dimana kita akan memasaknya?" Asuna yang tetap diikuti oleh bapak-bapak itu bertanya.
"Hmm ..." Kirito kebingungan.
"Kau pasti tak memiliki peralatan memasak di rumahmu kan? Hanya untuk kali ini saja, dan karena itu bahan masakan yang langka, aku akan meminjamkan tempatku untukmu"
"Ahh ..."
"Untuk hari ini sudah cukup, terimakasih atas kerja kerasnya" Ucap Asuna ke bapak-bapak penjaga di belakangnya, seolah mau bilang, "Jangan ganggu, gw maunya berdua sama Kirito"
"Asuna-sama, anda tak boleh membiarkan orang mencurigakan seperti dia masuk ke rumah anda" Balas si bapak-bapak, yang seolah mau bilang, "Jangan ngajak dia ke rumah, nanti lo diapa-apain"
"Fiuh ..." Asuna menghela nafas, "Yah, kelihatannya mungkin dia memang mencurigakan. Tapi, kemampuannya sangat hebat. Dia mungkin sudah berada sepuluh level di atasmu, Kuradeel"
"Jadi anda menganggap bocah ini lebih hebat dari saya?" Bapak-bapak bernama Kuradeel itu tak terima, dan lalu teringat akan sesuatu, "Ah! Dia adalah seorang beater"
"Ya, kau benar" Ucap Kirito.
"Asuna-sama!! Orang seperti dia adalah orang yang egois!" Kuradeel terus meyakinkan Asuna kalau Kirito berbahaya, "Akan buruk kalau berada di dekat orang seperti dia" Teriak bapak-bapak itu, membuat orang-orang di sekitar melihat ke arah mereka.
"Ada apa ini?"
"Eh, itu kan si nona kilat kuning, Asuna-sama!" Ucap orang-orang.
"Kau benar, dia benar-benar cantik"
"Untuk hari ini, kau bisa bebas tugas" Ucap Asuna, "Ini adalah perintah dari wakil komandanmu"
Asuna tak mau tahu dan langsung menarik Kirito pergi pergi meninggalkan bapak-bapak itu.
"Hei-hei, apa ini tak apa-apa?"
"Tak apa!"
Lantai 61 : Selemburg
Senja di kota itu begitu indah, dengan langit yang orange, tenang dan begitu menakjubkan.
"Kota ini luas namun penduduknya sedikit, benar-benar kota yang tenang ya" Ucap Kirito, yang bersama dengan Asuna telah sampai di kota itu.
"Kenapa Kirito-kun tidak pindah ke kota ini saja?"
"Uangku tak cukup untuk membeli rumah disini" Ucap Kirito. "Lalu, apa kau yakin meninggalkan bapak-bapak tadi disana?"
"Aku sudah bilang kalau aku tak membutuhkan pengawalan lagi" Ucap Asuna. "Tapi, mereka selalu bilang kalau itu demi keamanan para tetinggi"
"Pemimpin mengundang siapapun secara langsung untuk bergabung. Dan saat itu, guild kami masih kecil" Asuna bercerita, "Tapi setelah kami menjadi semakin dikenal oleh orang-orang, setelah semua orang menganggap kami sebagai guild terkuat, semuanya menjadi aneh. Tapi, yah, sekarang itu tak penting, jadi tak usah dipikirkan" Asuna tersenyum ke arah Kirito.
"Kita harus cepat, sebentar lagi akan gelap" Asuna kembali lanjut berjalan.
"Y-Ya!"
"Pe-permisi ..." Kirito telah sampai di rumah Asuna, masuk ke dalam dan melihat ke sekitar dengan penuh tatapan kekaguman, "Berapa banyak uang yang kau keluarkan untuk membeli semua ini?"
"Hmm, rumah dan perabotannya, mungkin skitar empat juta Coll" Coll adalah mata uang dalam Sword Art Online, "Duduklah sebentar, aku mau ganti baju dulu"
"Y-ya ..." Kirito duduk dan kembali melihat-lihat sekitar, "Empat juta? Empat Mega Coll ya? Aku yakin aku pernah memiliki uang sebanyak itu, tapi ..."
Asuna keluar dari ruangannya, ia datang dengan pakaian yang baru, celana pendek dan kaos yang membuatnya terlihat semakin cantik, cukup seksi hingga membuat wajah Kirito sedikit memerah.
"Sampai kapan kau akan terus memakai pakaian seperti itu hah?" Tanya Asuna.
"Ah, ah ..." Akhirnya Kiritopun mengganti baju.
Setelahnya, mereka bergegas menuju dapur, dan bersiap untuk mengolah daging langka yang Kirito dapatkan.
"Hmm, jadi inikah bahan legenda kelas S itu?" Sejenak Asuna menatap ke arah daging itu. Kemudian, ia bertanya, "Hei Kirito, kau ingin memasak ini menjadi apa?"
"Hal seperti itu biar juru masak saja yang memutuskannya"
"Hmm, kalau begitu, ya, aku akan membuatnya menjadi daging rebus" Ucap Asuna dan lalu memulai prosesnya.
"Ragout, lalu bahan-bahannya untuk membuat soupnya" Dengan hanya mengklik apa yang ada di menunya, bahan-bahan masakan muncul secara otomatis di depan Asuna, juga pisau, yang mana hanya dengan mengayunkannya sekali ke daging itu, bahkan sebelum tersentuh, daging yang awalnya besar itu berubah menjadi potongan-potongan kecil.
Tak hanya daging, semua bahan-bahan yang ada teriris dengan rapi hanya dengan sekaliayunan, membuat Kirito semakin terkagum-kagum melihatnya.
"Di Dunia nyata, pasti tak akan sesederhana ini" Asuna memasukan bahan-bahannya ke panci, "Memasak di SAO sangatlah sederhana dan membosankan" Asuna lalu memasukannya ke pemanas. "Dengan ini, daging rebus siap untuk dimasak"
"Yah, sambil menunggu aku akan membuat makanan pendampingnya" Asuna begitu sibuk, sementara Kirito hanya bisa diam menonton.
Pemanas berbunyi, yang mana berarti kalau dagingnya telah matang. Lalu, Asunapun membukanya, mengambil dan lalu menghidangkannya. Dan terakhir, merekapun memakannya. Makan malam besar-besaran dengan daging langka kelas S.
"Haahm, sudah dua tahun sejak pertama kali aku memakan makanan kelas S, aku bersyukur sekali bisa sampai sejauh ini" Ucap Asuna.
"Benar sekali ..."
"Aneh ya ..." Ucap Asuna, "Ini seperti ... Aku terlahir di Dunia ini dan bisa hidup sampai sekarang ... Atau hanya perasaanku saja ya"
"Bahkan sekarangpun, aku hampir tak pernah memikirkan apa yang terjadi di Dunia nyata" Ucap Kirito. "Dan, ternyata bukan aku saja ..."
"Sekarang, banyak orang sudah tak terobsesi lagi untuk menyelesaikan game ini secepatnya"
"Ya, sekarang hanya terdapat sekitar lima ratus pemain yang bertarung di garis depan" Ucap Asuna, "Semua orang mulai terbiasa dan malah nyaman berada di Dunia ini. Tapi ...
Aku tetap ingin kembali ke Dunia nyata"
"Eh?"
"Masih ada banyak hal yang belum pernah aku lakukan di sana" Ucap Asuna.
"Ya, kau benar" Kirito tersenyum kecil, "Klau kita tak melakukan yang terbaik, kasihan para pemain menetap di kota yang telah mendukung kita"
"Ah, hentikan itu ..." Ucap Asuna.
"Eh, ada apa?"
"Banyak orang menggunakan mimik wajah seperti itu dan lalu melamarku"
"Eeh!!?" Wajah Kirito memerah.
"Hihi, jika dilihat sekilas, kau tak jauh beda dengan para gadis"
"Tak masalah karena aku pemain solo, wuu"
Percakapan antara mereka terus berlanjut, mulai dari bercanda hingga kemudian serius ...
"Kirito-kun, apa kau tak ingin bergabung dengan sebuah guild?"
"Eh?"
"Aku tahu seorang pemain beta sepertimu tak terbiasa bergabung dengan kelompok, tapi ...
Semenjak kita mencapai lantai 70, pergerakan para monster menjadi semakin sulit untuk diprediksi. Akan sulit untuk pemain solo sepertimu" Asuna khawatir, "Dan kau tak selalu bisa melarikan diri"
"Tenang saja, aku memiliki pengamanan yang lumayan kuat, dan mengenai anggota berkelompok ... Malah lebih sering merepotkanku dibanding membantu"
"Huh!?" Asuna menodongkan pisau ke arah Kirito.
"A-ah, tentu saja, pengecualian untuk Asuna" Ucap Kirito.
"Baguslah"
"Fiuh ..."
"Kalau begitu, berkelompoklah denganku" Ajak Asuna.
"Eeh!!!?"
"Warna keberuntunganku minggu ini adalah hitam"
"Apa-apaan itu!? Daripada itu, bagaimana dengan guildmu!?"
"Kita tak memiliki batasan dalam membuat guild kan"
"La-lalu, bagaimana dengan pengawalmu?"
"Aku akan meninggalkan mereka"
Kirito terdiam, pikir-pikir dulu, sementara Asuna telah membuka menunya untuk mengirimi undangan terhadap Kirito.
"Garis depan sangatlah berbahaya ..."
Whussss ...
Lagi-lagi Asuna menodongkan pisau dan kini dengan wajah yang lebih kmengerikan.
"A-aku mengerti" Akhirnya Kirito menerima permintaan itu, dan resmi berkelompok dengan Asuna.
"Hari ini, aku harus berterimakasih padamu, terimakasih atas makanannya ya" Ucap Asuna.
"Terimakasih juga, lain kali aku akan meminta bantuanmu lagi" Kirito hendak berpamitan, kini mereka telah berada di depan pintu rumah Asuna. "Tapi sepertinya, aku tak yakin bisa menemukan bahan langka seperti itu lagi"
"Jika level memasak sudah tinggi, siapapun bisa membuat makanan enak dengan bahan biasa" Ucap Asuna.
"..." Sejenak mereka berdua lalu terdiam, dan melihat ke arah langit.
"Apa Dunia seperti ini, yang diinginkan oleh Kayaba Akihiko?"
18 Oktober 2024, Lantai 74 : Kandet
Kirito terdiam sendiri, menunggu seseorang yang tak kunjung datang juga, "Lama sekali ..." Ucapnya sampai mengantuk.
"Uwaaa!!!" Tiba sebuah cahaya muncul dari belakang Kirito. Dan saat menoleh ke belakang, "Awassss!!!" Asuna meloncat keluar dari sana, membuatnya secara tak sengaja menabrak tubuh Kirito.
"Apa ... Ini ..." Secara tak sengaja Kirito menyentuh dada Asuna, "Ini?"
"Kyaaa!!!" Wajah Asuna memerah, dan dengan kekuatan super menampar Kirito hingga terpental beberapa meter. Jatuh, terus terpental hingga akhirnya menabrak monumen batu.
"Sa-sakit ..." Kirito bangun, dan lalu melihat kembali ke arah Asuna.
"Itu" Kirito menyadari apa yang tadi disentuhnya setelah melihat Asuna terduduk, memasang wajah merah kesal sambil menutupi kedua dadanya. Namun lalu, Kirito hanya menyapa, "Ha-hai, selamat pagi, Asuna"
"Huh" Asuna berlari dan bersembunyi di belakang Kirito. Ternyata, Asuna buru-buru karena mencoba melarikan diri dari seseorang, yang tak lain adalah pengawalnya sendiri, Kuradeel.
"Asuna-sama, tidak seharusnya anda bersikap seperti itu" Ucap Kuradeel, "Mari kita kembali ke markas besar" Ajaknya, namun Asuna keburu bersama Kirito.
"Tidak mau!" Tolak Asuna. "Dan apa yang kau lakukan di depan rumahku sepagi itu!?"
"Eh??" Kirito kaget.
"Saya tahu kalau ini pasti akan terjadi, jadi beberapa bulan yang lalu adalah bagian dari misiku untuk mengawasi anda di Salemburg" Ucap Kuradeel.
"Ha-hal seperti itu pasti bukan perintah dari pemimpin kan?"
"Misiku adalah melindungi Asuna-sama, termasuk juga melindungi hunian Asuna-sama"
"Jangan terlalu berlebihan, bodoh!" Bentak Asuna.
"Huh, seharusnya anda tidak bersikap seperti anak kecil. Baiklah, mari kita kembali ke markas besar" Kuradel mendekat ke Asuna dan menarik tangannya secara paksa. Namun kemudian, Kirito mencengkram tangan Kuradeel.
"Maaf" Ucap Kirito, "Aku akan menjadi wakil komandanmu hari ini" Ucap Kirito.
"Eh??"
"Aku yang akan bertanggung jawab atas keamanan Asuna" Ucap Kirito. "Dan lagipula, hari ini kita tak sedang menghadapi bos lantai, kau bisa pergi ke markasmu sendiri kan"
"Jangan bercanda!!" Bentak Kuradeel.
"Pemain level rendah sepertimu tak akan bisa melindunginya!! Aku adalah salah satu anggota terhormat dari guild Knight of the Blood"
"Aku bisa lebih baik darimu" Ucap Kirito.
"Kh, jika kau beromong besar seperti itu ...
Kau pasti sudah siap untuk menbuktikannya bukan?" Kuradeel bersiap untuk menantang Kirito. Ia mengirimi Kirito sebuah undangan duel satu lawan satu. Namun sebelum menerimanya, Kirito meminta persetujuan Asuna, "Apa tak apa?"
"Tak apa-apa, aku yang akan berbicara dengan pemimpin" Asuna menyetujuinya dan lalu Kiritopun menerimanya.
Dan lalu, pertandingan siap untuk dimulai ...
"Lihatlah baik-baik, Asuna-sama! Saya akan membuktikan kalau hanya saya yang bisa melindungi anda!!"
Kirito hanya diam, dan lalu menarik pedangnya.
"Pemain solo bernama Kirito akan melakukan duel dengan anggota Knoght of the Blood?"
"Tontonan yang menarik" Ucap orang-orang yang menonton.
"Kh" Kuradeel memasang kuda-kuda, dan begitu pula dengan Kirito. Dan hingga kemudian waktu menyatakan pertandingan dimulai, mereka melakukannya.
Kirito dan Kuradeel beradu pedang. Pengawal Asuna itu tersenyum senang karena mengir ia bisa menebas Kirito. Akan tetapi, Kirito menahan dengan pedangnya hingga membuat pedang pengawal Asuna patah.
"Mu-Mustahil ..." Pedang Kuradeel menghilang dan ia tertunduk kalah.
"He-hebat ... Dia menghancurkan senjatanya"
"Jadi sejak awal dia memang hanya mengincar senjatanya ya?"
Ucap orang-orang tak percaya, dan bahkan Asuna sendiri tak menyangka Kirito bisa sehebat ini.
"Jika kau ingin menantangku lagi dengan senjata lain, aku akan melayaninya dengan senang hati" Ucap Kirito yang telah memasukan kembali pedangnya. "Untuk sekarang, sudah cukup bukan?"
"Arrkhhh!!!!" Kuradeel tak terima, ia tak mau kalah begitu saja dan kembali mengeluarkan pedang, dan bersiap untuk menebas Kirito.
Namun kali ini, Asuna sendiri yang menebas pedang Kuradeel hingga terpental ...
"A-Asuna sama, dia melakukan kecurangan" Tuduh Kuradeel. "Dia pasti menggunakan trik untuk menghancurkan pedangku, aku tak terima dikalahkan beater kotor ini"
"Kuradeel, ini adalah perintah dari wakil Komandan Knight of the Blood. Mulai hari ini, kau dibebas tugaskan. Tunggulah di markas sampai kau mendapat tugas selanjutnya, cukup"
"A-apa ..." Kuradeel masih tidak terima. "Kau ..." Pada akhirnya Kuradeel tak mampu berbuat apa-apa, dan lalu memggunakan teleportasi untuk kembali sendiri ke markas.
Pertarungan dimenangkan oleh Kirito ...
Sementara itu dari sisi penonton, terlihat seorang penonton misterius berjubah, memasang licik dan lalu pergi. Dan di tangannya, terlihat suatu tanda ...
"Maaf sudah membuatmu terlibat dalam masalah ini" Ucap Asuna.
"Tidak, ini bukan masalah bagiku. Tapi, apa kau baik-baik saja?"
"Ya. Permasalahan dari guild saat ini adalah, fokus kami untuk menyelesaikan game ini. Dan, aku rasa aku terlalu memaksakan peraturan itu pada setiap anggota"
"Mengenai itu ... Kurasa memang wajar" Ucap Kirito. "Jika kau tak melakukan itu, kau tak akan bisa sampai sejauh ini"
"Eh?"
"Aku hanyalah pemain solo pemalas, jadi aku tak memiliki hak untuk berpendapat, tapi, meskipun kau memutuskan untuk cuti dan berkelompok dengan orang tak jelas sepertiku, kurasa tak ada alasan pihak lain untuk protes"
"Huh, baik, ku ucapkan terimakasih lagi padamu" Ucap Asuna, "Jadi, aku akan menerima tawaranmu itu dan bersantai hari ini, kuserahkan penyerangannya padamu" Asuna pergi.
"Tu-tunggu sebentar!" Kirito mengejar langkah Asuna, "Penyerangan seharusnya dilakukan begantian, bukan?"
"Akan ku lakukan besok saja" Ucap Asuna.
"Eeh??"
Lantai 74 : Dungeon
Asuna seorang diri menghadapi monster-monster di sana, menghajarnya dengan serangan-serangan cepat dari tebasan pedangnya.
Sementara partnernya, Kirito hanya bisa menonton ...
"Memiliki partner yang hebat membuat pertarungan menjadi lebih mudah ya" Kirito melamun.
"Kirito-kun, Switch!"
"Ee, ah, iya!!" Kini giliran Kirito, yang maju dan kemudian mengakhiri monster itu.
Pertarungan berakhir, dan perjalanan di dalam dungeon itu kembali dilanjutkan. Kirito melihat peta:
"Kirito-kun, itu ..." Tiba-tiba Asuna menghentikan langkahnya, setelah melihat suatu gerbang raksasa di ujung jalan yang mereka lakui.
"Jangan-jangan, ini ..."
"Ya, mungkin saja, ruangan bos lantai ini"
Mereka mendekat, dan berdiri di depan gerbang itu.
"Apa yang akan kita lakukan? Hanya melihatnya saja?" Asuna menggandengn tangan Kirito.
"Bos monster tak akan meninggalkan ruangan yang ia jaga. Jika hanya membuka saja, tak apa" Ucap Kirito.
"Ba-baiklah ..."
"Persiapkan kristal teleportasi di tanganmu"
"Ya" Kirito dan Asuna sama-sama menggenggam kristal teleportasi.
"Siap? Aku akan membukanya"
"Ya" Sahut Asuna. Dan lalu, merekapun membukanya secara perlahan, kemudian masuk ke dalam ruangan gelap itu.
Asuna dan Kirito memasang kuda-kuda, saling menjaga satu sama lain, menunggu sosok monster seperti apakah yang nantinya akan muncul. Hingga akhirnya ...
Whusss ...
Api-api biru di obor menyala secara otomatis, menerangi ruangan yang mulanya gelap itu, Dan lalu, bos lantai ini pun terlihat jelas. Sesosok monster bertanduk iblis, The Gleam Eyes.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments