1 November 2024, Lantai 1 : Kota Awal Mula
Tepatnya di sebuah bangunan Gereja yang difungsikan sebagai sesuatu semacam panti asuhan, terlihat anak-anak kecil makan siang dengan lahap. Beramai-ramai, terlihat puluhan anak kecil termasuk tiga anak yang sebelumnya ditolong oleh Kirito dan Asuna.
"Ini ..." Kirito juga ada disana, dan ia melihat dengan tatapan sedikit kaget ke arah para anak yang sedang makan-makan itu. "Luar biasa ..." Ia kagum.
"Yah, seperti inilah setiap harinya" Ucap perempuan yang ternyata pengurus panti asuhan itu.
"Lalu, apa Yui-chan baik-baik saja?" Ibu-ibu pengurus panti itu bertanya.
"Semalam dia bisa tidur dengan nyenyak" Ucap Kirito, "Dan bisa anda lihat sendiri, keadaannya sekarang sudah lebih membaik"
Sama seperti yang lainnya, Yui-chan sedang makan.
"Apa hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya?"
"Kami juga tak mengerti. Saat kami menemukannya, dia sedang berada di hutan lantai 22. Dan sepertinya, dia kehilangan ingatannya" Ucap Asuna. "Jadi, kamipun kembali ke Kota Awal Mula. Karena kami pikir akan ada seseorang yang mengenalnya"
"Apa anda mengetahui sesuatu tentangya?" Kirito bertanya.
"Sayang sekali, tapi aku rasa dia bukanlah anak yang berasal dari Kota Awal Mula" Jawab pengurus panti.
"Saat game ini dimulai, banyak anak mengalami trauma psikologis yang hebat ...
Aku ingin melakukan sesuatu pada hal itu. Jadi, aku membawa mereka ke Gereja ini" Jelas perempuan itu, mulai bercerita, "Setiap hari aku berjalan mengelilingi kota untuk memantau siapa tahu ada yang membutuhkan pertolongan. Tapi, aku belum pernah bertemu dengan anak seperti Yui-chan"
"Begitu ya ..." Asuna mulai pasrah. Dan saat itulah, tiba-tiba seseorang muncul.
"Salam kenal, Aku Yulier" Dia adalah seorang perempuan berambut abu panjang, yang entah untuk apa tiba-tiba saja datang berkunjung ke Gereja itu.
"Apa kau bagian dari Tentara Kebebasan?" Asuna bertanya, "Apa kau datang kemari untuk menuntut kejadian tempo hari?"
"Bukan, sama sekali bukan begitu, aku kemari justru karena kebalikannya" Ucap wanita berambut abu itu, Yulier.
"Eh?"
"Sejujurnya, aku ingin berterimakasih ...
Dan aku datang untuk meminta sesuatu pada kalian berdua"
"Suatu permintaan?"
Lebih jelasnya, merekapun masuk ke dalam Gereja. Duduk berlima di depan suatu meja bundar dan membicarakan semuanya secara lebih detail.
"Sebelumnya, kami ... Bukan, pemimpin Guild, Thinker, tak pernah menginginkan Guild menjadi suatu Organisasi diktator seperti ini. Sebenarnya, kami hanya ingin bertukar informasi dan makanan kepada seluruh pemain yang ada"
"Tapi Tentara Kebebasan tumbuh terlalu besar, begitu kan?" Kirito melanjutkan.
"Ya, terjadi perebutan kekuasaan di dalam, dan akhirnya pemain bernama Kibaou yang memenangkannya"
"Eh?" Kirito teringat akan sesuatu. Kibaou, masih ingatkah kalian? Kibaou adalah orang yang terlihat di episode dua, lelaki berambut orange berbentuk duri yang kelihatannya sangat benci terhadap Beta Tester.
"Kibaou dan fraksi yang ia bentuk tumbuh begitu kuat, memonopoli seluruh tempat telur monster, dan mulai melakukan pemerasan melalui pajak" Jelas Yulier.
"Tapi banyak orang yang merasa kesal karena sedikitnya orang yang memiliki niat untuk menyelesaikan game ini, jadi dia mengirimkan pemain dengan level tertinggi untuk maju ke garis depan"
"Eh? Cobert-san ..." Asuna teringat akan Cobert, yang tewas di tangan boss lantai 74.
"Setelah pembantaian itu, ia menjadi sangat marah. Lambat laun, kamipun tak bisa menerima sikapnya itu. Dia ketakutan dan putus asa, dan lalu membuat jebakan untuk Thinker. Sekarang, Thinker terdampar jauh ke dalam area dungeon"
"Apa dia memiliki kristal teleportasi!?"
Yulier menggelengkan kepala.
"jangan-jangan, dia tak bersenjata?"
"Dia adalah orang yang sangat mudah percaya terhadap orang lain" Ucap Yulier. "Dia mempercayai semua yang dikatakan oleh Kibaou dan bersedia bersamanya tanpa perlu bersenjata. Itu terjadi tiga hari yang lalu"
"Tiga hari yang lalu? Lalu apa yang terjadi padanya?" Asuna kembali bertanya.
"Di sana adalah dungeon dengan level tinggi, dia terjebak disana. Sebagai wakilnya, ini adalah tanggung jawabku" Yulier tampak begitu menyesal, namun tak bisa melakukan sesuatu untuk menolongnya.
"Levelku tak cukup untuk menjangkau tempat itu, dan Kibaou menggunakan pengaruhnya untuk mencegah pasukan Tentara Kebebasan lain menolongnya. Lalu, aku mendengar dua orang pemain berlevel tinggi datang ke kota ini, oleh karena itu, aku memohon pertolongan kalian" Yulier berdiri, "Kirito-san ... Asuna-san ... Maukah kalian berdua menyelamatkan Thinker bersamaku?" perempuan itu memohon, menundukan kepalanya.
"Jika aku bisa, aku akan dengan senang hati membantumu" Saggup Asuna. "Tapi sebelum itu, kami harus memastikan apa yang kau ceritakan itu benar adanya"
"Aku mengerti permintaanku terlalu banyak, tapi saat aku membayangkan dia terjebak disana, aku ... Aku merasa kehilangan diriku sendiri" Yulier semakin menduduk, mulai meneteskan air mata.
"Tak apa, mama" Ucap Yui. "Dia tidak berbohong"
"Yu-Yui-chan? bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku tak bisa menjelaskannya, tapi ...
Aku tahu itu" Ucap Yui.
"Hah" Kirito tertawa, "Lebih baik aku yakin dan menyesal daripada ragu-ragu dan menyesal" Ucapnya. "Ayo pergi, kita bisa pergi menyelamatkannya, iya kan?" Kirito tersenyum ke arah Asuna.
"Kau selalu saja bisa berkata santai seperti itu ...
Yah, kalau begitu, kami bersedia untuk membantumu" Ucap Asuna.
"Terimakasih banyak" Yulier begitu senang.
"Aku mengerti perasaanmu yang ingin menyelamatkan seseorang yang penting bagimu"
"Kau jangan nakal di sini ya" Kirito mengelus rambut Yui.
"Tidak! Yui juga mau ikut"
"Yui-chan, tinggalah disini bersamaku, ya?" Ajak pengurus panti, namun gadis kecil itu tetap saja menolak.
"Tidak mau!"
"Oh, dia sedang berada dalam mode pemberontakan ya"
"Jangan berkata yang aneh-aneh" Ucap Asuna, "Yui-chan, tepat yang akan kami datangi itu berbahaya sekali"
"Yui ingin ikut!" gadis itu mencengkram erat lengan Kirito.
Akhirnya mau tak mau, Yuipun diajak.
"Mmmm" Yui yang dipanggul oleh Kirito masuk ke dalam dungeon yang dimaksud, dungeon berbahaya yang bahkan berada di lantai pertama, Iron Castle.
"Aku tak pernah menyangka kalau ada dungeon seperti ini di Kota Awal Mula" Ucap Kirito, "Tempat ini tak ada di versi Beta Test, ini benar-benar tak terduga" Lanjutnya.
"Kelihatannya, tempat ini terbuka saat lantai di atasnya berhasil ditaklukan" Ucap Yulier, "Kibaou berencana untuk menyelesaikan dungeon ini sendirian"
"Memiliki akses ekslusif pada tempat bertelur memang akan menghasilkan keuntungan yang besar"
"Tapi monster yang bertelur disini memiliki level berkisar enam puluhan, jadi dia tak bisa melakukan perburuan dalam jumlah yang banyak" Jelas Yulier. Mereka terus berjalan, sampai akhirnya sampai pada suatu tangga menuju bawah tanah.
"Ini jalan masuknya" Ucap Yulier, dimana ternyata tadi itu hanyalah jalan untuk menuju kesana.
"Oooh" Yui menatap ke arah terowongan gelap itu. kemudian ia berkata dengan tegas, "Tenang saja, Yui tidak takut!"
"Mentalnya memang lebih kuat daripada kelihatannya" Ucap Asuna.
"Ya, aku yakin suatu hari nanti dia akan menjadi seorang pendekar pedang wanita" Ucap Kirito.
"Baiklah, mari kita masuk"
Merekapun meneluusuri jalan itu.
Di dalam, setelah melalui perjalanan, monster-monster berwujud katak raksasa dengan empat buah mata menghadang mereka. Akan tetapi dengan segera, Kirito membasminya.
Yang lainnya hanya bisa menonton. Yui sendiri, ia tampak kagum melihat aksi papanya.
"Maaf, aku malah tak bisa membantu" Ucap Yulier.
"Tak apa, ini adalah keinginannya sendiri" Ucap Asuna, "Biarkan saja dia melakukannya sendiri"
"Lalu, kita sudah masuk cukup dalam, apakah sudah hampir sampai?" Asuna bertanya.
"Thinker tak bergerak sedikitpun dari sana, sepertinya itu adalah area aman tempat ini" Ucap Yulier, yang meluhat ke arah peta di menunya, dimana disana terdapat tanda keberadaan Thinker.
"Jika bisa sampai disana, aku bisa segera menggunakan kristal teleportasi"
"Yahaha" Kirito telah menghabisi semuanya, "Tadi itu pertarungan yang menyenangkan" Ucapnya.
"Maafkan aku"
"Tidak, aku menikmatinya, dan mereka menjatuhkan item"
"Wah, apa ada yang bagus?" Asuna bertanya.
"Aah, itu" Kirito membuka menu dan lalu mengeluarkan potongan daging kaki katak.
"A-apa itu?" Asuna terlihat sedikit jijik.
"Ini daging Scavenged Toad" Intinya, itu daging kodok.
"Da-Daging kodok!?"
"Mungkin kelihatannya memang aneh, tapi sepertinya rasanya akan enak, masaklah ini nanti"
"Hiiiii" Asuna benar-benar jijik dan lalu malah melemparnya, sambil berteriak, "Tidak akan!!!"
"Aaaaaaa" Kirito meratapi nasib daging yang didapatnya.
"Ap-apa yang kau lakukan ...
Aah, sial, kalau begitu bagaimana dengan ini?" Ternyata tak hanya satu, Kirito memiliki begitu banyak daging kodok.
"Tidak tidak tidak tidak tidak!!!" Asuna melempar semuanya.
"Asuna, ini daging yang enak"
"jauhkan itu dariku!!!"
"Tapi ini enak!!"
Yulier hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah mereka.
"Kau tersenyum" Yui mendapati Yulier tersenyum.
"Eh?" Kirito dan Asuna yang mulanya memperdebatkan daging kodok kini ikut melihat ke arah Yulier.
"Onee-chan, ini pertama kalinya kau tersenyum" Ucap Yui, juga sambil tersenyum.
"Yui-chan ..." Asuna menggenggam tangan Yui, "Baik, ayo kita lanjutkan perjalanan kita"
Merekapun lanjut, semakin menuju lantai bawah.
Asuna menggendong Yui yang telah tertidur karena mengantuk, mereka berjalan menelusuri suatu lorong hingga akhirnya tampak suatu cahaya, semacam pintu keluar.
"Apa itu area amannya?"
Kirito melihat dengan kemampuan matanya, "Ada seorang pemain disana"
"Thinker!!" Yulier langsung berlari.
"Oi!" Akhirnya merekapun berlari, membuat Yui terbangun.
"Yulier!!!" Seseorag melambai-lambaikan tangannya dari depan pintu itu, "Thinker!!!" Yulier berteriak.
"Jangan kemari!!!!" Teriak Thinker. "Korider ini ..."
"!!!?" Kirito tanggap, dan lalu segera mengejar perempuan itu.
"Jangan!!!"
Akan tetapi, perempuan itu terus berlari.
"Yulier-san, kembalilah!!!"
Blaghhhhh!!!!!!!
Suatu sosok misterius bersenjatakan sabit yang bersembunyi di balik dinding tiba-tiba muncul dan langsung menyerang.
Untung saja, Kirito cepat dan Yulier berhasil diselamatkan. Monster itu kembali bersembunyi, masuk ke suatu lorong dan Kirito mengejarnya.
"Yulier-san, mundurlah ke area aman bersamanya" Pinta Asuna, menitipkan Yui pada perempuan itu dan lalu menyusul Kirito.
"Mama ..."
"Ayo" Yulier membawa Yui, sementara Asuna menarik pedang dan menyusul.
Disana, kirito telah berhadapan dengan sang monster, sosok bagai dewa kematian bersenjatakan sabit raksasa.
"Asuna, gunakan kristal teleportasi dan bawa Yui dan yang lainnya pergi dari sini" Ucap Kirito, yang telah siap dengan dua pedang di tangannya. "Bahkan skill identifikasiku tak berguna disini"
Saat dilihat, pada nama monster itu tertulis kata Unknown, yang artinya monster tak dikenal.
"Mungkin saja, dia adalah monster yang setara dengan monster di lantai sembilan puluh, aku memerlukan banyak waktu, cepat larilah!!" Teriak Kirito.
"Kau bisa bertarung bersamaku!" Ucap Asuna.
"Aku akan menyusul, cepatlah!!!" Teriak Kirito lagi.
"Mama ..."
"Tolong jaga Yui, kalian bertiga segeralah lari!!!" Teriak Asuna ke mereka bertiga yang ada di tempat aman.
"Asuna!!?"
"Aku tidak bisa ..."
"Cepatlah!!!"
Akhirnya, merekapun menggunakan kristal teleportasi, sementara Asuna bersama dengan Kirito menghadang sang monster.
"Hiyaaaaaah!!!!!" Monster itu menyerang, membuat Asuna dan Kirito terpental.
Dan sungguh bahaya, HP mereka berdua berkurang begitu banyak, lebih dari setengahnya, dan bahkan Kirito tak mampu bangun.
Wow, serangan macam apa itu.
Namun tiba-tiba, Yui yang belum benar-benar pergi keluar dari jangkauan dua orang tadi ...
"Yui-chan!"
"kembalilah!!"
Yang pergi hanya Yulier dan Thinker, Yui memaksa pergi dan lalu berjalan ke depan sang monster.
"!!!?" Kirito dan Asuna kaget, bahkan sang monsterpun ikut kaget.
"Bodoh! Cepat pergi dari sini!!" Teriak Kirito, yang bahkan belum mampu berdiri.
"Yui-chan ..."
Sat, sang monster bersiap untuk menebas. Akan tetapi, Yui tetap diam sambil berkata, "Tak apa ... Papa, mama"
Blaghhhh!!!! Monster itu benar-benar menebaskan senjatanya, dengan tanpa segan-segan menebas tepat ke arah kepala gadis kecil di depannya.
"Yui-chan!!!"
Namun anehnya, suatu pelindung melindungi kepala Yui. Suatu tameng yang membuat sang monster tak mampu menyentuh Yui.
Dan lalu saat Asuna melihatnya, di atas kepala Yui terdapat suatu tanda yang menyatakan kalau gadis itu adalah Immortal Object, alian benda abadi yang tak bisa dihancurkan.
"Objek Abadi!!?" Asuna semakin kaget.
Sementara Yui, ia kembali menampakan suatu kenahan. Yui melayang, dan lalu memunculkan suatu api, yang perlahan mulai berbentuk. Suatu pedang api, Yui memunculkan suatu pedang api berukuran besar yang bahkan jauh lebih panjang dari ukuran tubuh kecilnya.
Kemudian dengan itu, ia menebas sang monster. Memotong senjata yang dibawanya sebelum akhirnya membasi tubuh monster itu.
Kirito dan Asuna hanya bisa terdiam, kagum dan benar-benar tak menyangka.
Akhirnya, monster itupun lenyap, menghillang.
"Yui-chan ..."
"Yui ..."
"Papa, Mama, aku sudah mengingat semuanya" Ucap Yui, dan lalu di ruang aman, iapun menjelaskannya.
Tadaa ...
Tadaaa ...
Siapakah Yui?
Tralalalala ...
Tadaaa ...
"Yui-chan ... Kau sudah mengingat semuanya?"
"Ya" Sahut Yui.
"Kirito-san, Asuna-san" Yui memanggil dengan nama, membuat papa dan mamanya itu kaget.
"Dunia yang bernama Sword Art Online ini, dikendalikan oleh suatu sistem yang sangat besar. Dan nama sistem itu adalah, Cardinal, suatu sistem yang didesain agar bisa beroperasi tanpa adanya campur tangan manusia. Sistem yang mengatur SAO, dengan caranya sendiri. Mulai dari monster, NPC AI, item yang dijatuhkan, uang, segalanya diatur oleh proses dari program eksekusi Cardinal. Bahkan, psikologis pemain juga"
"Program pemulihan kesehatan mental, prototipe 1, code name : Yui, itulah aku"
"Program!? Sebuah AI?"
"Aku memiliki kemampuan untuk meniru emosi manusia, agar pemain merasa nyaman di dalam game" Jelas Yui, "Aku tidaklah nyata. Semua tentang diriku, bahkan air mata sekalipun, maafkan aku, Asuna-san ..."
"Yui-chan ...
Tapi, kau menderita kehilangan ingatan kan? Apa yang seperti itu bisa terjadi pada AI?" Asuna bertanya.
"Dua tahun yang lalu, pada hari peluncuran game, untuk suatu alasan yang tidak diketahui, Cardinal melarangku untuk berinteraksi dengan pemain. Aku menekan diriku untuk tidak melakukan apapun, dan hanya memantau mental para pemain melalui monitor. Dan, itu benar-benar mengerikan. Teror, keputus asaan, para pemain menderita mental negatif yang tidak terkendali. Beberapa dari mereka bahkan menjadi gila"
Yui melihat semuanya, semua hal yang terjadi pada para pemain.
"Normalnya, aku akan mendekati mereka dan menyembuhkan mental mereka. Tapi, aku dilarang untuk mendekati mereka. Dan secara bertahap, terjadi kerusakan pada diriku. Aku menjadi berantakan. Tapi pada suatu hari, aku melihat dua pemain yang memiliki parameter berbeda dengan pemain lainnya"
Yui melihat Asuna dan Kirito ...
"Kegembiraan, Kedamaian, bahkan lebih dari itu ...
Aku berharap bisa turun ke permainan, dan berada lebih dekat dengan kalian sebisa mungkin"
"Lalu, kenapa kau bisa berada di lantai 22?"
"Kirito-san, Asuna-san, aku selalu ingin bertemu dengan kalian berdua ...
Itu aneh bukan? Sama sekali tak mungkin bagiku yang hanya sebuah program untuk berpikir seperti itu"
"Yui-chan ...
Kau memiliki perasaan juga kan?"
"Aku tak mengetahuinya, aku tak tahu apa yang terjadi padaku" Yui menggelengkan kepala.
"Yui bukan hanya sebuah program yang dkendalikan oleh sistem" Ucap Kirito, tersenyum mendekat ke Yui. "Oleh karena itulah, kau bisa mengatakan apa yang kau inginkan"
"Aku ... Aku ... Aku ingin bersama kalian selamanya ... Papa ... mama"
"Hiks" Asuna memeluknya.
"Kita akan bersama selamanya, Yui-chan"
"Ya, Yui adalah anak kita"
"Sudah terlambat" Ucap Yui.
"Terlambat??"
"Konsol ini mengizinkan akses darurat GM pada sistem, aku menggunakan akses itu untuk menghapus monster tadi, dan sekarang sistem sedang melakukan pengecekan pada programku, karena aku tidak mematuhi perintah dari Cardinal, sistem menganggapku sebagai objek tak dikenal. Dan sbentar lagi, aku akan dihapuskan"
"Tidak ... Tidak mungkin ..."
"Apa kita tak bisa melakukan sesuatu?"
"Papa, mama, terimakasih, waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal"
Perlahan tubuh Yui mulai menghilang.
"Tidak!!" Asuna memeluk erat tubuh gadis itu, dengan penuh air mata.
"Padahal kita baru saja bertemu, padahal kita baru saja hidup bahagia bersama ..."
"Ja-jangan pergi!" Kirito juga, ia mencengkram erat tangan Yui.
"Semua orang tersenyum ketika bersama dengan papa dan mama ...
Aku mohon, mulai sekarang tolonglah orang-orang yang seharusnya kutolong ...
Bagilah kebahagiaan dengan mereka"
"Tidak, tidak!! Aku tak bisa bahagia tanpa Yui-chan"
"Mama ... Tersenyumlah"
Yui menghilang, benar-benar telah lenyap menjadi cahaya.
Asuna menangis, merasa begitu kehilangan. Sementara Kirito, ia tampak kesal.
"Cardinal!!! Tidak, Kayaba!!!! Jangan kau pikir kau bisa melakukan apapun sesukamu" Kirito mengetik menggunakan suatu keyboard virtual yang ada di meja tempat tadi Yui berada.
"Kirito-kun, apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku mungkin bisa menggunakan akun GM ini untuk mengakses sitem"
"Aaarkhhh!!!!" Kirito malah terpental.
"Kirito-kun, apa kau baik-baik saja?"
Ternyata tak hanya terpental begitu saja, sebelum terpental Kirito memperoleh suatu kristal kecil.
"Ini ... ?" Asuna tak mengerti.
"Sebelum akses Yui ditolak, aku memisahkan program utama miliknya dan mengubahnya menjadi sebuah objek game"
"Lalu, ini ..."
"Hati Yui" Ucap Kirito.
Semuanya telah berlalu. Dan kini, Asuna bersama dengan Kirito kembali ke Kota Awal Mula. Dan kemudian setelah berpamitan dengan orang-orang panti, juga Yulier dan Thinker, merekapun kembali ke lantai atas, lantai 22.
"Hei Kirito, jika game ini terselesaikan dan Dunia ini berakhir ...
Apa yang akan terjadi pada Yui-chan?"
"Data Yui akan tersimpan di dalam local memory di nervegear milik kita ...
Dan saat kembali, menciptakannya tidaklah mudah. Tapi, aku yakin pasti bisa"
"Baiklah, kita akan melihatnya nanti disana ...
Anak pertama kita"
"Ya, pasti"
Asuna menjadikan kristal tadi sebagai suatu kalung.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments