Kirito dan Leefa telah sampai di pusat kota Aarun, wilayah netral. Dan sama halnya dengan Leefa, Kirito juga tampak begitu takjub, terlebih saat melihat apa yang ada di pusat kota itu, yaitu batang bagian dari Pohon Dunia, yang bahkan ujungnya sama sekali tak terlihat. "Itu, Pohon Dunia ..."
"Ya, tidak salah lagi, ini adalah Aarun!" Ucap Leefa, "Ibukota dari Alfheim, kota terbesar di dunia ini."
"Ya, akhirnya kita sampai juga."
"Ini pertama kalianya aku melihat kota sebesar ini." Ucap Yui.
"Aku juga. Cahaya yang bertebaran di sana bagaikan debu lampion." Tak bosan-bosannya, mereka memandangi kota itu. Tapi kemudian, tiba-tiba saja terdengar suatu pengumuman, pengumuman yang tersebar di seluruh penjuru kota Aarun, "Pengumuman, server akan dimatikan pada hari ini, tanggal 22 Januari. Maintenance akan dilakukan dari pukul 04.00 sampai dengan pukul 07.00. Semua pemain diharapkan untuk logout sepuluh menit dari sekarang."
"Hoahm, jadi hari ini sampai sini saja ya ...
Ayo kita logout di penginapan." Ajak Leefa.
"Ya" Ucap Kirito. Meski dalam hat tampak ada sesuatu yang mengganjal.
"Baiklah, ayo kita cari penginapan! Aku sudah memberikan semua uangku, jadi kita cari penginapan yang murah saja." Ucap Kirito.
"Itu karena kau pamer dan memberikan semua uangmu pada Sakuya." Ucap Leefa. "Setidaknya simpanlah sedikit untuk uang penginapanmu."
"Ahaha" Kirito hanya tertawa.
"Kau mendengar apa yang papamu katakan kan? Apa di sekitar sini ada penginapan yang murah?" Leefa bertanya ke Yui. Kemudian Yui mencari informasi dan menunjuk ke depan, "Ada yang super murah di bawah sana."
"Su-super murah ya?"
"Ayo kita kesana." Kiritopun berjalan menuju tempat yang dimaksud, dan kemudian diikuti oleh Leefa, "Tu-tunggu, Kirito-kun!"
Asuna telah keluar dari sangkarnya, dan kemudian ia berlari melewati jalan di atas dahan pohon berukuran raksasa itu. Sesekali, ia mengendap di balik dinding kayu itu, untuk mengawasi daerah yang ada di depannya. Dan beruntung, di sana terlihat sebuah pintu yang tidak dijaga, "Itu ..."
Asuna mendekat, dan kemudian masuk ke dalam terowongan itu. Di sana, terlihat sebuah tombol khusus. Asuna menekannya dan pintu di dalampun benar-benar terbuka. Asuna kemudian kaget saat melihat apa yang ada di balik pintu itu, dan kemudian buru-buru bersembunyi. Akan tetapi, sepertinya itu hanya perasaannya saja. Asuna kembali melanjutkan perjalanan melewati terowongan yang ternyata memang benar-benar kosong itu.
Sementara itu, setelah menerima pemberitahuan akan adanya maintenance, Kirito dan Leefa logout dari game. Dan saat ini, Kirito atau yang di dunia nyata bernama Kazuto sedang berada di halaman rumahnya, jongkok di depan keran untuk mencuci muka.
Pintu terbuka, dan seseorang keluar menghampiri Kazuto. "Selamat pagi, Sugu ..." Sapa Kazuto ke gadis yang tak lain adalah adiknya itu. "Pagi, kakak ..." Balas Sugu sambil mengucek-ucek mukanya.
"Kelihatannya kau sangat mengantuk, jam berapa kau tidur semalam?"
"Itu, kurasa sekitar jam empat pagi." Jawab Sugu.
"Eh? Anak sekolah seharusnya tak boleh tidur dini hari seperti itu ...
Apa yang kau kerjakan?" Kazuto bertanya.
"Itu, aku hanya bermain game ..." Jawab Sugu.
Kazuto kaget, kemudian berkata, "Jangan sampai kau ketagihan main game. Yah, sepetinya kata itu juga harus ditujukan untukku."
"Hei, Sugu, berbaliklah ..." Kazuto meminta adiknya untuk membalikkan badan. SUgu tak mengerti untuk apa, namun kakaknya itu hanya bilang, "Lakukan saja ..."
"Seperti ini?" Sugu membalikkan badan. Kemudian dengan jahilnya, Kazuto menarik bagian belakang leher baju adiknya itu dan memasukkan air hangat ke sana. "Kyaaaa!!!!!" Sugu berteriak, begitu keras hingga terdengar ke seluruh penjuru kota.
Kembali ke Alfheim, Asuna terus mengendap secara perlahan di terowongan kuning itu. Akan tetapi, ujung dari jalan itu tak kunjung terlihat, "Seberapa panjang jalan ini?"
Asuna terus berjalan, dan akhirnya, ia sampai pada suatu bagian yang mana disana terdapat sebuah peta yang menempel di tembok. "Ini ... Peta?" Asuna lalu mencari-cari tempat di peta itu, "Dimana? DImanakah tempat aku bisa melakukan logout?"
Tapi kemudian, saat melihat sebuah ruangan bernama Eksperimen Hunger, Asuna teringat akan kata-kata lelaki itu, "Eksperimen ..."
Kembali ke dunia nyata, Kazuto dan adiknya tampak sedang berada di dapur sekarang. Dan kelihatannya, Sugu masih kesal akibat kejadian tadi, wajahnya masih cemberut. "Kakak, kau harus membelikanku es serut teh hijau dan es krim raspberry sebagai permintaan maaf." Pinta Sugu.
"Kau mau membelikannya kan?"
"Baiklah ..."
"Kalau begitu, mari kita membelinya hari ini juga." Ajak Sugu.
"Ada yang harus aku lakukan siang ini." Ucap Kazuto, "Dan aku berencana untuk pergi ke rumah sakit pagi ini." Lanjutnya.
"Begitu ya ..." Sugu sedikit kecewa, "Hei, kakak ...
Bolehkah aku ikut denganmu?"
"Eh?" Kazuto kaget, berhenti mengiris tomat dan kemudian berkata, "Tentu saja boleh. Aku yakin Asuna akan senang."
"Hmm ...
Baiklah, mari kita makan!" Sugu membawa makanan yang sudah jadi ke meja.
Asuna sampai di tempat yang dimaksud, sebuah ruangan luas yang dipenuhi oleh begitu banyak benda semacam tabung khusus.
"Ini ..." Asuna kaget setelah melihat apa yang ada atas tabung itu, sebuah hologram yang memancarkan gambar tiga dimensi dari otak. Dan saat itu juga, Asuna kembali teringat akan kata-kata lelaki itu, "Dengan memperluas daerah kontrol otak, maka itu akan memungkinkan untuk mengontrol keinginan, emosi, dan bahkan ingatan ..."
"!!!!" Asuna benar-benar merasa takut, "Mereka menderita ..." Ucapnya.
"Semua ini ... Kejam ... Betapa kejamnya ...
Hal seperti ini tak bisa dimaafkan. Tidak, aku benar-benar tak akan membiarkannya. Tunggulah sebentar, aku akan menyelamatkan kalian." Ucap Asuna.
Setelahnya, pintu tiba-tiba saja terbuka. Secepat mungkin Asuna bersembunyi dan ternyata yang datang adalah dua sosok mahluk seperti siput. Kelihatannya peneliti. Mereka melihat sample-sample itu dan mengamati, "B-13 dan B-14 telah melampaui skalanya, sama dengan si nomor 16. Kesenangan tngkat tinggi ..." Ucap salah seorang dari mereka.
"Ini bukan kebetulan kan? Ini sudah terjadi tiga kali." Ucap yang satunya.
"Tidak, itu terjadi karena sirkuit pemancing emosinya. Jika tetap seperti ini, dia akan melewati batasnya."
"Mulai sekarang, kita akan menaruhnya dalam daftar pengamatan intensif kita."
Kembali ke Dunia Nyata
"Hei kakak, bagaimana dengan sekolahnya?" Sugu bertanya.
"Sekolah?"
Kazuto dan Sugu hendak memasuki bus.
"Bukankah seharusnya kau memulai sekolahmu di SMA tahun kemarin?"
"Itu ... Mereka bilang mengenai penggunaan salah satu dari sekolah kota, untuk menampung para mantan pemain SAO." Jawab Kazuto.
Bus mulai berangkat.
"Sekolah itu tanpa tes. Dan saat lulus dari sana, mereka akan membimbingmu ke dalam tes Universitas."
"Oh, begitu ya ...
Kelihatannya itu penawaran yang bagus." Ucap Sugu. "Tapi, mereka pasti menempatkan murid-murid yang berbeda-beda secara bersama."
"Waktu yang kami habiskan selama dua tahun di dalam dunia game kematian itu, mereka tak akan mengerti apa yang telah terjadi di dalam pikiran kami. Mungkin sebenarnya mereka hanya ingin meneliti kami."
"Begitukah?"
"Tapi, jika aku ingin memasuki sekolah normal, aku harus menghabiskan waktu di sekolah sepanjang tahun secara ketat. Tapi tentu saja, aku tetap akan memiliki pilihan untuk memutuskannya."
"Aku yakin kakak pasti bisa, kau pasti akan baik-baik saja. Nilai-nilai kakak juga bagus." Ucap Sugu.
"Itu hanyalah nilai masa lalu. Aku tak pernah belajar lagi sejak dua tahun itu."
"Kalau begitu, aku yang akan menjadi pembimbingmu!" Sugu terlihat begitu antusias.
"Hmm? Apa kau mau membimbingku dalam matematika dan pengolahan informasi?"
"Eeh, itu ..."
Kembali ke ALfheim
Asuna masih menyelinap di sela-sela tabung yang ada di ruangan itu. Sampai akhirnya, ia melihat sebuah kotak hitam melayang di udara, kotak yang sama dengan yang waktu itu ditekan oleh Yui. "Itu ... Konsol sistem? Syukurlah, mereka belum menyadari keberadaanku." Asuna juga masih mengawasi dua mahluk siput tadi.
Dengan cepat dan penuh hati-hati, Asuna berlari menuju tempat kotak itu berada. Menarik tuasnya, "Aku mohon!"
Muncul pilihan menu, Asuna bisa sedikit lega.
Selanjutnya, Asuna mencari-cari pilihan untuk logout yang ada di menu itu. "Itu dia!" Asuna menemukan menunya. Kemudian, iapun menekan tombol itu dan muncul suatu pemberitahuan.
"Logout akan menghentikan seluruh proses, lanjutkan?"
Asunapun bersiap untuk menekannya. Namun tanpa disangka-sangka, dari belakang dua mahluk tadi telah menyadari keberadaan Asuna.
Kembali ke Dunia Nyata
Kazuto dan Sugu telah sampai di depan bangunan rumah sakit tempat Asuna dirawat. "Ooh, besar sekali ..." Ucap takjub Suguha.
"Di dalamnya lebih hebat lagi, seperti hotel." Ucap Kazuto.
Merekapun masuk, dan naik ke lantai tempat Asuna dirawat dengan menggunakan lift. Sampai akhirnya, Kazuto dan Sugupun sampai di depan pintu ruangan Asuna.
"Yuuki ... Asuna?" Sugu membaca nama yang tertera di depan pintu, "Nama karakter di game sama dengan nama aslinya ya, tak banyak yang melakukan hal itu." Ucap Sugu.
"Eh, kau tahu banyak juga ya ..." Ucap Kazuto.
"Asuna bahkan tak tahu mengenai hal seperti itu."
Merekapun masuk.
"Aku akan memperkenalkannya padamu, dia adalah Asuna, wakil komandan dari Knight of Blood. Kilat kuning, Asuna. Aku bahkan tak pernah bisa menandingi kecepatan serta akurasi teknik pedangnya. Asuna, ini adalah adikku, Sugu."
Kirito memperkenalkan adiknya pada Asuna yang bahkan masih belum sadarkan diri.
"Se-senang bertemu denganmu, Asuna-san." Ucap Sugu.
Alfheim
Mahluk itu menjerat tangan Asuna. Tak membiarkannya menekan tombol untuk logout, dan malah menariknya. "Siapa kau? Dan apa yang sedang kau lakukan di sini?" Mahluk itu bertanya.
"Tunggu, tolong turunkan aku." Pinta Asuna.
"Aku adalah teman dari Sugou-san, dan dia telah memberiku izin untuk mengamati daerah di sekitar sini. Jadi, tolong segera lepaskan aku!"
"Heeh? Tak ada yang memberitahuku mengenai hal itu. Bagaimana denganmu?"
"Tidak ada juga. Akan berbahaya kalau sampai orang luar melihat semua ini."
"Ooh," salah satu dari mereka teringat sesuatu, "Jadi itu kau, wanita yang dikurung Sugou di puncak Pohon Dunia kan?"
"Ya ya, aku pernah mendengar tentang itu. Bos benar-benar tidak adil, menikmati wanita secantik ini sendirian ..."
Asuna terus berusaha untuk meraih tombol itu, meskipun itu dengan kakinya. Akan tetapi, tetap saja mahluk-mahluk itu bisa menghentikannya. "Ayolah, perlawananmu tak akan ada artinya."
"Hentikan! Lepaskan aku, monster!"
"Ah, kejamnya ...
Kita sedang berada di tengah-tengah percobaan pemetaan tingkat lanjut ..."
"Jadi, kalian adalah peneliti!? Apa kalian tidak malu, ikut serta dalam percobaan illegal seperti ini!?"
"Ng? Kurasa ini tidak lebih tercela daripada menempatkan medan listrik ada hewan percobaan. Mereka semua hanya sedang bermimpi."
"Benar sekali, kadang-kadang kami bahkan memberikan mereka mimpi terbaik yang pernah ada. Aku harap kau juga bisa merasakannya."
"Kalian gila" Ucap Asuna.
"Bos sedang dalam perjalanan, bukan? kembalilah ke posisimu dan lihat apa yang ia perintahkan selanjutnya."
"Baiklah ... Tapi, jangan bersenang-senang saat aku tidak ada ya."
"Aku mengerti, aku mengerti, cepat pergilah ..."
Mahluk satunyapun pergi, hanya meninggal satu lagi yang sedang menangkap Asuna.
"Lepaskan aku!!" Asuna meronta, "Lepaskan aku dari tanganmu!"
"Tak bisa. Bisa-bisa bos membunuhku." Ucap mahluk itu.
"Lupakan saja, kenapa tidak kita coba untuk menikmati beberapa obat penenang elektrik di sini? Aku sudah bosan seperti ini terus." Mahluk itu melilit tubuh Asuna dengan tentacle-tentaclenya. Mulai dari tangan, kaki, perut, wajah, dan ...
"Gyaaaa!!!!!" Asuna menggigit tentacle mahluk itu hingga ia menjerit kesakitan, "Aku mengerti, aku mengerti!!" Iapun melepaskan Asuna.
"Aku lupa untuk mematikan sensor rasa sakit."
"Apa yang telah kau lakukan?" Mahluk satunya kembali muncul.
"Tak ada. Lalu, apa yang dikatakan oleh bos?"
"Dia sangat marah, dan memerintahkan kita untuk mengembalikannya ke sangkar burung dan mengganti passwordnya, dan terus mengawasinya secara intensif."
"Cih, padahal aku barus saja bersenang-senang. Yah, setidaknya kita bisa membawanya sampai ke sangkar burung. Aku ingin merasakannya sedikit lagi."
"Kau habis berbuat yang tidak-tidak ya?"
Sementara mereka lengah, Asuna kembali mencoba. Namun lagi-lagi, ia tetap bisa dihentikan.
"Ayolah, perlawananmu tak ada gunanya." Merekapun mengangkut tubuh Asuna.
Dunia Nyata
"Dia cantik ..." Pikir Sugu saat melihat wajah Asuna. "Sayangnya dia tertidur seperti ini. Sepertinya memang tak seharusnya bagiku untuk datang ..." Sugu lalu melangkahkan kaki untuk pergi. "Aku tak mengerti apa yang sedang kurasakan, kukira jika bertemu dengan Asuna-san aku akan mengerti. Tapi ... Apakah aku ingin menjadi seorang adik yang baik untuknya? Atau ...
Kakak ..."
Alfheim
Asuna telah benar-benar dijebloskan kembali ke dalam kurungannya. "Jika ada kesempatan, mari kita bersenang-senang kembali." Ucap mahluk yang membawanya itu dan kemudian pergi.
Asuna kembali terkurung, dan hanya bisa melihat luasnya langit dari balik sangkar itu. Namun, "Aku tak akan menyerah, Kirito-kun. Aku tak akan pernah menyerah. Aku pasti akan menyelamatkan diri dari tempat ini."
Ternyata, Perginya Asuna tadi tidaklah sia-sia. Sebelum dibawa kembali, ia berhasil mendapatkan sesuatu, sebuah kartu dari kotak konsol tadi.
Maintenance telah berakhir, dan Sugu kini telah kembali login ke dunia Alfheim. Karena kejadian tadi, ia terlihat sedikit murung, yang kemudian membuat Kirito yang juga telah login bertanya padanya, "Ada apa, Leefa?"
"Kirito-kun ..." Leefa mencoba untuk tersenyum, namun ia tak bisa menghentikan air mata yang terus mengalir dari matanya. "Aku, aku ... Sepertinya aku sakit hati. Maaf," Leefa mengusap air matanya, "Mengatakan hal seperti ini pada orang yang baru kukenal, ini melanggar etika, membawa masalah dunia nyata ke dunia ini."
"Apapun yang terjadi di sini atau dunia nyata, kau tak boleh menangis walaupun rasanya sakit." Ucap Kirito. "Walaupun ini di dalam game, tak ada yang melarangmu untuk menumpahkan segala keluh kesahmu."
"Kirito-kun ... Hiks ..." Leefa terus menangis. Sementara dalam hati, ia terus memendam perasaan itu.
"Aku telah jatuh cinta pada kakaku
Dan perasaanku itu tak terbatas
Aku harus segera mengubur dalam-dalam perasaan itu,
Jadi suatu hari nanti aku bisa melupakannya"
"Sekarang aku sudah baik-baik saja." Leefa mengusap air matanya dan kembali tersenyum, "Terimakasih, Kirito-kun ... Kau ini baik sekali, ya?"
"Ah, padahal orang selalu mengatakan yang sebaliknya padaku. Lalu, apa hari ini kau ingin istirahat? Kurasa aku bisa mengatasi sisanya sendiri."
"Tidak, aku sudah sampai sejauh ini. Aku akan tetap melanjutkan perjalanan. Baik, ayo kita pergi." Leefa mengulurkan tangannya pada Kirito.
"Ya"
"Yui, kau di sini?"
"Hoahm," Yui muncul di pundak Kirito, "Selamat pagi papa, Leefa-san ..."
"Selamat pagi, Yui-chan." Sapa Leefa, kemudian, "Hei, aku ingin menanyakan sesuatu. Apakah seorang Navi Pixie juga tidur pada malam hari?"
"Tentu saja tidak," Jawab Yui, "Tapi saat papa tidak ada di sini, aku mematikan input sirkuitku dan proses akumulasi dataku. Itu hampir mirip dengan tertidurnya manusia."
"Tapi saat tadi kau menguap itu ..."
"Itulah yang dilakukan manusia ketika setengah terbangun, kan? Biasanya, papa melakukannya selama delapan detik."
"Kau tak perlu mengatakan yang seperti itu." Ucap Kirito.
"Yah, ayo kita segera berangkat!"
Di luar, cuaca begitu cerah, dan terlihat begitu banyak pemain dari berbagai ras berlalu lalang di kota itu.
"Banyak sekali orang di sini ..."
"Kurasa ini memang pusat kota Alfheim." Leefa dan Kirito menelusuri tempat itu.
"Sepertinya seluruh ras dari peri berada di wilayah kota ini." Ucap Yui.
Mereka terus berjalan, sampai akhirnya benar-benar berada di dekat dasar dari pohon dunia. "Itu, Pohon Dunia ..."
"Ya" Mereka masih saja kagum ketika melihatnya.
"Melihatnya sedekat ini sungguh menakjubkan." Ucap Leefa.
"Apa ada kota di dekat sana? Dan ..."
"Raja peri Oberion tinggal di atas sana bersama dengan para peri bercahaya, Alf ...
Dan mereka bilang ras pertama yang bertemu dengan Raja akan menjadi Alf."
"Apakah kau tak bisa menaikinya?"
"Area di sekitar batang pohon itu memiliki batas. Jadi kau tak bisa begitu saja menaikinya." Ucap Leefa. "Dan sayapmu juga memiliki batas untuk terbang."
"Kudengar ada sekelompok pemain, yang mampu melakukannya dengan menyatukan energi terbangnya ..."
"Oh, jadi kau mendengar tentang itu juga ya. Mereka telah berhasil mendekati cabang pohonnya, tapi GM menyadarinya dan segera memperbaikinya." Jelas Leefa. "Sekarang, yang terlihat di atas hanyalah awan."
"Begitu ya. Ayo kita segera menuju batang pohonnya ..."
"Ya, baiklah" Merekapun semakin medekat. Sampai akhirnya, mereka sampai di depan sebuah gerbang.
"Setelah kau melewati gerbang itu, kau akan berada di jantung dunia ini" Jelas Leefa lagi, dan kemudian merekapun benar-benar melewatinya. Namun tiba-tiba, sesaat setelah melewati gerbang itu, Yui merasakan sesuatu ...
"Ada apa, Yui?"
"Mama ..." Ucap Yui, membuat kaget Kirito dan Leefa.
"Mama, mama ada di sini." Ucap Yui.
"Apa kau yakin?"
"Tidak salah lagi. Ini adalah ID pemain dari mama. Koordinatnya tepat berada di atas kita!" Yui menunjuk ke atas. Dan kemudian tanpa pikir panjang, Kirito melesat ke atas, tak peduli apapun itu.
"Tunggu, Kirito-kun!! Kirito-kun!!!" Teriak Leefa.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments